Soeharto (Foto/Reuters)

Koran Sulindo – Indo Barometer merilis hasil survei nasional bertajuk “Evaluasi 20 Tahun Reformasi”.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara tatap muka responden menggunakan kuesioner tentang tingkat kepuasan publik terkait kinerja Presiden RI.

Hasil survei tersebut memunculkan presiden yang paling berhasil dalam melakukan tugasnya adalah Presiden RI ke-2 Soeharto.

“Soeharto menduduki peringkat pertama dengan presentasi 32,9 persen, disusul Presiden Pertama Soekarno dengan nilai 21,3 persen,” kata Qodari di Jakarta, Minggu (20/5).

Selanjutnya, posisi ketiga ditempati Presiden RI ke-7 Joko Widodo (Jokowi) dengan nilai 17,8 persen. Posisi keempat ada Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan presentase 11,6 persen.

Sementara, posisi kelima ditempati Presiden RI ke-3 BJ Habibie dengan nilai 3,5 persen. Selanjutnya Presiden RI ke-4 Abdurahman Wahid sekitar 1,7 persen.

Dan terakhir Presiden RI ke- 5 Megawati Soekarnoputri dengan nilai 0,6 persen.

Menurut Qodari memaparkan, ada sejumlah hal yang dinilai publik paling baik di era pemerintahan Soeharto daripada pemerintahan lainnya.

“Soal perekonomian rakyat dan kehidupan sosial yang baik, penilaian publik dapat dilihat saat ini menurun adalah sektor perekonomian rakyat dan sosialnya,” terangnya.

Survei Indo Barometer dilakukan di 34 provinsi di Indonesia. Untuk jumlah sampel 1.200 responden, dengan margin of erorr sebanyak lebih 2,83 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

Untuk metode penarikan sampel yang digunakan merupakan multistage random sampling.Waktu pengumpulan data dilakukan pada 15- 22 April 2018.

Sementara itu, politikus PDI Perjuangan Budiman Sujatmiko mengatakan, kriteria Soeharto paling berhasil dari deretan Presiden adalah hal wajar di masa Orde Baru dibandingkan pasca reformasi.

Menurutnya, masa kepemimpinan Soeharto mencapai 32 tahun, sedangkan periode kepemimpinan pasca reformasi hanya lima tahun.

“Kalau kepemimpinan pasca reformasi hanya 3 sampai 5 tahun, tapi Pak Soeharto 32 tahun. Jadi wajar kalau dia membangun lebih banyak jembatan dan bendungan karena lebih lama berkuasa,” kata Budiman yang juga Anggota Komisi II DPR membidangi pemerintahan dan dalam negeri itu.

Budiman melanjutkan, selama 32 tahun berkuasa, Soeharto mengembangkan semua sektor dan perekonomian rakyat serta sosial.

“Kalau membandingkan Soeharto sama saja dengan orang yang punya modal besar dan modal waktu besar, dibandingkan orang yang modalnya kecil,” ujarnya.

Apalagi, kata Budiman, semua lembaga legislatif dan yudikatif dikendalikan oleh rezim Soeharto. Termasuk pesta demokrasi yang berlangsung lima tahun sekali itu pun telah diatur oleh Soeharto.

“Jaman Soeharto pemilu belum berlangsung kita sudah tahu siapa yang menang. Hal itu berbeda pasca reformasi,” ujar Budiman. [CHA/TGU]