Sumbangsih Bangsa Mongol

Suluh Indonesia – Pada mulanya, bangsa Mongol adalah suatu masyarakat yang mendiami hutan Siberia dan Mongolia Luar, di antara Gurun Pasir Gobi dan Danau Baikal. Telah disebutkan sebelumnya bahwa mereka berasal dari daerah pegunungan Mongolia, yang membentang dari Asia Tengah sampai Siberia Utara, Tibet Selatan, Mancuria Barat, dan Turkistan Timur.

Mereka bukan bangsa nomad stepa seperti bangsa nomad lainya, yang pada umumnya berpindah dari satu stepa ke stepa yang lain. Walaupun mereka menguasai banyak stepa, karena kemampuan mereka berperang dan ketangkasan mereka dalam menunggang kuda.

Ivan Lissner dalam The Living Past, dari uraian R. P. Leister, mencatat bangsa Mongol berasal dari daerah yang terletak di bagian Timur Laut Asia. Di sana terdapat dua sungai Onom dan Kerulen, yang mengalir ke Timur Laut dari deretan pegunungan tinggi Urkhan.

Pegunungan tersebut diapit oleh hamparan Gurun Pasir Gobi yang cukup luas. Terdapat pula hutan, lembah, dan padang rumput luas. Mereka adalah salah satu anak rumpun bangsa Tartar. Sebagian besar ahli sejarah berkesimpulan, bahwa nama tempat asal mereka adalah Mongolia. Karena itu mereka dinamakan bangsa Mongol.

Kalau dari yang disampaikan sejarawan Tiongkok, nama Mongol adalah konversi dari bahasa Tiongkok. Yaitu, Mong atau pemberani. Tapi, hampir seluruh sejarawan mengakui dan memastikan bahwa bangsa Mongol muncul bersamaan dengan bangsa Hun.

P.K. Sykes dalam History of Persia, mengutip Ibn al-Athir: “bangsa Mongol adalah orang-orang nomaden yang nenek moyangnya berasal dari bangsa Hun”. Di Asia Tengah mereka dikenal sebagai bangsa Tartar.

Harold Lamb mencatat bahwa Tartar berasal dari nama suku atau asal kata Tiongkok: T’ta atau T’tzi. Sampai saat ini, orang-orang masih menggunakan hasil konversi asal kata nama kepala suku Tartar. Bukan Tartar yang disalahgunakan sebagai nama suku asal bangsa Mongol.

Perlu diingat, bahwa bangsa Mongol tak sama dengan bangsa Tionghoa. Mereka keturunan dari Tugusi Stok asli, dengan campuran kuat darah Persia dan Turki. Sebuah ras yang kini disebut Ural-Altik. Mereka adalah bangsa nomad di dataran tinggi Asia yang oleh bangsa Yunani disebut Seythian.

Bangsa Mongol terbagi dalam lima suku besar. Yaitu, suku Naiman yang mendiami sebelah barat lereng Gunung Altai, di antara Sungai Irtysh (atas, mata air) dan sungai Orkhom/Orkhan (bawah, muara).

Lalu, suku Kerait yang berdiam tidak jauh dari daerah tempat tinggal yang pertama, yakni di sebelah selatan Orkhon. Selanjutnya suku Merakit (Merkit) tinggal sebelah utara dari tempat tinggal Suku Kerait.

Bangsa Tartar menempati wilayah Sungai Kerulen dan Bangsa Mongol menempati wilayah antara Sungai Kerulen dan Sungai Omon. Di antara mereka, Suku Kerait lah yang mempunyai anak suku yang banyak. Di antaranya yang terkenal ialah: Nayman dan Merakit.

Namun, dengan kemajuan peradaban, mereka dapat terbagi menjadi suku-suku yang lebih besar lagi. Yaitu White Tartar (Tartar Putih), Red Tartar (Tartar Merah), dan Wild Tartar (Tartar yang Buas). Jengis Kahn berasal dari Red Tartar.

Mongol, seperti bangsa nomad lainya, hidup dalam pengembaraan dan tinggal di perkemahan. Hidup sederhana dengan berburu binatang, menggembara domba, dan memakai kulit binatang untuk menutupi aurat.

Sebagaian kecil dari mereka menganut paham cabang Nestorian dan Samaniah. Pada umumnya, orang-orang Mongol menyembah matahari. Makan daging semua binatang, dan juga makan daging manusia. Mereka hidup dalam kedaan kotor dan tidak bersih. Sama seperti di Aceh, Sumatra, dan Pulau Jawa pada masa lampau, seperti yang dicatat oleh Marcopolo.

Sejarah Mongol dalam catatan dimulai pada akhir Abad XII dan awal Abad XIII M. Sebagaimana yang diungkapkan oleh buku Secret History of the Mongols, dan beberapa sumber dari Persia dan dari Tiongkok.

Bangsa Mongol juga memberi sumbangsih dalam kemajuan peradaban dunia. Keturunan Jengis Khan baik dalam Islam maupun dalam sejarah dunia, meninggalkan pengaruh yang sangat positif dan signifikan bagi peradaban umat manusia.

Pada konteks tertentu keberhasilan munculnya etintas Mongol-Islam tersebut, dapat disejajarkan dengan kemunculan bangsa Arab pada Abad ke VII M. Kehadirian Jengis Khan dengan membangun tentara yang disiplin, kuat, dan administrasi pemerintah yang teratur dan sistematis, menjadi sebuah era baru dalam sejarah dunia maupun bangsa Mongol.

Para pemimpin pengganti Jengis Khan misalnya, mampu memperluas daerah kekuasaan bangsa Mongol. Dari Tiongkok di Timur sampai Rusia di bagian barat, bahkan jauh masuk sampai ke dalam Eropa dan seluruh Asia Tengah. Mesir, Jepang, Korea, Myanmar, dan India adalah daerah-daerah yang mereka kuasai juga. Kekuatan tentara-tentara Mongol juga pernah sampai ke Indonesia (perairan Nusantara pada masa Kerajaan Singasari). [WIS]

Baca juga: