Koran Sulindo – Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengaku tak pernah tergantung pada teknologi terutama gadget.
Hal tersebut dilakukan karena kekuatan otaknya dianggap lebih baik dibanding teknologi tersebut.
Ia juga mengaku tak punya handphone bahkan saat menjadi Ketua Umum PDIP, wakil presiden dan presiden.
Gara-gara tak memiliki handphone tersebut, Megawati bahkan pernah dicap oleh cucunya sebagai nenek yang kuper. “Dibilang nenek itu kuper. Tidak. Saya paling pintar. Paling pandai,” kata Megawati menceritakan kisahnya di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Kamis (15/11).
Megawati juga menyebut dirinya suka ditertawakan oleh para pembantu gara-gara tak punya handphone padahal di antara mereka bahkan ada yang memiliki lima handphone.
Sembari berkelakar, Mega menambahkan jika butuh handphone maka ia meminjam pembantu. Ia juga menyebut termasuk tokoh yang telepon selulernya disadap.
“Oh lebih kaya kamu ya daripada saya. Itu HP opo itu, itu HP apa. Oh ini bu, ada jam-nya. Jadi kalau saya mau telepon-telepon, ini jam berapa ya, pinjam teleponmu,” kata Megawati.
Kisah itu kembali diceritakan Megawati saat memberi sambutan pada sekolah partai bagi calon legislatif PDIP. Ia juga menyebut dirinya pernah bertemu dan berdebat kecil dengan orang-orang yang memproduksi bidang teknologi itu.
“Saya tidak akan pernah percaya bahwa nanti seluruhnya itu dalam situasional krisis tidak lagi dapat dijalankan oleh baterai listrik dan lain-lain, apa yang kamu akan buat?,” kata Megawati.
Terlalu bangga dengan keilmuannya, orang-orang itu justru terdiam saat didebat.
“Orang itu terdiam. Kalau saya masih punya otak saya. Tidak akan ada yang memberhentikan otak saya, kecuali yang di atas,” kata Megawati melanjutkan.
“Kalau kamu tergantung pada alatmu itu. Kalau saya tergantung pada otak saya. Orang tidak mungkin bisa memindai saya. Tapi mata saya dengan merekam lalu melihat orang, karena saya, mohon maaf, mungkin sudah jutaan orang yang saya temui.”
Lebih lanjut Megawati mengingatkan agar kader-kader PDIP jangan mengumbar kesombongan karena menguasai teknologi. Ia menyebut maraknya kebencian di media sosial dipicu kegagalan banyak orang mengontrol otaknya sendiri.
“Jangan sekali-kali kalau sudah pintar cyber lalu mulai sombong dan pikiran baik dikalahkan dengan pikiran jelek. Kalau kita sekarang melihat permainan di medsos, whatever namanya, itu kan penuh dengan kebencian,” kata Megawati.
“Itu yang selalu saya katakan kepada teman-teman saya, ketika orang tidak bisa mengontrol otak mereka sendiri sehingga nurani kebaikannya itu hilang dan menjadi kegelapan. Yang ada adalah bagaimana membangun kebencian untuk orang itu bereaksi.”[TGU]