Ilustrasi/ist

Koran Sulindo – Produksi semen mencemari lingkungan, setiap langkah proses pembuatannya berdampak buruk bagi lingkungan. Untuk mendapatkan batu kapur di pertambangan gunung-gunung harus dikikis, ekosistem dan aliran air dirusak. Dari proses pembuatannya tersembur debu dan gas beracun ke udara. Meski dengan teknik penyaringan yang canggih pun, polusi debu, nitrogen oksida, dan sulfur oksida tetap tinggi.

Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, industri semen bertanggung jawab atas hampir setengah emisi industri di Indonesia. Selain itu proses pemanasan membuat semen membutuhkan banyak energi. Biaya energi produksi semen setara dengan 50 persen dari keseluruhan nilai tambah bruto.

Pembuatan 1 ton semen terlepas 600 kg CO2, 400 kg dari batu kapur, dan 200 kg dari proses pembakaran. Di seluruh dunia dihasilkan lebih dari 4 miliar ton semen. Secara keseluruhan hal ini menyebabkan sekitar 3 miliar ton gas rumah kaca – 4 kali lebih banyak dari lintas penerbangan internasional dan 6 hingga 9 persen dari emisi CO2 di seluruh dunia.

Menurut Anett Keller dan Marianne Klute (Dirty Cement: Case of Indonesia; Desember 2016; dari mana tulisan ini disadur dan diringkas), sejak produksi semen di negara-negara industri mandek, perusahaan-perusahaan semen besar seperti LafargeHolcim (Perancis, Swiss), HeidelbergCement (Jerman) dan Italcementi (Italia) mengalihkan perhatian besarnya ke Asia, Amerika Selatan juga di Amerika Serikat yang pasarnya tetap penting. Produksi dialihkan ke negara-negara berkembang, dimana perusahaan Eropa bersaing dengan, contohnya, perusahaan Anhui Conch Cement dan CNBM (Tiongkok), Taiwan Cement dan Cemex (Meksiko).

Indonesia adalah negara penghasil semen yang penting. Dengan 74 juta ton produksi per tahunan, Indonesia berada pada urutan kelima negara-negara produsen, setelah Tiongkok (2.482 juta), India (286 juta), Amerika Serikat (80 juta) dan Iran (78 juta).

Istilah “Investasi“ dan “Pertumbuhan ekonomi“ tidak sedikit merujuk pada bahan semen. Tanpanya pembangunan infrastruktur tidak akan berjalan; konsumsi tahunan adalah indeks dari aktivitas bangunan sebuah negara.

Pasar semen Indonesia dikuasai 3 produsen: PT Semen Indonesia (BUMN) dengan lebih dari 45 persen dari total produksi (2013), diikuti Indocement (31 persen) dimana perusahaan Jerman HeidelbergCement menjadi pemilik mayoritas dengan saham 51 persen dan Holcim Indonesia (14 persen).

Sejak 2009 produksi semen Indonesia naik hingga 50 persen, juga konsumsi per kapita (dari 166 menjadi 250 kg). Jumlah ini bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga dan Tiongkok masih sangat rendah. Namun hingga tahun 2019 produksi semen akan terus naik hingga sekitar 30 persen.

Proyek investasi kini sudah berjalan. Semen Gresik, anak perusahaan PT Semen Indonesia, membangun sebuah proyek baru dengan kapasitas 3 juta ton. Dua proyek berikutnya masih dalam perencanaan. Perusahaan ini secara keseluruhan akan menaikkan produksi tahunannya dari 32 juta ton (tahun 2015) hingga tahun 2018 menjadi 40 juta ton.

HeidelbergCement ingin membuat anak perusahaannya –Indocement– menjadi pemimpin pasar dunia dan merencanakan pembangunan baru di kabupaten Pati yang berproduksi tidak hanya untuk kepentingan sendiri.

Bahan baku semen tidak mudah dan tidak murah didapatkan. Untuk mendapatkannya gunung-gunung harus dikikis, desa-desa dipindahkan, penduduknya dipekerjakan, disejahterakan, atau diusir.

Di Indonesia hal ini bukan masalah besar, sebab peraturan lingkungan seperti perlindungan biodiversitas sering berlaku di atas kertas saja. Keputusan terakhir tentang penggunaan lahan terletak pada perusahaan dan penguasa setempat.

Di utara pulau Jawa, kira-kira di antara gunung berapi Muria dan Lawu yang tingginya lebih dari 3.000 meter, terletak pegunungan Kendeng yang mempesona. Bentukan kars batu kapur terbentang di sepanjang kabupaten Blora, Rembang, Grobogan, Pati dan Kudus (Jawa Tengah) juga Tuban (Jawa Timur). Rantai pegunungan setinggi hampir 1.000 meter melindungi pulau bagian dalam seperti sebuah benteng. Pegunungan itu tak lama lagi akan musnah. Batu kapur dan gipsnya segera akan menjadi semen. [DAS]