Siti Aisyah/Straitstimes

Koran Sulindo – Siti Aisyah, warga negara Indonesia yang dituduh terlibat dalam pembunuhan saudara tiri pemimpin Korea Utara, Kim Jong-nam, mengaku dibayar 400 ringgit Malaysia (sekitar Rp1,2 juta) setiap berperan dalam program reality show. Adegan yang dilakukannya di Bandara Kuala Lumpur yang berujung pada kasus pembunuhan

“Dia menceritakan dibayar 400 RM atau 100 dollar AS untuk setiap kegiatan prank yang dilakukannya,” ujar

Wakil Duta Besar Republik Indonesia KBRI Kuala Lumpur, Andreano Erwin, dalam jumpa pers di Kuala Lumpur, Sabtu (252) mengatakan kondisi kesehatan Siti Aisyah dalam keadaan baik namun secara psikologis dan mental perlu pemeriksaan lebih lanjut.

KBRI Kuala Lumpur telah mengecek identitas Aisyah dengan mobile device (perangkat mobile) atau alat khusus biometrik yang berasal dari Imigrasi di Indonesia.

“Hingga saat ini polisi belum menentukan dakwaan kepada Siti dan kedutaan telah menyiapkan pengacara untuk membela Siti,” katanya.

Masa penahanan (masa reman) Siti akan berakhir pada 1 Maret 2017 dan kemungkinan kasusnya akan dibawa ke mahkamah.

Sebelumnya, Andreano Erwin bersama tim telah melakukan kunjungan ke lokasi penahanan Siti Aisyah di Kantor Pusat Polisi Daerah Cyberjaya Selangor Jalan Cyber Point 5 43900 Dengkil Negara Bagian Selangor Malaysia.

Sementara itu menurut sumber terpercaya, Siti Aisyah pertama kali mengenal warga Korea Utara bernama James atau Ri Ji U yang mengajaknya dalam program reality show. Dia tidak mengenal warga Viet Nam atau warga Korea Utara lainnya.

Siti Aisyah pertama kali ikut program prank itu sejak tahun ini dan sudah beberapa kali dilakukan di Kuala Lumpur dan Kamboja.

Cek Sidik Jari

Sementara itu, setelah mendapatkan akses kekonsuleran dari Pemerintah Malaysia, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur melakukan cek sidik jari kepada Siti Aisyah.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, memang dari aspek kepemilikan paspor, betul paspor yang dipegang Siti Aisyah adalah paspor Indonesia.Tetapi untuk memastikan bahwa antara pemegang paspor dengan orangnya sama, harus dilakukan tes sidik jari.

“Dari situ baru kita bisa mengatakan memang benar ini adalah Siti Aisyah yang memegang paspor nomor sekian adalah WNI,” kata Menlu, di Sidney, Australia, Sabtu (25/2).

Pemerintah akan langsung melakukan komunikasi dengan KBRI di Malaysia untuk menyiapkan akses ke konsuler untuk bertemu dengan Siti Aisyah.

Dalam konteks kunjungan kepada Siti Aisyah tersebut, lanjut Menlu, pemerintah menyiapkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan sekaligus menyiapkan pengacara.

“Hari ini, Kuasa Usaha kita dan Tim Konsuler KBRI di Malaysia sudah menggunakan akses kekonsulerannya dan bertemu dengan Siti Aisyah. Kita juga membawa mobile device untuk mencocokkan sidik jari dari Siti Aisyah,” katanya.

Data dari  sidik jari yang diambil saat ini sedang dikirim ke Jakarta, karena pencocokannya ada di Imigrasi Pusat di Jakarta.

“Jadi saat ini kita masih menunggu hasilnya seperti apa,” kata Menlu. [Antara/setkab.go.id/DAS]