Joseph Stalin pemimpin sosialis Uni Soviet [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Dicerca secara luas di Barat Joseph Stalin justru menikmati peningkatan popularitas di Rusia. Popularitasnya melejit tiga kali lipat dibanding tahun 1990 menjadi 24 persen dari sebelumnya yang hanya delapan persen. Saat yang sama popularitas Lenin justru melorot dari 67 persen menjadi 26 persen tahun ini.

Levada, sebuah lembaga penelitian independen menggelar jajak pendapat bulan Maret lalu khusus untuk mengetahui pandangan orang Rusia terhadap Stalin. Hasil jajak pendapat itu menunjukkan, 54 persen responden menunjukkan sikap positif mereka untuk Stalin, 17 persen negatif, 32 persen tidak peduli dan 14 persen tidak menjawab.

Meski begitu, mayoritas responden tetap menganggap kebijakan radikal Stalin yang menewaskan jutaan orang sebagai pelanggaran massa hak asasi manusia. Sementara dua pertiga dari responden setuju menyebut Stalin sebagai tiran dan hanya setengah yang menyatakan ‘pembersihan’ sebagai kejahatan.

Namun, 26 persen responden mengatakan represi untuk kemanfaatan politik harus dibenarkan dari perspektif sejarah.

Ditanya tentang peran sejarah dari Revolusi Sosialis 1917, 49 persen menyebut revolusi itu memainkan peran positif, 32 persen menganggap negatif dan 21 persen tidak menjawab. Namun hanya 28 persen responden percaya peristiwa yang mirip Revolusi Sosialis 1917 bisa diulang di era Rusia modern dan 59 persen menyebut skenario seperti itu mustahil.

Dalam kacamata Barat, Stalin digambarkan sebagai tiran dan diktator bengis yang kejam. Episode paling mematikan dari kekuasaannya adalah ‘pembersihan’ di akhir 1930-an, ketika rezim yang paranoid mengeksekusi ribuan orang yang dianggap ‘musuh rakyat’. Stalin dianggap bertanggung jawab atas jutaan orang Rusia yang dikirim ke kamp kerja paksa di daerah terpencil yang dikenal sebagai gulag. Jutaan diduga tewas akibat kelaparan, kelelahan dan cuaca dingin.

Barat menganggap, pembersihan itu tak hanya menunjukkan kesediaan Stalin untuk mengeksekusi rakyat sendiri, namun juga menumpas banyak pikiran cerdas dan menjanjikan dari orang-orang Rusia. Stalin juga disalahkan atas pembersihan pada Tentara Merah yang memicu minimnya kepemimpinan ketika Nazi menginvasi Rusia tahun 1941.

Banyak orang di Rusia setuju, nama Stalin mulai dipulihkan sejak Vladimir Putin menjadi orang paling berkuasa di negeri itu. Putin juga berperan rehabilitasi masa lalu Uni Soviet secara umum. Meski tak pernah secara terbuka memuji Stalin, beberapa pernyataannya Putin jelas mengisyaratkan bahwa Stalinisme itu tak semuanya buruk.

Dalam sebuah diskusi, meski mengatakan Teror 1937 adalah ‘halaman menakutkan’ dari sejarah Rusia, Putin justru pemboman AS di Hiroshima dan Vietnam jauh lebih buruk dan brutal.  “Kita seharusnya tidak pernah mengizinkan orang lain untuk membuat kita merasa bersalah,” kata Putin.

Boris Dubin, staf ahli di Leveda menyebut Putin adalah antitesis dari pemimpin Rusia sebelumnya, Boris Yelstin. Jika Yelstin ingin memutus semua hubungan dengan periode Uni Soviet, Putin berbalik sisi dengan membangun kembali kontinuitas Rusia dengan masa lalu Uni Soviet. [TGU]