Tim Persib Bandung zaman dahulu (Sumber: historia.id)
Tim Persib Bandung zaman dahulu (Sumber: historia.id)

Koran Sulindo – Dalam lanjutan BRI Liga 1 2024/2025, Persib Bandung berhasil menaklukkan Persija Jakarta dengan skor 2-0. Kemenangan Maung Bandung ini diraih di Stadion Si Jalak Harupat, Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pada Senin, 23 September 2024. Rivalitas klasik antara Persib dan Persija selalu menghadirkan tensi tinggi, dan kali ini Persib tampil lebih superior.

Namun, di balik kemenangan ini, apakah Anda tahu sejarah panjang Persib Bandung yang telah menjadi salah satu ikon sepak bola Indonesia?

Awal Mula Berdirinya Persib Bandung

Dilansir dari laman bandung.go.id, sebelum Persib dikenal seperti sekarang, sejarahnya dimulai dengan berdirinya Bandoeng Inlandsche Voetball Bond (BIVB) pada tahun 1923.

BIVB merupakan organisasi yang tidak hanya berfungsi sebagai klub sepak bola, tetapi juga sebagai wadah perjuangan kaum nasionalis Indonesia pada masa kolonial. Salah satu tokoh penting yang menjadi ketua BIVB adalah Mr. Syamsudin, yang kemudian digantikan oleh R. Atot, putra dari pejuang wanita Dewi Sartika.

BIVB terlibat aktif dalam kegiatan sepak bola nasional dan turut ambil bagian dalam kelahiran Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) pada 19 April 1930, bersama klub-klub besar lainnya seperti VIJ Jakarta, SIVB (Persebaya), dan beberapa klub lain.

Di bawah perwakilan Mr. Syamsuddin, BIVB menunjukkan komitmen kuat dalam memajukan sepak bola Indonesia. Namun, pada akhirnya, BIVB menghilang, dan dua klub baru muncul di Bandung, yaitu Persatuan Sepakbola Indonesia Bandung (PSIB) dan National Voetball Bond (NVB).

Pada 14 Maret 1933, kedua klub ini melebur menjadi satu, yang kita kenal sebagai Persib Bandung, dengan Anwar St. Pamoentjak sebagai ketua umum. Persib kemudian tumbuh pesat dengan bergabungnya beberapa klub kecil seperti SIAP, Soenda, Singgalang, dan beberapa lainnya.

Persib di Era Kolonial dan Pascakemerdekaan

Pada era sebelum kemerdekaan, Persib mengalami banyak tantangan, terutama dari Voetbal Bond Bandung & Omstreken (VBBO), perkumpulan sepak bola yang didominasi oleh orang Belanda.

VBBO seringkali memandang rendah Persib, terutama karena pertandingan Persib dilakukan di wilayah pinggiran Bandung seperti Tegallega dan Ciroyom. Meskipun begitu, Persib akhirnya memenangkan “perang dingin” ini, ketika klub-klub yang sebelumnya bernaung di bawah VBBO, seperti UNI dan SIDOLIG, bergabung dengan Persib.

VBBO bahkan menyerahkan lapangan mereka, termasuk Lapangan UNI dan Lapangan SIDOLIG (kini Stadion Persib), yang semakin mengukuhkan posisi Persib di Bandung.

Ketika Indonesia jatuh ke tangan Jepang, semua aktivitas sepak bola di bawah organisasi lama dihentikan, termasuk Persib. Meski demikian, semangat perjuangan Persib tidak pudar. Setelah kemerdekaan, Persib kembali menunjukkan eksistensinya, bahkan tersebar ke kota-kota lain seperti Tasikmalaya dan Sumedang.

Pada tahun 1948, setelah masa vakum akibat perang, Persib kembali berdiri di Bandung. Meskipun Belanda sempat berusaha menghidupkan kembali VBBO di bawah nama yang berbeda, Persib terus bertahan sebagai satu-satunya klub sepak bola di Bandung, dilandasi oleh semangat nasionalisme yang kuat.

Kejayaan Persib di Kompetisi Perserikatan

Sejak awal dekade 1950-an, Persib mulai menunjukkan reputasinya sebagai salah satu klub sepak bola terkuat di Indonesia. Pada periode ini, Persib mengakhiri masa “nomaden” mereka dan memiliki sekretariat tetap di Jalan Gurame, berkat upaya tokoh-tokoh penting seperti R. Enoch dan R. Soendoro.

Dalam sejarah kompetisi perserikatan, Persib berhasil menjadi juara sebanyak empat kali, yaitu pada tahun 1961, 1986, 1990, dan 1994. Persib juga beberapa kali menjadi runner-up pada tahun-tahun 1950, 1959, 1966, 1983, dan 1985.

Puncak kejayaan Persib di era perserikatan terjadi pada tahun 1994, ketika mereka berhasil meraih gelar juara untuk terakhir kalinya sebelum kompetisi tersebut berganti menjadi Liga Indonesia.

Dominasi di Liga Indonesia

Keperkasaan Persib berlanjut ke era Liga Indonesia, di mana mereka berhasil menjadi juara Liga Indonesia pertama pada tahun 1995. Pada musim tersebut, Persib tampil tanpa pemain asing dan berhasil mengalahkan dominasi tim-tim eks-Galatama.

Dalam partai final, Persib mengalahkan Petrokimia Putra dengan skor 1-0 berkat gol dari Sutiono Lamso pada menit ke-76.

Namun, setelah itu, prestasi Persib sempat mengalami penurunan. Puncaknya terjadi pada tahun 2003, ketika mereka hampir terdegradasi ke Divisi I. Untungnya, melalui babak playoff yang dramatis, Persib berhasil bertahan di Divisi Utama.

Persib sebagai Penyumbang Pemain Timnas

Selain sebagai klub yang memiliki sejarah panjang di kompetisi domestik, Persib juga dikenal sebagai salah satu penyumbang pemain terbaik untuk Tim Nasional Indonesia, baik di level junior maupun senior.

Beberapa nama besar yang pernah memperkuat timnas hasil binaan Persib antara lain Risnandar Soendoro, Adeng Hudaya, Adjat Sudrajat, Yusuf Bachtiar, Robby Darwis, hingga Budiman dan Yaris Riyadi.

Persib Bandung bukan hanya klub sepak bola biasa, tetapi juga simbol perlawanan, nasionalisme, dan kebanggaan masyarakat Bandung serta Jawa Barat. Dari masa kolonial hingga era modern sepak bola Indonesia, Persib telah melalui berbagai fase naik-turun, namun tetap bertahan sebagai salah satu kekuatan utama sepak bola nasional.

Kemenangan atas Persija Jakarta pada tahun 2024 adalah bukti bahwa Maung Bandung terus melangkah maju, menambah halaman baru dalam sejarah panjangnya yang penuh kejayaan. [UN]