Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto dalam Rakernas Repdem/CHA

Koran Sulindo – Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem) menjadi ajang konsolidasi dan penguatan organisasi sebagai organisasi sayap PDI Perjuangan.

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengingatkan, Repdem sebagai sayap partai harus kuat mengepakkan sayap, tampil memimpin keseluruhan pergerakan rakyat dengan selalu hadir di tengah-tengah rakyat.

“Saya tegaskan bahwa Repdem sebagai sayap partai harus memahami bagaimana kongres ke-4 PDI-P meneguhkan sebagai partai pelopor dan partai idiologis yang menjadikan pancasila sebagai ruh perjuangan,” ujar Hasto dalam penutupan Rakernas Repdem yang dihadiri 20 DPD Repdem se-Indonesia, Sabtu (4/3/).

Ia menuturkan, posisi ideologi PDI Perjuangan sebagai pelopor kemudian diteruskan dalam kebijakan Presiden Joko Widodo dengan menetapkan tanggal 1 Juni sebagai hari Pancasila.

Hasto di hadapan kader Repdem mengatakan bahwa mata rantai sejarah perjuangan kemerdekaan disusun sejak ratusan tahun lamanya. Bahkan, Bung Karno menegaskan bahwa hanya bangsa yang berani meletakkan nasib di tangan sendiri yang akan berhasil.

“Karena itu, seluruh kader Repdem harus ingat dan tanamkan dalam-dalam bahwa semangat berdikari, budaya gorong royong harus dijalankan dalam jengkal jengkal perjuangan,” ucapnya.

Hasto meyakini langkah Repdem dengan semua kekuatannya akan tegap dan kuat untuk bercengkrama bersama masyarakat di bawah.

“Repdem harus terjun langsung bersama-sama dengan rakyat. Mendatangi masyarakat dengan semangat gotong royong, persatuan, dan menjalankan penuh idiologi Pancasila,” ujarnya.

Ideologi perjuangan PDI Perjuangan juga sudah dirumuskan dengan baik, di mana Pancasila menjadi dasar kekuatan. “Hanya bangsa yang berani meletakkan nasib di tangan sendiri yang akan berhasil. Semangat ini menjadi kekuatan Repdem,” tegasnya.

Menurut Hasto, sikap tak berdiam diri melihat ketidakadilan merupakan pengamalan dari Pancasila yang digali dari bumi Indonesia, menjadi ideologi bangsa.

“Jangan hanya sekadar berucap. Tapi penting diamalkan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Jalan politik kita yang berkeadaban. Bukan menang-menangan, apalagi menghina. Bung Karno memperjuangkan kepentingan bangsa. Mendedikasikan hidupnya untuk bangsa dan negara,” tegas Hasto.

‎Hasto mencontohkan salah satu sikap negarawan Bung Karno, saat membangun Masjid Istiqlal. Proklamator kemerdekaan Indonesia itu tidak memandang suku maupun agama dari arsitek yang membangun salah satu bangunan kebanggaan Indonesia tersebut.

“Arsitekturnya Silaban, beragama Kristen. Termegah di Asia. Bung Karno juga membangun peradaban Islam‎. Jadi kita tunjukkan, nilai Ketuhanan dengan PDI Perjuangan membumikan Pancasila. Nilai Ketuhanan itu artinya tak ada egoisme antarmanusia. Yang ada semangat musyawarah dan kebersamaan,” ujar Hasto.

Ketua Dewan Pimpinan Nasional Repdem Masinton Pasaribu mengatakan, Rakernas Repdem adalah rapat bersama Dewan Pimpinan Nasional dan Dewan Pimpinan Daerah dari 20 provinsi se-Indonesia untuk memantapkan persiapan pelaksanaan musyawarah nasional (Munas) Repdem yang akan diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 15-17 April 2017.

“Peserta Munas diikuti oleh 170 DPC Repdem dan berlangsung dua hari pada 3-4 Mei 2017,” ujar Masinton.

Masinton menambahkan, selain membahas agenda persiapan pelaksanaan Munas Repdem, Rakernas juga membahas agenda politik Pilkada DKI Jakarta. Yang mana masing-masing daerah akan mengirimkan kader-kader Repdem sejumlah 5 orang per provinsi untuk “live in” di Jakarta.

“Kita berjuang untuk pemenangan pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Syaiful Hidayat menuju DKI satu. Sebab kinerjanya sudah terbukti mampu membenahi ibu kota,” jelas Masinton.

Para peserta Rakernas Redpem dikejutkan dengan kehadiran Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil di ujung penutupan. Hasto mengatakan Ridwan Kamil kerap hadir di event yang digelar karena sudah dinilai sahabat.

“Ridwan Kamil sebagai sahabat Ibu Megawati dan PDI Perjuangan. Di dalam sekolah calon kepala daerah Pak Ridwan juga kami hadirkan dan kebetulan ada diskusi ini,” kata Hasto. Lalu, Hasto mempersilakan Ridwan Kamil menyampaikan sambutannya.

Ridwan menyampaikan bahwa dirinya sangat mencintai Presiden pertama RI, Soekarno. Sampai-sampai, di pendopo, kantor hingga kediamannya terpajang lukisan sang proklamator tersebut.

“Saya sangat mencintai Bung Karno, kalau abang-abang main ke pendopo saya banyak lukisan Bung Karno. Saat saya buka pintu ada lukisan Bung Karno,” ujar Kang Emil–sapaan akrab Ridwan Kamil.

Ia mengaku lukisan Bung Karno bisa ‘menegur’ dirinya, jika lalai dalam bertindak. Ia mengaku, menjadi orang nomor satu di Kota Kembang tidak mudah, karena mengemban amanah dari masyarakat Kota Bandung.

“Kalau saya lupa diri maka saat buka pintu saya langsung diingatkan oleh si Bung itu, ya Bung Karno,” ujarnya.

Menurutnya, Bung Karno dikenal sebagai sosok pemimpin yang sangat dekat dengan rakyat, bahkan sering turun langsung kepada masyarakat agar bisa mengetahui langsung permasalahan apa saja yang tengah dihadapi.

“Bung Karno itu rajin turun ke bawah, makanya muncul Marhaenisme itu,” ucap dia.

Diakuinya, dalam  banyak belajar dari sosok Bung Karno, terlebih soal gagasan-gagasan Bung Karno yang menurutnya baik untuk diaplikasikan. Selain itu, ia menyampaikan jika manusia harus hidup berlandaskan ideologi, agar tidak sepertinlayang-layang putus yang terbang tak tentu arah.

“Bung Karno ini manusia penuh gagasan, karena manusia harus hidup dengan memiliki ideologi dan gagasan. Sama pesan ibu saya, sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi masyarakatnya. Makanya setiap waktu saya untuk warga Kota Bandung,” kata Kang Emil.

“Saya belum punya warna tapi saat ini sedang pacaran. Namun nasihat-nasihat Bung Karno sudah saya jalankan,” ujarnya disambut tawa riuh peserta Rakernas.

Di akhir sambutan Ridwan Kamil mengatakan dirinya dan warga PDI Perjuangan saudara kandung dalam perjuangan yang ingin mempertahankan ideologi Pancasila, NKRI dan membela keberagaman. (CHA)