Megawati Soekarnoputri (foto/istimewa)

Koran Sulindo – Politik harus selalu dilakuan dalam rangka untuk mencapai tujuan yakni kemaslahatan rakyat. Perbedaan harus diterima tanpa perlu segala caci maki menyertainya.

Pesan tersebut disampaikan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menanggapi pernyataan Presiden Joko Widodo yang menyebut soal adanya banyak politikus sontoloyo.

“Politik itu kan sebenarnya memang kemaslahatannya untuk rakyat, kalau ada perbedaan, kita tidak perlu harus ikut mencaci maki dan sebagainya,” kata Megawati usai menghadiri penganugerahan doktor kehormatan kepada Dato Seri Anwar Ibrahim di Universitas Negeri Padang, Sumatera Barat, Senin (29/10).

Megawati mengibaratkan bahwa dalam sebuah negara ada tata kelola pemerintahan. Dalam tata pemerintahan itu tentulah ada saluran untuk memperdebatkan ide dan gagasan termasuk di parlemen.

Menurut Megawati, di parlemen itulah masing-masing fraksi yang mewakili partai politik bisa menyampaikan kritik atas kebijakan pemerintah.

Menjadi masalah, kata Megawati, yang ada adalah bahwa perbedaan justru diumbar dengan keluar dari sistem itu. Sehingga perbedaan pendapat terkesan dijadikan sebagai ajang pertempuran yang tidak sehat.

“Padahal kita ini satu bangsa satu negara. Dan siapakah yang akan terkena dampaknya di kemudian hari? Itu sebenarnya rakyat. Apakah kita selalu akan mempermainkan  rakyat?” kata Megawati.

Karena itulah, ia menyerukan agar yang diutamakan adalah memelihara persaudaraan antara warga sebangsa dan setanah air. “Mari perbedaan itu kita kelola dengan lebih aktif, tetapi sifatnya positif,” kata Megawati.

Seperti diketahui Megawati juga mendapatkan gelar doktor HC dari Kampus UNP tahun 2017 silam. Gelar tersebut diberikan untuk Megawati atas pengabdiannya di bidang pendidikan saat masih menjabat sebagai Presiden RI.

Mengomentari sahabatnya Anwar Ibrahim itu, Megawati menyebut dirinya tak jauh berbeda dengan Anwar.

“Kalau mau tahu, saya dan Dato’ itu, dapat dikatakan politisi satu angkatan. Usia kami, saya selalu bilangnya plus 17. Jadi beliau begitu pasti. Ketika saya ditanyakan, kenapa ibu tak mau menyebutkan umurnya yang asli? Karena saya perempuan,” kata Megawati.

Lebih lanjut ia mengungkapkan persamaan lainnya adalah jalan politik yang ditempuh dan dilewati yakni bukan perjalanan politik yang berjalan di atas karpet merah.

Ia dan Anwar Ibrahim tak mengedepankan politik yang menghalalkan segala cara untuk meraih kekuasaan.

Selain membicarakan persamaannya dengan Anwar Ibrahim, Megawati juga menyebut ada perbedaan di antara mereka.

“Saya belum jadi masuk penjara. Karena ketika itu, saya sudah dipanggil polisi lah, kejaksaan lah, mungkin tinggal satu langkah, tapi begitu cepat Indonesia mengalami reformasi. Alhamdulillah. Saya belum jadi masuk ke penjara,” kata dia.[TGU/CHA]