Presiden Jokowi memberikan sambutan dalam KTT WIEF, Selasa (2/8) pagi, di JCC, Jakarta. (Foto: Humas Setkab/Rahmat)

Koran Sulindo –  Presiden Joko Widodo mengakui bahwa masyarakat muslim saat ini menghadapi berbagai tantangan yang besar, seperti tingkat pengangguran yang tinggi, khususnya pada kaum muda dan belum bisa berintegrasi dengan yang lain.

“Kita belum cukup kuat dalam sosial media dan teknologi sehingga kita tidak akan memenangkan pertarungan persepsi,” kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan dalam Pembukaan World Islamic Economic Forum (WIEF), di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Selasa (2/8).

Masyarakat muslim, lanjut Presiden, perlu diedukasi dan dilatih sehingga dapat memenangkan pertarungan.

“Tidak ada jalan pintas, tidak ada keajaiban. Kita harus melakukan pekerjaan rumit, kerja yang sulit untuk membangun industri yang menciptakan lapangan kerja, membangun sistem yang mengedukasi anak-anak kita, dan melatih keterampilan dan perilaku kaum muda yang dibutuhkan di abad 21 ini,” kata Presiden Jokowi

Negara-negara muslim masih menghadapi masalah kemiskinan dan persoalan mendasar seperti listrik, air bersih, dan transportasi. “Kita harus memastikan masyarakat hidup di tempat yang bersih, aman, kita harus memastikan kalau pangan juga tersedia dan terjangkau.”

Yang paling penting dan paling sulit, lanjut Presiden adalah membangun budaya masyarakat, budaya yang terbuka, budaya dimana kita tidak hanya bertoleransi terhadap perbedaan tapi juga sungguh-sungguh menghargai perbedaan itu.

Masyarakat muslim memiliki demografi yang paling baik dari masyarakat lainnya, dimana usia rata-rata 23 tahun, sementara masyarakat lain 30 tahun.

“Keuangan syariah saat ini menjadi industri yang bernilai jutaan dolar, baik dari sisi fashion, kuliner, seni dan arsitektur, memiliki potensi untuk menciptakan ekonomi baru,” kata Presiden.

Pembukaan WIEF ke-12 itu dihadiri  antara lain oleh Perdana Menteri Malaysia dan patron dari WIEF Foundation Dato’ Sri Mohd. Najib Binkata Tun Abdul Razak, Ketua WIEF Tun Musa Hitam, dan Presiden Islamic Development Bank Dr. Ahmad Mohamed Ali. [Setkab/DAS]