Suluh Indonesia – Kota Sawahlunto, terletak 95 kilometer sebelah timur laut kota Padang, dan berada di bawah administrasi Provinsi Sumatera Barat.
Secara geografis, Sawahlunto terletak di lembah sempit yang terisolasi di punggung Bukit Barisan dan dikelilingi oleh Bukit Polan, Bukit Pari, dan Bukit Mato. Kota ini terkenal sebagai kawasan tambang batu bara di dataran tinggi yang merupakan bagian dari Bukit Barisan.
Kandungan batu bara di perut bumi Sawahlunto berdasarkan penelitian yang dilakukan pemerintah Belanda luar biasa banyaknya. Penelitian pertama mengenai batubara dilakukan atas perintah Gubernur Jenderal Hindia-Belanda. Ini dilakukan oleh Ir. C. De Groot van Embden pada tahun 1858, kemudian oleh Ir. Willem Hendrik de Greve di tahun 1867.
Berdasarkan penelitian mereka diketahui bahwa batu bara yang terkandung di sekitar aliran Batang Ombilin tersebut tidak kurang dari dua ratus juta ton. Demikianlah Sawahlunto dikenal sebagai kota tambang batu bara dan merupakan yang tertua di Asia Tenggara.
Sejalan dengan dimulainya kota ini memproduksi batu bara pada tahun 1892, kawasan Sawahlunto berkembang menjadi kota kecil yang hampir seluruh penduduk kotanya adalah pegawai dan pekerja tambang, serta berkembang menjadi kota tambang dengan segala bentuk infrastruktur pendukungnya.
Untuk melengkapi investasi dalam teknologi penambangan batu bara serta layanan pendukungannya antara lain membangun sistem jalur transportasi. Ini perlu perhatian khusus karena harus mengantisipasi kondisi topografi pegunungan yang curam dan kondisi lingkungan ekstrim dengan iklim tropis di wilayah Sawahlunto, Sumatera Barat.
Sebuah sistem rumit mengenai jalur kereta, terowongan panjang menembus gunung dan jembatan lengkung, harus dibangun untuk mengantisipasi kondisi Sawahlunto. Ternyata hal tersebut menjadi bagian dari percobaan teknologi bangsa Belanda untuk memperkaya konstribusi pengetahuan atas geologi dan geografi lokal.
Kenyataannya kemudian tambang batu bara Ombilin di Sawahlunto juga berperan penting bagi perkembangan sosial dan ekonomi, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia.
Teknologi engineering menjadi perhatian utama Pemerintah Hindia-Belanda saat itu seperti misalnya pengeboran terowongan untuk tambang batu bara, mekanisme pencucian dan pemilihan biji mineral, termasuk lokomotif uap dan jalur kereta, konstruksi jembatan lengkung, dan lain sebagainya.
Penemuan batu bara di Ombilin memaksa pemerintah kolonial Belanda merencanakan pembangunan moda transportasi khusus untuk mengangkut komoditas batu bara dari pedalaman menuju pelabuhan di Teluk Bayur. Dengan kondisi geografis khusus yang mayoritas berbukit dan berlembah.
Sehingga suatu waktu pemerintah Kolonial Belanda mengutus Ir. Cluseaner JV. Izzermen, Raj Snaghkage, Anj Vaan Hoos disertai delapan opsir untuk merintis dan melakukan penelitian atas kemungkinan dibangunnya rel kereta api untuk distribusi batu bara di Sumatera Barat. [Nora E]
Baca juga Jalur Kereta Api (Seri Sawahlunto Bagian 2)
Baca juga Mak Itam: Lokomotif Legendaris (Seri Sawahlunto Bagian 3)
Baca juga ORANG RANTAI (Seri Sawahlunto Bagian 4)
Baca juga Bahasa Tansi, Sebagai Bahasa Kreol di Sawahlunto (Seri Sawahlunto Bagian 5)
Baca juga Tambang Batu Bara Ombilin sebagai Warisan Dunia Indonesia (Seri Sawahlunto Bagian 6)