Setelah Pembunuhan, Wartawan di Meksiko Kini Dimata-Matai

Ketika keluarga dan teman dekat bersedih karena kematian wartawan investigasi Javier Valdez di Meksiko [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Pada suatu Mei 2017. Sehari setelah wartawan investigasi Javier Valdez dibunuh, 2 orang temannya dari koran Riodoce menerima pesan singkat tertulis yang mengaku memiliki informasi tentang pembunuhan Valdez. Kedua temannya yang bernama Andres Villarreal dan Ismael Bojorquez adalah orang yang menerima pesan tertulis itu.

Seperti yang dituliskan The New York Times, pesan tertulis singkat itu juga menyertakan tautan yang meyakinkan bahwa kartel narkoba Meksiko dalang di balik pembunuhan Valdez. Akan tetapi, pesan tertulis itu rupanya upaya diam-diam pemerintah Meksiko untuk meretas telepon seluler kedua orang itu.

Upaya meretas itu menggunakan spyware Pegasus yang dibeli pemerintah Meksiko dari agen senjata siber Israel yang disebut sebagai NSO Group. Lewat teknologi itu, peretas ponsel dimungkinkan untuk memantau pesat teks, foto, lokasi dan secara tersembunyi mengaktifkan suara ponsel dan kamera.

Karena kecurigaan itu pula, kedua teman Valdez itu tidak mengklik tautan yang disertakan dalam pesan teks ke ponsel pintar mereka. Merujuk kepada laporan The New York Times, ahli membenarkan dugaan Villarreal dan Bojorquez.

“Saya percaya mereka ingin mendapatkan isi percakapan dan pesan dalam ponsel kami tentang pembunuhan Valdez. Tetapi, kami benar-benar melawan hal ini,” kata Bojorquez dalam wawancaranya dengan The New York Times pada Selasa (27/11).

Dikatakan Bojorquez, dalam penyelidikan seharusnya tidak menggunakan hal-hal yang ilegal, terutama unuk mendapatkan informasi dari orang-orang dekat dengan korban secara emosional dan profesional. Upaya meretas ponsel wartawan ini terungkap setelah sebuah organisasi hak asasi manusia dan keamanan digital membongkarnya.

Disebutkan spyware Pegasus itu menyasar sejumlah individu di Meksiko. Pegasus dijual NSO Group kepada pemerintah sebuah negara sebagai upaya memerangi terorisme dan aktivitas kriminal. Namun, berdasarkan penelitian membuktikan Pegasus justru digunakan pemerintah untuk merepresi dan membungkam jurnalisme investigasi, pemberantasan korupsi serta membungkam kaum oposisi.

Pemerintah Meksiko merupakan salah satu negara yang membeli alat mata-mata Pegasus. Di samping Meksiko, Arab Saudi juga tengah bernegosiasi pada pertengahan 2017 dengan NSO Group untuk mendapatkan Pegasus. Perusahaan yang menjadi produsen alat itu mengaku tidak melakukan kesalahan dan melanggar apapun ketika Saudi menggunakan Pegasus memata-matai aktivis yang tinggal di Kanada serta London.

Sebelum wartawan The Washington Post Jamal Khashoggi dibunuh, menurut Edward Snowden, Khashoggi juga dilacak dengan spyware Pegasus. Upaya untuk meretas ponsel individu yang berada di Amerika Serikat, Inggris, Uni Emirat Arab dan beberapa tempat lainnya juga sedang berlangsung.

Soal pembunuhan Valdez itu, Kepolisian Federal Meksiko mengaku telah berhasil meringkus pembunuhnya pada 24 April 2018. Pengungkapan pembunuhan Valdez berkat operasi gabungan antara Komisi Keamanan Nasional dan kantor Jaksa Agung serta kepolisian Meksiko. Valdez khusus meliput pedagangan narkoba dan kejahatan terorganisir. Valdez ditembak mati pada 15 Mei yang kemungkinan berkaitan dengan berita yang ia tuliskan.

Data Reporters Whithout Borders merujuk kepada indeks kebebasan pers, Meksiko berada di urutan 147. Meksiko termasuk sebagai salah satu negara yang paling rawan untuk para wartawan. Para wartawan acap mendapat intimidasi dan kekerasan terutama karena meliput perdagangan narkoba, kejahatan terorganisir dan korupsi. [KRG]