Koran Sulindo – Mengelola sumber daya kelautan terutama perikanan secara berkelanjutan merupakan hal yang penting. Dengan demikian, stok ikan akan tetap berlimpah dan membuat republik tidak kekurangan.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menceritakan hal tersebut dalam acara yang dihadiri pemimpin berbagai negara dengan tema “The Forgetten Fisheries” di New York, Amerika Serikat (AS). Susi menerapkan kebijakan tersebut dalam mengelola sektor perikanan di Indonesia.
Ia bercerita, pengelolaan sektor perikanan di masa lalu tidak memperhatikan aspek keberlanjutan sehingga praktik penangkapan ikan secara ilegal marak. Indonesia karena itu harus rela kehilangan stok ikan. Berdasarkan data statistik selama satu dekade, stok ikan Indonesia berkurang hingga 30 persen.
Situasi itu pernah ia alami ketika masih menjadi pengusaha ikan. Untuk memenuhi kuota ekspor, Susi harus mengirim 30 ton hingga 40 ton ikan ke Jepang dan AS. Akan tetapi dalam suatu waktu, stok ikan di pasar kosong. Ia hanya bisa menyediakan 100 kilogram. Ketika itu ia sama sekali tidak mengetahui apa penyebab hal tersebut.
Ketika ia menjabat sebagai menteri, baru kemudian diketahui penyebab dari situasi tersebut. Penyebab utamanya tidak lain dan tidak bukan karena maraknya pencurian ikan. Praktik demikian disebut sama sekali tidak memikirkan soal keberlanjutan.
Berdasarkan itu pula, ia lalu membuat kebijakan memberantas pencurian ikan. moratorium kapal perikanan asing, pelarangan transshipment, dan pelarangan penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan. Kebijakan tersebut tentu saja mendapat penolakan terutama dari pengusaha multinasional dan transnasional. Tapi, itu harus tetap dilakukan demi menjaga keberlanjutan sumber daya.
Di samping itu, kata Susi, pemerintah juga mulai menata pengelolaan perikanan dengan membatasi penangkapan ikan. Kebijakannya itu lalu menuai hasil: stok ikan meningkat. Itu terbukti lewat data yang dimunculkan Komisi Pengkajian Ikan Nasional.
Pada 2014, misalnya, stok ikan Indonesia hanya 6,5 juta ton. Hanya berselang dua tahun kemudian, stok ikan mencapai 12 juta ton pada 2016. Tingkat konsumsi ikan juga meningkat dari 36 kilogram g per kapita pada 2014 menjadi 43 kilogram per kapita pada 2016. [KRG]