Koran Sulindo – Semua transaksi proyek kereta api ringan Light Right Transit (LRT) Jabodetabek akan dipantau terus menerus agar bebas dari korupsi. Menteri Keungan Sri Mulyani Indrawati mengatakan semua pihak yang terlibat dalam proyek LRT untuk tidak tersangkut perkara-perkara korupsi.
Ia menegaskan tak ingin citra proyek infrastruktur, menjadi bancakan koruptor dan berpengaruh pada progres pembangunannya. “Kita menekankan di dalam proses ini adalah tidak ada korupsi hingga menimbulkan image yang tidak baik terhadap Republik Indonesia dalam menjalankan proyek infrastruktur,” kata Sri Mulyani, Jumat (8/12).
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menambahkan, selama ini persepsi masyarakat pada proyek infrastruktur yang sering mangkrak disebabkan oknum-oknum yang melakukan korupsi. “Selama ini sering dipersepsikan menjadi lahan yang tidak sehat. Jadi kita berkomitmen, tata kelola dan anti korupsi,” kata Sri Mulyani.
Ia menambahkan, proyek ini, kata Sri Mulyani, membutuhkan kerjasama yang baik antara pemerintah dengan Kereta Api Indonesia dan PT Adhi Karya Tbk. Ia juga bakal memastikan kesehatan keuangan PT KAI dan Adhi Karya agar sanggup melakukan semua kewajiban-kewajiban pengembalian.
Menurut Sri Mulyani, untuk mengerjakan proyek ini PT Adhi Karya telah mendapatkan Penanaman Modal Negara atau PNM sebesar Rp 1,4 triliun sedangkan PT KAI mendapatkan PMN termasuk yang dari UU APBN 2018 dengan jumlah total sebesar Rp 7,6 triliun. “Dalam hal ini KAI akan meminjam Rp 18,1 triliun, sehingga dia memiliki kewajiban Rp 25,7 triliun dalam jangka waktu pinjaman 17 tahun,” kata Sri Mulyani.
Selain itu pemerintah juga berjanji sanggup mengucurkan memberikan bantuan berupa subsidi selama 12 tahun untuk pembangunan LRT.
Proyek LRT Jabodetabek direncanakan bakal menelan anggaran sebesar Rp 29,9 triliun dengan komposisi pembiayaan PT KAI sebesar Rp 25,7 triliun dan Adhi Karya membiayai sebesar Rp 4,2 triliun. Menurut rencana pembiayaan finansial closing akan dilakukan tanggal 21 Desember 2017 sedangkan pencairan dana Adhi Karya dilakukan 15 Januari 2018.
Adapun penyelesaian pembiayaan akan dilakukan oleh tiga bank negara yakni Bank Mandiri, BNI, dan BRI dengan total sebesar Rp 18 triliun serta dua bank swasta yakni CIMB sebesar Rp4 triliun dan BCA Rp3 triliun dengan bunga besaran bunga sebesar 8,25 persen.
LRT Jabodetabek adalah sistem kereta api ringan yang yang akan menghubungkan pusat kota Jakarta dengan pinggiran kota di Jabodetabek seperti Bekasi, Bogor, dan Depok.Diharapkan dengan beroperasinya kereta api ringan ini bakal mengurai kemacetan lalu lintas di Jakarta. LRT juga dianggap sebagai pengganti proyek Monorail Jakarta telah dibatalkan.
Proyek monorail mulai direncanakan sejak awal tahun 2000-an dan konstruksi dimulai empat tahun kemudian. Proyek sempat terhenti karena kekurangan dana dan ditinggalkan seluruhnya pada tahun 2008.
Desain rute monorel, termasuk line Hijau dan line Biru, dikritik karena hanya menghubungkan pusat perbelanjaan di pusat kota Jakarta, dan tidak terhubung ke pinggiran Jakarta yang sangat membutuhkan infrastruktur transportasi yang berguna bagi sistem komuter. Pakar transportasi menganggap bahwa proyek monorel di pusat kota tak bakal mengatasi masalah lalu lintas di Jakarta dan hanya terbatas menjadi daya tarik wisatawan. [TGU].