Snowden: NSA Bertanggung Jawab atas Serangan Siber di Dunia

Mantan programer CIA Edward Snowden [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Serangan ransomware ke hampir 100 negara mendapat perhatian berbagai pihak. Salah satunya adalah mantan programer badan intelijen Amerika Serikat (AS) CIA Edward Snowden.

Fenomena yang menyerang 16 rumah sakit di Inggris lewat program jahat bernama WannaCry, menurut Snowden, pembocor dokumen rahasia itu, karena Badan Keamanan Nasional (NSA) AS yang memata-matai semua warga secara ilegal. Badan tersebutlah yang paling bertanggung jawab, katanya.

Serangan ransomware juga terjadi di beberapa rumah sakit di Indonesia. Karena program jahat tersebut mengunci sistem komputer rumah sakit, maka datanya pun tidak bisa diakses. Akibatnya layanan menjadi terganggu. Potensi penyebarannya masih ada hingga besok.

Tudingan Snowden itu muncul sehari setelah Presiden Donald Trump menandatangani perintah untuk memperbaiki keamanan siber AS karena serangan ransomware itu. Lewat akun Twitter, Snowden mengatakan, pihak NSA membangun alat perang siber, tapi kini justru diretas sehingga membahayakan kehidupan pasien di rumah sakit di Inggris.

Your News Wire melaporkan, menurut Snowden, peristiwa ini bisa dicegah jika NSA tidak memata-matai warga secara ilegal. Oleh karena itu, serangan ransomware hanya konsekuensi logis atas apa yang dilakukan NSA selama ini.

Pakar komputer AS Graham Cluley setuju dengan apa yang dikatakan Snowden. Bahwa NSA selama ini mengetahui ada kerentanan keamanan yang bisa membahayakan pengguna komputer. Ketimbang memberitahukan kepada perusahaan yang membuat perangkat lunak komputer, justru celah itu digunakan NSA untuk memata-matai warga. Lalu, pada saatnya NSA justru diretas lewat itu.

Berdasarkan fakta itu, Snowden mendesak Kongres untuk memanggil NSA untuk meminta penjelasan mengenai serangan siber yang melanda dunia. Beberapa orang melihat apa yang dikatakan Snowden sangat masuk akal. Setidaknya NSA bisa menginformasikan kerentanan keamanan itu.

WannaCry merupakan ransomware yang dibuat dengan memanfaatkan tool senjata siber milik dinas intelijen AS, NSA, yang pada April lalu dicuri dan dibocorkan oleh kelompok hacker Shadow Broker. [KRG]