Suluh Indonesia – Sutra merupakan salah satu kain yang terbilang mahal. Bukan hanya karena kualitasnya, tapi juga karena bahan bakunya adalah benang yang dibuat dari kepompong ulat sutra.
Tapi, tahukah Anda? Sutra memiliki sejarah panjang hingga eksis sampai saat ini. Berdasarkan rentetan sejarah, tenunan sutra pertama yang ditemukan di situs Qianshanyang dan juga Zhenjiang Tiongkok, diperkirakan dibuat pada 2.700 sebelum Masehi.
Bukti awal tentang sutra juga ditemukan di situs budaya Yangshao di Xia, Shanxi, antara 4000 dan 3000 sebelum masehi. Bukti lain ditemukan pula di makam kerajaan dinasti Shang sekitar 1600-1046 sebelum masehi.
Dalam cerita legenda Tiongkok sendiri terkisah bahwa keterampilan membuat sutra diturunkan oleh Xi Ling Shi, istri dari Kaisar Kuning Tiongkok.
Penemuan sutra itu terjadi ketika Ling Shi tengah memperhatikan pohon mulberry (murbei atau arbei) dan lalu mengambilnya. Tanpa sengaja kepompong ulat jatuh dicangkir teh milik permaisuri.
Ketika ingin mengambilnya, kepompong tersebut telah berubah menjadi helain benang yang halus serta panjang. Peristiwa tersebut membuat Ling Shi mempunyai gagasan untuk menenun benang dari kepompong tadi menjadi sebuah kain.
Setelah itu, sampai abad ke-3 sebelum Masehi, kerahasian kain sutra masih tersimpan dan tidak diketahui oleh orang-orang dari wilayah di luar Tiongkok. Namun, setelah periode tersebut, produksi kain sutra telah menyebar hingga ke Jepang dan meluas hingga ke beberapa negara bagian Eropa.
Bangsa Romawi pada 522 Masehi, mensposori tindakan spionase dengan cara mengirimkan mata-mata ke Tiongkok. Untuk mencari tahu dan mempelajari rahasia pembuatan kain sutra.
Pembuatan sutra dengan cepat dikuasai oleh Eropa. Namun, tetap saja menjadi suatu barang yang tidak dapat dijangkau kebanyakan orang.
Hingga pada akhirnya revolusi industri melahirkan teknik tenun canggih yang mampu mengurangi biaya produksi secara besar-besaran. Sampai sebelum saat itu Tiongkok dikenal sebagai negeri penghasil kain sutera, yang kepopulerannya sampai ke semua penjuru dunia.
Hingga menarik pedagang untuk datang berdagang ke Tiongkok, sampai menciptakan sebuah jalur perdagangan yang terkenal dengan nama Silk Road atau Jalur Sutra.
Berkat jalur tersebut Tiongkok menjadi bangsa yang berjaya. Pasalnya, mereka menggunakan sutra sebagai nilai tawar kepada bangsa-bangsa lain.
Tak hanya di Jepang, orang Arab pun mulai menggunakan sutra dan memproduksinya. Kawasan Asia sudah dikuasai, lantas di era Perang Salib sutra mulai merebak ke pasar Eropa Barat.
Sejatinya, sutra telah mewarnai sejarah peradaban umat manusia sejak berabad-abad silam. Masa keemasan kain sutra terentang hingga abad pertengahan.
Ketika itu, terdapat jalur perdagangan sutra yang masyhur, yakni Jalan Sutra tersebut. Di sepanjang kawasan yang dilalui, tumbuh kegiatan jual beli, ataupun sentra industri sutra dalam skala masif.
Sejarah juga mencatat, sejak zaman Romawi, bangsa Tiongkok tidak sepenuhnya mendominasi geliat industri sutra. Mereka bukan satu-satunya produsen. Pada masa itu, masyarakat Bizantium dan India sudah menguasai teknologi pembuatan sutra.
Jejak mereka diikuti kaum muslim. Setelah masa penaklukan, mereka mampu menandingi kegemilangan peradaban asing dalam bidang sutra ini. Dalam buku Islamic Arts and Architecture, Jonathan Bloom dan Sheila Blair mengungkapkan, sutra diperkenalkan pertama kali ke Timur Tengah oleh bangsa Tiongkok.
Sutra segera meraih popularitas luar biasa, terutama di kalangan muslimah. Pakaian yang terbuat dari bahan sutra sangat disukai karena teksturnya lembut.
Tak hanya itu, aneka hiasan, motif, dan desain pada kain sutra juga membuatnya tampak lebih indah. Harga busana dari sutra pun menjadi sangat mahal. Hanya sebagian golongan yang sanggup membelinya.
Faktor-faktor itu memacu kaum muslim untuk dapat memproduksi kain sutra sendiri. Tentu dengan kualitas setara atau lebih baik. Pada saat bersamaan, bangsa Tiongkok juga mentransfer pengetahuan dalam menanam pohon arbei.
Wilayah di Asia Tengah, Transaxonia, dan Kaspia, sangat cocok sebagai lokasi tumbuh pohon arbei. Iklim di sana tidak terlampau panas, curah hujan juga cukup tinggi.
Pohon arbei adalah media berkembangnya ulat sutra. Dari kepompong, ulat sutra lantas menghasilkan serat-serat sutra. Serat-serat ini pun ditenun lalu jadilah kain sutra.
Kemudian, lokasi lain yang terkemuka dalam bidang sutra adalah Persia. Kaum muslim setempat mewarisi tradisi pembuatan sutra secara turun-temurun sejak era Sasanid. Dari situlah kain sutra kemudian membanjiri kota-kota besar Islam. [WIS]
Baca juga: