Susi: Pertama Kali dalam Sejarah Perdagangan Ikan, Indonesia Nomor 1 di Asia Tenggara

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti memberikan kuliah umum didepan 6.000 lebih mahasiswa ITB, di Auditorium Sasana Budaya Ganesa ITB, Jumat (18/8/22017)/Foto (Humas KKP/Rere).

Koran Sulindo – Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan pertama kali dalam sejarah neraca perdagangan ikan, Indonesia menjadi nomor satu di Asia Tenggara.

“Jadi, ketahuan Vietnam dan Thailand itu dari mana asal ikannya,” kata Susi, saat memberikan kuliah umum bagi mahasiswa baru Institut Teknologi Bandung (ITB) di Sasana Budaya Ganesha, Bandung, Jawa Barat, Jumat (18/8), seperti dikutip antaranews.com.

Menurut Susi, sejak kebijakan penenggelaman kapal pencuri ikan (illegal fishing) pada 2014 lalu, stok ikan di perairan Indonesia hanya berjumlah 6,5 juta ton. Namun kini stok itu meningkat hingga 12,5 juta ton.

Kebijakan itu disebutnya juga untuk menyelamatkan kehidupan nelayan lokal dan  pengusaha lokal.

Menurut Susi, kebijakan penenggelaman kapal itu adalah upaya menjadikan Indonesia berdaulat di mata dunia.

“Kita harus jadi negara berdaulat. Kita memastikan laut masa depan bangsa, maka dipegang kemerdekaannya. Kekuasaannya di tangan kita. Tanpa kedaulatan, kita tidak bisa melakukan apapun sesuai dengan kemauan,” katanya.

Sebelumnya, cerita Susi, ia mengundang duta besar dari negara tetangga, seperti Thailand, Vietnam, Philipina, Malaysia dan Australia untuk mengadakan pertemuan pada 2014. Mereka diberitahu kegiatan illegal fishing yang terjadi di perairan Indonesia yang dilakukan nelayan negara-negara tersebut akan disetop. Kapal akan ditenggelamkan tanpa kompromi.

“Kita akan mulai memoratorium dan melarang transhipment, dan kalau tertangkap kalau illegal akan saya tenggelamkan,” kata Susi.

Nilai Tukar Nelayan Naik

Sebelumnya, dalam sambutan upacara kemerdekaan di Kementerian Kelautan dan Perikanan, Susi mengatakan  telah berupaya menjaga sumber daya perikanan di Indonesia dengan mengeluarkan kebijakan yang mengatur tentang alat penangkapan ikan, cara penangkapan ikan dan berbagai kebijakan lain yang mungkin tidak populer.

“Tapi kita bekerja bukan untuk popularitas, melainkan untuk kesejahteraan rakyat Indonesia khususnya para nelayan itu sendiri,” kata Susi, di Jakarta, Kamis (17/8), seperti dikutip kkp.go.id.

Menurut Susi, nilai tukar nelayan pada 2016 sebesar 108.24, namun di  di Triwulan ke-II tahun 2017 naik menjadi 110.35.

Susi meyakini apa yang dikerjakan KKP selama ini sudah tepat, meskipun dalam melaksanakannya tidaklah mudah.

“Kita harus merapatkan barisan, saling bekerja sama, bahu-membahu dalam mengelola kelautan dan perikanan di Indonesia,” kata Susi.

Ke depan, KKP akan mulai menekankan pada pengembangan sektor perikanan budidaya, agar dapat memproduksi pakan ikan sendiri dengan harga yang lebih murah. [DAS]

Ilustrasi: Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti memberikan kuliah umum didepan 6.000 lebih mahasiswa ITB, di Auditorium Sasana Budaya Ganesa ITB, Jumat (18/8)/Foto (Humas KKP/Rere).