Ilustrasi/istimewa

Koran Sulindo – Selama tahun ini polisi menembak 55 orang tersangka bandar narkoba yang ditembak mati dan berton-ton sabu dan jutaan ton narkotika jenis lain yang disita..

“55 orang ditembak mati, baik oleh Bareskrim dan seluruh jajaran Polda,” kata Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim, Brigjen Eko Daniyanto di kantornya, Cawang, Jakarta Timur, Kamis (21/12).

Tahun ini rekornya adalah penangkapan ganja sebanyak 74 ton.

“Ganja rekor tahun ini karna ada pengungkapan ladang ganja yang terakhir seluas 30 hektar di Aceh,” katanya.

Yang terbaru adalah pengungkapan 100 kilogram sabu milik jaringan internasional sindikat Malaysia-Belawan (Medan). Terbongkarnya penyeludupan melalui jalur laut itu berkat penyelidikan yang dilakukan Satgas Narcotics Investigation Center (NIC). Kasus ini merupakan pengembangan yang sebelumnya yang berhasil mengungkap 134 kilogram sabu di Medan, September lalu.

Eko mengaku, anggotanya di lapangan sempat mengalami masalah IT. Sehingga kapal tekong yang mengangkut sabu dari Penang, Malaysia itu lolos dari pantauan, pada Selasa (12/12). Akhirnya dilakukan penyelidikan secara manual.

“Selama lima hingga tujuh jam, akhirnya kita berhasil menangkap Arman dan Syafii di rumah neneknya Arman di Medan,” katanya.

Dari hasil pemeriksaan Arman yang merupakan Kapten Kapal Tekong Shungci dan Syafii yang membawa saba, bahwa barang haram tersebut disembunyikan di belakang rumah.

“Akhirnya kita dapatkan 5 karung beras yang dikubur sebanyak 100 kilogram,” kata Eko.

Keduanya mengaku diarahkan oleh tersangka Adi. Tim NIC akhirnya berhasil menangkap tersangka di Teladan Barat, Kota Medan.

“Kita masih buru orang berinisial A yang berada di Aceh Timur dan A pemilik barang warga Malaysia,” katanya.

Rencana tindak lanjut, Bareskrim akan bekerja sama dengan polisi Malaysia.

“Yang 134 kilogram ada tersangka Kamal kabur ke Malaysia, kita lakukan koordinasi dengan PDRM, mereka berhasil menangkap Kamal dan dua tersangka lainnya warga Malaysia,” kata Eko.

Dahsyatnya penyelundupan narkoba ke Indonesia karena para narapidana kasus narkoba masih bisa berkomunikasi dengan dunia luar dengan menggunakan ponsel atau HP. Dikatakannya, para bandar di luar negeri seperti jaringan Taiwan masih percaya dengan pemain lama.

“Coba para napi narkoba yang dihukum mati, seumur hidup atau 20 tahun penjara tidak diberikan kesempatan menggunakan HP saat dibesuk atau secara ilegal, negara ini akan aman!” kata Eko.

Operasi Kemanusiaan

Sementara itu Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri, Brigjen Muhammad Iqbal mengatakan penindakan yang dilakukan Polri merupakan operasi kemanusiaan, untuk menyelamatkan generasi bangsa.

“Istilah dari Bapak Kapolri, operasi kemanusiaan, kita lakukan preemtive strike, agar tidak ada korban-korban penyalahgunaan narkoba,” katanya.

Operasi terhadap narkoba tidak akan surut.

“Seluruh Polda lakukan yang sama secara masif,” kata Iqbal. [YMA]