Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati

Koran Sulindo – Hari Selasa pada 24 April 2018 lalu seakan menjadi hari yang kelabu. Pada hari itu, pemerintah melelang lima seri surat utang (obligasi), namun tak banyak peminatnya. Target pengumpulan dana pun tak bisa dicapai.

Obligasi yang dilelang pemerintah itu adalah SPN03180725 (tenor 3 bulan), penawaran yang masuk Rp 2,75 triliun; SPN12190131 (tenor 9 bulan), penawaran yang masuk Rp 3,15 triliun; FR0063 (tenor 5 tahun), penawaran yang masuk Rp 1,35 triliun; FR0064 (tenor 10 tahun), penawaran yang masuk Rp 6,17 triliun, dan; FR0075 (tenor 20 tahun), penawaran yang masuk Rp 3,59 triliun.

Total penawaran yang masuk sebesar Rp 17,02 triliun. Padahal, pada lelang sebelumnya, total penawaran yang masuk sebesar Rp 37,72 triliun. Pencapaian pada lelang terakhir ini merupakan pencapaian paling rendah dalam lelang Surat Berharga Negara (SBN) sepanjang 2018, kalau dilihat dari jumlah penawaran.

Adapun total yang dimenangkan sebesar Rp 6,15 triliun. Perinciannya: SPN03180725 tidak ada yang dimenangkan; SPN12190131 tidak ada yang dimenangkan; FR0063 tidak ada yang dimenangkan; FR0064 dimenangkan Rp 3,95 triliun, imbal hasil (yield) rata-rata 6,92%, dan; FR0075 dimenangkan Rp 2,2 triliun, yield rata-rata 7,47%. Yield SBN tenor 10 tahun yang melewati level 7% itu merupakan yang tertinggi sejak Juli 2017.

Tingginya yield tersebut menandakan harga instrumen itu sedang turun. Itu menjadi indikasi berkurangnya minat investor terhadap surat utang pemerintah.

Total yang dimenangkan tersebut juga sangat jauh di bawah target pemerintah, yang Rp 17 triliun. Target ini pun bisa dinaikkan menjadi Rp 25,5 triliun. Sepanjang 2018, ini pun baru pertama kali terjadi.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pihaknya akan mewaspadai kondisi tersebut. “Kami akan waspada dan tetap komunikasikan kebutuhan financing kita akan tetap terjaga, sehingga tidak menimbulkan spekulasi,” kata Sri Mulyani di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (26/4).

Ia mengaku masih optimistis strategi pembiayaan tahun ini akan lancar. Risiko dalam penerbitan obligasi dimitigasi, di tengah tekanan kondisi global. “Kami melihat bahwa proyeksi pembiayaannya masih akan cukup comfortable,” ujar Sri Mulyani.

Memang, waktu lelang SBN berada di momentum ketika nilai tukar rupiah melemah. Di mata calon investor, berinvestasi di aset-aset yang berbasis mata uang dalam kondisi sekarang menjadi kurang menguntungkan, karena nilainya menurun. Itu sebabnya investor cenderung menghindari pasar SBN.

Yang juga terkena angin buruk dari pelemahan rupiah adalah lantai bursa saham domestik. Terjadi penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lebih dari 1% karena tekanan aksi jual investor.

Situasinya menjadi semakin tidak baik ketika Bank Indonesia mengumumkan, utang luar negeri Indonesia pada tahun 2017 mencapai lebih Rp 4.000 triliun. Jumlah utang luar negeri sebesar itu, menurut ekonom Rizal Ramli, sudah lampu kuning. “Sudah gali lubang tutup jurang,” kata Rizal lewat akun Twitter-nya, 6 April 2018. [RAF]