Sudah 15 Saksi Diperiksa dalam Kasus Novel Baswedan

Ilustrasi: Kapolda Metro Jaya Iriawan memimpin apel pamen Rabu (12/4/2017)/ntmcpolri.info

Koran Sulindo – Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya, Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono, mengatakan polisi  sudah memeriksa 15 orang dalam kasus penyiraman air keras terhadap penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan.

“Saksi itu yang mengetahui, mendengar, dan melihat, terutama yang di samping rumah. Yang mengetahui jam berapa yang bersangkutan keluar, kemudian apakah melihat ada kendaraan masuk dan sebagainya,” kata Argo di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu, (12/4), seperti dikutip ntmcpolri.info.

Mayoritas saksi adalah tetangga korban dan jamaah Masjid Al Ikhsan yang mengetahui peristiwa brutal tersebut.

“Nanti kita cari saksi-saksi yang mengetahui, kita upayakan nanti sehingga diketahui keluar masuknya. Apakah sudah diintai atau belum, nanti dicari saksi dulu,” katanya.

Polisi belum mengetahui nomor polisi kendaraan yang dipakai pelaku, namun dipastikan pelaku sebanyak 2 orang dan yang melakukan penyiraman adalah pembonceng.

“Kemudian untuk barang bukti seperti cairan sudah diperiksakan ke labfor, mudah-mudahan segera turun, itu cairan apa,” kata Argo.

Apel

Sementara itu, pada apel perwira menengah di halaman Ditreskrimsus Polda Metro Jaya, pagi tadi, Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol M Iriawan memerintahkan jajarannya segera menangkap pelaku .

“Kita sekarang sedang melakukan olah TKP, melakukan penyelidikan, pemeriksaan saksi, barang bukti,” kata Iriawan.

Kapolda mengaku telah mengantongi informasi yang penting dari korban saat mengunjunginya di Rumah Sakit Mata Jakarta Eye Center (JEC), Menteng, Jakarta Pusat.

“Ada beberapa hal yang mungkin akan saya dalami. Yang jelas peristiwa ini harus kita ungkap, harus kita ulas siapa pelakunya, karena akan preseden kurang baik kepada penegak hukum secara keseluruhan,” kata Kapolda.

Rapi

Serangan terhadap penyidik KPK Novel Baswedan disebutkan disiapkan rapi.

“Serangan itu direncanakan matang, dengan alat yang sudah ditentukan secara spesifik, air keras. Penyerang bukan hanya tahu jadwal-jadwal kegiatan Novel Baswedan, mereka bahkan turut serta dalam kegiatan-kegiatan itu, seperti ikut salat berjamaah bersamanya,” kata Koordinator Kontras, Haris Azhar, dalam jumpa pers di Gedung KPK, Selasa (11/4) kemarin.

Presiden Joko Widodo kemarin juga mengutuk penyerangan itu.

“Itu tindakan brutal, yang saya mengutuk keras. Saya perintahkan kepada Kapolri untuk dicari siapa pelakunya,” kata Presiden Jokowi, seperti dikutip setkab.go.id.

Sementara itu Mantan pimpinan KPK, Busyro Muqoddas, mengatakan Novel telah mengalami 6 kali aksi kekerasan yang menjurus pada percobaan pembunuhan. Menurut Busyro, penyerangan itu tidak bisa dilepaskan kaitannya dengan kasus-kasus yang ditangani Novel, termasuk kasus dugaan korupsi KTP el.

Novel pernah ditabrak mobil saat mengendarai sepeda motor menuju kantor KPK. Ia juga dipidanakan terkait dugaan pembunuhan tahun 2004 terhadap seorang pencuri sarang burung walet saat ia menjadi penyidik di Bengkulu. Belakangan Novel; Baswedan juga mendapat surat peringatan dari pimpinan KPK, terkait kritiknya kepada pimpinan KPK perihal rencana pengangkatan ketua satuan tugas (Kasatgas) KPK dari luar KPK.

Beberapa Kasus Novel

Novel Ketua Satgas Penyidik KTP elektronik. Penyidikan mega korupsi yang disinyalir merugikan negara sebesar Rp 2,3 triliun tersebut kini telah menghadirkan 4 tersangka.

Kasus ini menyeret nama besar yang diduga terlibat antara lain Ketua DPR RI Setya Novanto, Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly, Menteri Dalam Negeri periode 2009-2014, Gamawan Fauzi dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

Pada kasus Korupsi Wisma Atlet SEA Games Palembang  yang merugikan negara sebesar kurang lebih Rp25 miliar itu menyeret Bendahara Partai Demokrat, M. Nazaruddin dan Angelina Sondakh.

Novel juga terlibat dalam penyidikan kasus suap cek pelawat pada pemilihan Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia pada 2004. Kasus ini menjerat istri mantan Wakil Kepala Polri Komjen (Purn) Adang Daradjatun, Nunun Nurbaeti dan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda Swaray Goeltom. [DAS]