Koran Sulindo – Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi kemasyarakatan (Ormas) Islam yang paling populer, menurut hasil survei Alvara Research Center (ARC). Pendiri dan CEO ARC, Hasanuddin Ali, mengatakan NU dikenal oleh 97 persen. Sedangkan Muhammadiyah 94,3 persen dan FPI 68,8 persen.
Hasil survei bertajuk Potret Keberagamaan Muslim Indonesia menanyai 1.626 responden dari 34 provinsi. Survei dilaksanakan pada pekan keempat November hingga pekan pertama Desember 2016. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara tatap muka kepada responden melalui multi stage random sampling dengan margin of error 2,4 persen.
““Dari segi afiliasi, mayoritas umat Islam berafiliasi pada NU, yakni 50,3 persen dan Muhammadiyah sebanyak 14,6 persen,” kata Hasanuddin.
Responden menyatakan NU dicitrakan sebagai ormas yang menghargai budaya lokal, tradisionalis, ajarannya cocok di Indonesia, melindungi kelompok minoritas. Sementara Muhammadiyah dicitrakan modern dan moderat.
“Sedangkan FPI dan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dicitrakan dengan mengusung syariat Islam serta ajarannya keras atau kaku,” katanya.
Secara umum, merujuk hasil survei itu, mayoritas umat Islam Indonesia merupakan masyarakat yang religius dan menyatakan agama memegang peranan penting bagi kehidupan mereka.
Komitmen Kebangsaan
Menurut Hasanuddin, apa yang terlintas dibenak responden jika mendengar kata NU, Muhammadiyah, atau FPI, disebut sebagai persepsi atau citra.
Dalam dunia pemasaran, menurut Hasanudin, citra bagi sebuah merek penting dianalisis untuk mengetahui seberapa kuat positioning dan differensiasi merek dari pesaingnya. Sebagai contoh merek sabun mandi Lifebouy butuh puluhan tahun untuk membangun positioning sebagai sabun kesehatan, merek mobil Toyota Kijang perlu belasan tahun untuk membentuk positioning sebagai mobil keluarga. Citra dari sebuah merek terbentuk bisa melalui dua cara, pertama dari informasi yang sampai ke telinga kita yang kemudian masuk dan diolah otak kita, dan yang kedua berasal dari pengalaman berinteraksi dengan merek tersebut.
Potret citra ormas Islam, salah satu bagian temuan dari hasil survei itu menggunakan pertanyaan tertutup sebanyak 16 atribut. Proses analisisnya menggunakan motede statistik Multidimensional Scaling (MDS).
Hasil survei, NU dibanding ormas-ormas lain sangat dekat dengan citra ormas yang menghargai budaya lokal, tradisionalis, dan menganut paham ahlusunnah waljamaah. Sementara itu Muhammadiyah dibanding ormas lain dekat dengan citra modern dan moderat. Lalu FPI, LDII, HTI berada dalam satu cluster dimana citra yang paling dekat dengan ketiga ormas tersebut adalah ormas yang mengusung syariat Islam, dan ajarannya keras dan kaku.
Secara umum, dari pemetaan ini bisa disimpulkan, NU memiliki citra sebagai ormas yang traditionalis dan kontekstualis, Muhammadiyah adalah ormas yang modernis dan kontekstualis. Sementara itu FPI, LDII, dan HTI adalah ormas yang bercitra tekstualis.
“Jalan panjang NU dan Muhammadiyah menjadi ormas Islam di Indonesia yang berdiri bahkan sebelum Republik Indonesia diproklamirkan tahun 1945 ikut membentuk citra ini,” tulis Hasan dalam pengantar rilis hasil survei itu.
Komitmen kedua ormas ini terhadap Pancasila dan NKRI tidak perlu diragukan, bahkan dalam sejarahnya kemerdekaan Republik Indonesia bisa diraih tak bisa dilepaskan dari peran kader-kader NU dan Muhammadiyah.
Citra NU dan Muhammadiyah sebagai ormas Islam yang memiliki komitmen kebangsaan juga tercermin dari pemetaan citra tersebut. Atribut membela Pancasila dan NKRI, menghargai perbedaan, toleran, dan mengusung islam rahmatan lil alamin lebih dekat ke NU dan Muhammadiyah dibanding ormas-ormas islam yang lain. [alvara-strategic.com/DAS]