Koran Sulindo – Pada 6 Agustus 2009 lampau penyair dan dramawan besar Rendra wafat. Setelah 10 tahun kemudian ia bangkit lagi, dengan pementasan ulang ‘Panembahan Reso’ pada Desember nanti.
Panembahan Reso merefleksikan situasi perebutan kekuasaan dengan licik dan berdarah dingin dengan latar belakang kebudayaan Kawa yang kuat. Konon, inilah salah satu naskah drama terkuat Rendra. Reso adalah epos tentang hasrat untuk berkuasa.
“Saya kira ini menjadi satu refleksi untuk bangsa kita, yang dipentaskan di akhir tahun. Teks sudah kuat, tetapi ketika dipanggungkan banyak unsur yang dimasukkan, tari, seni rupa, rias, kostum, dan musik yang dipadukan agar memesona ditonton,” kata sutradara pementasan, Hanindawan, di di Bengkel Teater WS Rendra di Jalan Rawasari, Cipayung, Kota Depok, Jawa Barat, Sabtu (27/4/2019), melalui rilis media.
Pada pementasan ini Bengkel Teater WS Rendra akan bekerjasama dengan BWCF Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) Society, GenPI.co, dan Ken Zuraida Project. Pementasan diselenggarakan di Teater Jakarta Taman Ismail Marzuki Jakarta pada 19-20 Desember nanti.
Naskah ini pertama dipentaskan Bengkel Teater Rendra pada 1986 lalu di Istora Senayan Jakarta. Walau berdurasi 7 jam, pementasan itu ditonton sebanyak 15 ribu dalam 2 hari pementasan.
Kali ini durasi pertunjukan dipangkas hingga lebih separuh, menjadi sekitar 3 jam. Namun penonton dijamin tidak akan kehilangan alur cerita, karakter tokoh, dan dramatisasi dari teks asli. Sejumlah produser dan seniman teater dari Solo, Jogjakarta, dan Jakarta, bergabung dalam pementasan tersebut.
“Sejumlah artis dan pemain teater yang akan berperan dalam pementasan ini diantaranya ada Whani Darmawan, Sha Ine Febriyanti, Gigok Anuraga, Djarot Budi Darsono, Kodok Ibnu Sukodok, Dimas Danang, dan yang lainnya hingga total pemeran,” kata Hanindawan.
Produser pertunjukan ini adalah Seno Joko Suyono, Imran Hasibuan, Auri Jaya, dengan pimpinan produksi Yessy Apriati.
Pementasan didukung Sosiawan Leak (asisten sutradara), Dedek Wahyudi (penata musik), Hartati (penata tari/koreografer), Hardiman Radjab (penata artistik/skenografer), Retno Damayanti (penata busana/kostum) dan Sugeng Yeah (penata lampu). Konsultan pertunjukan adalah Ken Zuraida, Edi Haryono, Iwan Burnani Toni, dan Bambang Bujono. [DAS]