Koran Sulindo – Setelah hari “pembebasan”, warga Suriah di Aleppo bisa merayakan Hari Natal pada tahun ini. Perayaan pertama setelah perang melanda kota itu pada 2012. Kota itu secara perlahan mulai pulih setelah luluh lantak akibat perang.
“Kami tidak menyangka saat ini akan tiba setelah empat tahun dilanda perang yang berdarah-darah. Kami sangat senang bisa merayakan Natal sekali lagi. Aleppo telah kembali pada kami. Ini tanah air kami. Kami tak pernah membayangkan kami masih bisa kembali melihat sukacita dan perayaan,” kata Maja, perempuan muda seperti dikutip RT.com pada Sabtu malam lalu.
Kendati sebagian besar warga masih dirundung kesedihan karena perang, mereka tetap gembira merayakan Natal. Warga mengutamakan hari depan setelah hari “pembebasan” itu.
Sedangkan bagi Reem, seorang remaja di Aleppo, tahun ini merupakan kali kedua ia merayakan Natal tanpa kakaknya. Saudaranya itu merupakan pemain basket yang tewas diterjang peluru penembak jitu ketika sedang dalam perjalanan pulang seusai bertanding.
“Hidup tanpanya sangat sulit. Tapi, saya berpikir ia masih ada bersama kami setiap menit,” tutur Reem.
Kebanyakan warga Aleppo yang kehilangan keluarganya merupakan anak-anak muda. Sebagian dari mereka kini tinggal di panti asuhan. Salah satunya dikelola Gereja Ortodoks Armenia.
Sebagian anak-anak remaja di Aleppo memiliki keinginan yang sama untuk masa depan Suriah: kedamaian. Dan itu disebut mungkin keinginan semua warga Suriah. “Saya hanya ingin damai di seluruh Suriah, itu saja,” kata Reem.
Pada pekan lalu, tentara pemerintah Suriah berhasil merebut kembali Aleppo dari kelompok pemberontak yang didukung Amerika Serikat dan ISIS. Kelompok pemberontak – anti-Presiden Bashar Al Assad – menguasai Aleppo timur sejak 2012.
Relawan kemanusiaan juga menyebutkan operasi evakuasi terhadap warga sipil yang ingin meninggal kota itu juga telah selesai. Khusus untuk ini, Assad berterima kasih kepada pemerintah Rusia yang terlibat langsung dalam operasi kemanusiaan tersebut. Lebih dari 78 ribu warga sipil berhasil dievakuasi untuk meninggalkan Aleppo bagian timur itu.
Setelah operasi kemanusiaan tersebut, Rusia berharap terjadi perdamaian sejati di Suriah. Rusia bersama Iran dan Turki disebut mendukung hal itu. [KRG]