Tak Aktif Meneliti, 70 Persen Guru Besar Sibuk Cari Proyek

Ilustrasi/linkedin.com

Koran Sulindo – Dari 5.724 guru besar di Indonesia yang aktif melakukan penelitian atau riset dituang dalam karya ilmiah hanya 30 persen. Sementara 70 persen diantaranya tidak aktif, mereka malah sibuk mengajar dan mencari “proyek” ke sana-kemari.

“Hal ini memang sungguh memprihatinkan,” kata Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristek Dikti, Prof Dr Ocky Karna Radjasa, saat bicara pada ‘Forum Sosialisasi dan Workshop Peningkatan Kinerja Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Kepada Masyarakat’ di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST), Yogya, Sabtu (15/4).

Kenyataan yang terjadi seperti inilah, menurut Ocky, menjadi pertimbangan Kemenristek Dikti untuk mencabut tunjangan guru besar yang  akan diberlakukan pada November mendatang. “Karena banyak guru besar yang tidak produktif, menjadi pertimbangan Kemenristek Dikti mencabut tunjungan guru besar,” tegasnya.

Kondisi seperti ini tidak hanya terjadi pada guru besar, tapi juga terjadi pada jabatan Lektor Kepala di Indonesia yang jumlahnya sekitar 31 ribu.

“Dari sebanyak itu ternyata yang produktif membuat karya ilmiah hanya sekitar 1.500 orang,” tutur Ocky.

Menanggapi informasi yang dilontarkan Ocky, pada kesempatan itu Rektor UST, Dr. Pardimin MPd, menegaskan pihaknya siap mendorong para dosennya untuk melakukan penelitian dan riset demi kemajuan bersama. Terlebih di UST saat ini banyak dosen yang masih muda, dan mempunyai peluang besar untuk berkarya.

“Mumpung kalian masih muda, berkaryalah secara maksimal. Karena ini kesempatan kalian untuk mengembangkan ilmu dan pengetahuannya dengan mengisi jurnal nasional terakreditasi dan jurnal internasional terindeks scopus,” ujar Rektor UST kepada para dosen yang hadir.

Prisma

Terkait dengan penelitian ilmiah ini, beberapa waktu lalu Badan Penerbit dan Publikasi (BPP) Universitas Gadjah Mada (UGM) meluncurkan portal riset, publikasi dan kegiatan pengabdian kepada masyarakat.

Portal yang dinamai Prisma ini diperuntukan pada dosen dan tenaga kependidikan di lingkungan UGM.

“Lewat protal ini, kami ingin mengintegrasikan data penelitian, kegiatan pengabdian, dan publikasi yang sudah dilakukan,” kata Kepala Badan Penerbit dan Publikasi, Dr.  Widodo, M.Sc.

Menurut Widodo, keberadaan portal Prisma diharapkan memudahkan universitas untuk bisa bisa menilai kinerja seluruh dosen terkait tugas penelitian dan publikasi. Dengan begitu, kegiatan Tridarma bisa terpantau dengan baik. Demikian pula, lewat portal Prisma ini bisa diketahui jumlah penelitian dan publikasi yang telah dilakukan oleh dosen dan staf.

“Bagi mereka yang banyak menghasilkan kegiatan riset dan publikasi serta pegabdian akan diberikan semacam reward dan insentif dari universitas,” tutur Widodo. [YUK]