Koran Sulindo – Serangkaian serangan bom bunuh diri terkoordinasi mengguncang gereja dan hotel di Sri Lanka menewaskan hampir 300 orang di tengah perayaan hari Minggu Paskah negara tersebut.
Lebih dari 500 orang terluka dalam serangan terburuk sejak berakhirnya perang saudara 10 tahun lalu.
Ada sembilan bom yang mengincar sembilan target namun dari jumlah itu hanya meledak delapan bom di delapan titik lokasi.
Ke-8 target yang itu meledak di Kuil Santo Anthony di distrik Kochchikade di Kolombo, Gereja Santo Sebastian di Negombo, Gereja Sion di kota Batticaloa, Hotel Cinnamon Grand, Shangri-La, Hotel Kingsbury, hotel di dekat Kebun Binatang Nasional dan sebuah rumah di Kolombo.
Bom kesembilan yang menyasar Bandara Internasional Kolombo berhasil dijinakkan aparat keamanan.
Ledakan-ledakan bom itu terjadi dalam waktu nyaris bersamaan yakni pada Minggu (21/4) waktu setempat saat digelarnya ibadah perayaan Paskah atau saat jam sarapan buffet di hotel-hotel mewah yang menjadi target.
Total ada delapan ledakan bom yang terjadi sepanjang hari itu.
Empat bom dilaporkan meledak pada waktu bersamaan yakni sekitar pukul 08.45 sedangkan dua bom lainnya meledak beberapa menit kemudian.
Tercatat, enam ledakan pertama terjadi dalam waktu sekitar 20 menit sedangkan dua ledakan lainnya menyusul beberapa jam kemudian.
Setidaknya 290 orang telah dilaporkan tewas akibat serangan itu termasuk lima warga Inggris, dua warga AS, tiga warga Demark, tiga warga India, dua warga Turki, dua warga China, satu warga Portugal, serta satu warga Jepang dan Belanda.
Mengutip penyelidik pemerintah AP melaporkan serangan itu dilakukan oleh tujuh pembom bunuh diri. Termasuk salah satu pelaku pemboman yang masuk ke Hotel Cinnamon Grand di Kolombo dengan nama Mohamed Azzam Mohamed.
Pria ini memicu ledakan di restoran hotel yang sibuk sambil mengantre untuk sarapan prasmanan pada Minggu Paskah.
Pemerintah segera memblokir akses Facebook dan WhatsApp tak lama setelah rentetan bom mengguncang Sri Lanka.
Pemerintah juga mendesak semua orang agar tak menyebarkan informasi yang salah tentang tragedi itu.
Sejauh ini polisi telah menangkap 24 orang sehubungan dengan serangan tersebut. Sementara di sisi lain pihak berwenang dituduh gagal menindaklanjuti peringatan intelijen yang diterima sepuluh hari sebelum serangan.
Intelijen Sri Lanka telah mengirim peringatan pada 11 April tentang kemungkinan adanya serangan itu namun diabaikan olah otoritas keamanan. Intelijen menyebut serangan akan dilancarkan organisasi Islam garis keras bernama National Thowheed Jamath atau Jemaah Tauhid Nasional.
Meski tergolong baru dan belum lama masuk ‘radar’ aparat keamanan Sri Langka, kelompok ini terhubung dengan peristiwa perusakan terhadap beberapa patung Buddha tahun lalu.
Pada tahun 2016, pemimpin kelompok itu yakni Abdul Razik, ditangkap dengan tuduhan menghasut rasisme.
Meskti tak bertujuan memberontak, Jemaah Tauhid Nasional ini bertujuan menyebarkan gerakan militan global ke Sri Lanka dan menciptakan kebencian, ketakutan dan perpecahan di masyarakat.[TGU]