Ketua Setara Institute, Hendardi [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Setara Institute menilai ada 2 dalang utama aksi massa pada 21-22 Mei lalu yang berujung kerusuhan. Kemungkinan dalang utamanya adalah para pensiunan tentara dan jaringan kelompok garis keras yang pada dasarnya simpatisan serta pendukung calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Dukungan kepada calon 02 sesungguhnya, menurut Ketua Setara Institute Hendardi, demi kepentingan politik tiap-tiap kelompok itu. “Soal preman-preman bayaran itu hanya pion, dipakai untuk kepentingan mereka,” kata Hendardi dalam keterangan resminya di Jakarta, Jumat (31/5).

Hendardi menuturkan, dari rangkaian peristiwa sebelum 21-22 Mei sampai sekarang, scenario terbesar di balik aksi-aksi para perusuh tersebut adalah memaksakan kemenangan pasangan calon 02 melalui 2 saluran utama. Pertama, pseudo-yuridis yaitu memaksakan kehendak kepada Bawaslu untuk mendiskualifikasi pasangan calon nomor urut 01. “Itulah mengapa tekanan yang mereka berikan sebagian besar melalui Bawaslu,” ujar Hendari.

Bagian kedua, lanjut Hendardi, politik jalanan dan inkonstitusional. Mereka memaksakan tindakan rusuh dengan berharap ini akan melahirkan efek domino politik seperti di Suriah. Ada martir yang dikorbankan dengan harapan memicu instabilitas politik skala besar. Oleh karena itu, kekhawatiran akan meningkatnya eskalasi jelang sidang Mahkamah Konstitusi sudah bisa diantisipasi aparat TNI-Polri.

Menurut Hendardi, itu tampak dari narasi aksi-aksi mereka yang tidak banyak berubah. Juga tujuan politiknya. Situasinya ketika mengawal sidang MK akan sangat berbeda, terlebih sudah banyak yang membedah dan menyesalkan kerusuhan yang terjadi pada 21-22 Mei 2019. Aksi 2 hari yang disebut Hendardi gagal total, tidak rapi dan terlalu telanjang.

“Kedaulatan rakyat hanya dijadikan mainan label mereka saja. Di samping itu, aparat keamanan jauh lebih siap. Dua hari itu aparat menangani dengan baik, dan ke depan pengendalian sidang di Mahkamah Konstitusi pastinya lebih baik lagi,” kata Hendardi menambahkan.

Dari semua ini, menurut Hendardi, tidak ada faktor yang bisa mengendalikan dan menghentikan aksi-aksi mereka. Karena pada dasarnya tiap-tiap kelompok yang menunggangi calon 02 punya agenda sendiri. Prabowo bahkan tak bisa mengendalikan dan menghentikan mereka. Prabowo dinilai bukan solidarity maker, ia hanya figur elite yang sesungguhnya dijadikan “pion” sebagai simbol oleh mereka. Bahwa ini seolah-olah kontestasi elektoral dalam kerangka demokrasi. [KRG]