Sejarah Gulag: Transformasi Kamp Kerja Paksa Soviet dalam Tiga Fase

Dalam tiga fase transformasinya, Gulag menyimpan begitu banyak kengerian. Hampir semuanya terdokumentasi dalam buku The Gulag Archipelago karya Aleksandr Solzhenitsyn. (Sumber: Sulindo/Benedict Pietersz)

Selama masa pemerintahan Stalin, Uni Soviet memaksimalkan keberadaan Gulag untuk mendukung kampanye Great Purge atau Pembersihan Besar-besaran. Awalnya Gulag tidak banyak dikenal di Barat, sampai Aleksandr Solzhenitsyn menerbitkan bukunya yang berjudul The Gulag Archipelago (Kepulauan Gulag).

Solzhenitsyn merupakan salah satu dari jutaan tahanan Gulag. Selama berada di sana, dia mengumpulkan biografi banyak tahanan, baik yang dia saksikan sendiri maupun yang dia dengar dari cerita tahanan lain.

Definisi Gulag

Mengutip analisis Yudi Santoso dalam buku The Gulag Archipelago, Gulag adalah singkatan dari Glavnoye Upravleniye ispravitelno-trudovyh Lagerey. Di dalam bahasa Inggris, ini diterjemahkan menjadi Chief Administration of Corrective Labour Camps, atau Administrasi Pusat untuk Kamp-kamp Kerja Korektif.

Gulag, kalau begitu, adalah nama birokrasi pemerintahan yang mengelola sistem kamp kerja paksa Soviet, atau secara metonimia, merujuk pada kamp-kamp itu sendiri.

Minimal, Gulag seperti sebuah negara di dalam negara, yaitu negaranya para tahanan kamp kerja paksa dengan sistem birokrasinya sendiri, di dalam negara komunis yang memberikan otonomi khusus kepada pemerintahan di dalam ‘pulau-pulau’ Gulag tersebut.

Maksimal, di tahap akhir sistem ini nantinya pasca Perang Dunia II, Gulag justru dapat dilihat sudah berevolusi menjadi negara di atas negara, yaitu, pemerintahan kamp tahanan sanggup mendikte, membatasi, dan mengatur gerak langkah pemerintahan komunis yang resmi.

Fase Pertama Gulag

Secara umum, selama periode 1918-1956, Gulag mengalami 3 tahapan/fase besar.

Yang pertama, Gulag dimaksudkan sebagai gerakan ‘pembersihan’ Rusia dari semua lawan politik kaum Bolshevik (partai komunis), di mana orang-orang yang dicurigai anti terhadap negara yang baru lahir pada 1918, entah konservatif (pro-Tsar), republikan, sosialis, liberal maupun agamis, semuanya dijebloskan ke dalam penjara.

Profesi mereka juga beragam, dari bekas tentara, pejabat dan pegawai Tsar, cendekia, insinyur, seniman, dosen, guru, mahasiswa, pedagang, bos pabrik, pegawai swasta, petani, bahkan sampai buruh pabrik dan buruh tani.

Di tahap pertama ini, 1919-1924, pengadilan masih digelar dan semua tapol (tahanan politik) boleh menyewa pengacara untuk membela diri. Jenis hukuman para tapol ini masih sebatas dikurung, atau dipekerjakan di dalam penjara untuk membuat barang-barang kebutuhan rakyat seperti membuat sepatu, pakaian, mesin traktor, dll.

Setelah V.I. Lenin mangkat pada tahun 1924, terjadi perebutan kekuasaan untuk menjadi presiden Rusia, sekaligus Uni Soviet, antara Joseph Stalin sebagai sekjen partai komunis, melawan para pendukung Lenin sampai tahun 1929. Fase ini menandai transisi besar program ‘pembersihan’ Lenin menuju program ‘efisiensi’ Stalin, karena Gulag mulai diproyeksikan bukan sebatas penjara di kota-kota Rusia, tapi juga berdirinya kamp-kamp tahanan baru di seluruh wilayah Uni Soviet, yaitu, di tempat-tempat terpencil dan jauh.

Proses pengadilan masih dilangsungkan, namun Stalin tidak lagi menganggapnya efisien. Pada akhir periode transisi ini, semua pengacara komunis yang dulunya menjebloskan semua orang yang anti komunis, sekarang ikut dijebloskan juga oleh Stalin ke dalam penjara dan dibuang ke kamp kerja paksa.

Rezim demokratisasi yang ditandai oleh supremasi hukum lewat sistem peradilan, berhenti beroperasi di seluruh Uni Soviet, dan sejak sekarang, semua tahanan dihukum tanpa proses peradilan, cukup hanya dengan tanda tangan pengakuan mereka di ruang interogasi yang penuh intrik, tekanan, intimidasi, dan kekerasan.

Fase Kedua Gulag

Dengan naiknya Joseph Stalin menjadi presiden U.S.S.R. pada tahun 1929, Gulag memasuki fase kedua, dan terus disempurnakan hingga tahun 1945 nanti.

Ada tiga penyebab Stalin mengembangkan Gulag dengan cara yang menyimpang dari tujuan awal Lenin ini. Pertama, tidak muatnya lagi penjara yang sudah diisi musuh-musuh Lenin, dan sekarang harus ditambah oleh musuh-musuh Stalin.

Kedua, untuk membangun jalan dan rel kereta ke seluruh Uni Soviet, yang jelas tidak pernah digarap selama 500 tahun pemerintahan Tsar, karena tempat-tempat terpencil itu bernama Siberia, sebuah wilayah luas yang paling dekat dengan Kutub Utara, di mana musim dingin lebih lama dan tanah ditutupi salju sampai 3 meteran.

Ketiga, kebutuhan yang besar rakyat U.S.S.R. yang banyak jumlahnya itu terhadap pangan dan produk industri seperti tekstil, bahan bangunan, mesin, mobil, dll., khususnya senjata. Karena memandang seluruh dunia adalah bagian dari kapitalisme, maka komunisme Uni Soviet harus bisa berdikari, mencukupi dirinya sendiri.

Dua penyebab yang terakhir ini diakomodasi secara legal di dalam program pemerintah yang dicanangkan Stalin, ‘Pembangunan Lima Tahunan’.

Dengan kata lain, program ‘efisiensi’ Stalin untuk Gulag adalah cara pemerintah komunis menyediakan sebanyak mungkin tenaga kerja dalam jumlah besar tapi murah, dan tidak ada cara lain kecuali me- manfaatkan para tahanan di penjara dan kamp-kamp kerja paksa.

Ketika tenaga kerja masih kurang, Stalin sejak 1938, di akhir program Pembangunan Lima Tahun kedua, mulai menangkapi juga warganya sendiri yang sudah komunis, yaitu semua pekerja, buruh, pegawai pemerintah bahkan pejabat negara yang akan memasuki usia pensiun (kaum komunis tua yang tersisa dari ‘pembersihan’ Lenin 1919-1924) agar terjadi revitalisasi tenaga kerja.

Dan ketika Perang Dunia Kedua meletus, Stalin menangkapi juga para milisi, serdadu dan perwiranya yang gagal mempertahankan wilayah Uni Soviet dari serbuan Nazi Jerman, maupun mereka yang bersikap kritis terhadap kebijakan dan strategi perang Stalin.

Semua penangkapan yang dimulai dari sistem pengawasan super ketat dan penuh kecurigaan ini, semata-mata demi menyediakan tenaga kerja yang murah dalam jumlah besar.

Fase Ketiga Gulag

Masih banyak kengerian lain, salah satunya adalah hukuman di kamp bagi pelanggaran, yaitu, ketika tahanan tidak memenuhi target kerja, dengan cara membawa mereka ke tengah hutan di tengah malam, meminta mereka telanjang bulat, dan baru dijemput besok siangnya.

Kebanyakan dari mereka mati kedinginan, dan yang masih bisa hidup, biasanya mati tak lama kemudian karena kehabisan darah akibat digigiti nyamuk-nyamuk dan binatang merayap lainnya. Kalau begitu, kengerian Gulag pada era terakhir Stalin, atau fase ketiga Gulag, sejak 1946 sampai 1953, menjelma menjadi seperti gerakan ‘pemusnahan’ bangsa sendiri.

Tiga tahun terakhir dari periode ketiga Gulag ini, 1950-an, ketika stok tenaga kerja pasca Perang Dunia II sudah banyak yang mati kedinginan, kelaparan, dihukum atau dieksekusi, Stalin sudah aktif terlibat di dalam perang baru yang terkenal sebagai Perang Dingin.

Kali ini semua warga negara Uni Soviet yang kemarin masih aman statusnya, bahkan terbukti loyal dan berpretasi untuk komunisme, menjadi target utama lembaga kepolisian rahasia yang baru bentukan Stalin, MVD, pada tahun 1946, dan yang diciduk ini termasuk juga semua warga yang hanya kriminal biasa, karena sekarang mereka dituduh melemahkan pemerintah untuk memerangi kapitalisme.

Setelah Stalin meninggal, kembali terjadi transisi Gulag, 1953-1956, yaitu, masa ketika Khrushchev membersihkan Uni Soviet dari para pengikut Stalin dengan menggunakan sistem Stalin itu sendiri. Setelah bersih, Khrushchev, yang keluarganya pernah menjadi korban Gulag Stalin pada tahun 1930-an, akhirnya menghentikan sistem represif yang sudah kebablasan itu, namun tidak menghilangkannya.

Dia mereformasi Gulag menjadi tidak sembarang menangkapi warga, melakukan proses peradilan lebih dulu kendati tidak setransparan Lenin, dan mengganti MVD dengan KGB yang lebih diaktifkan untuk spionase ke luar negeri demi memenangkan Perang Dingin.

Walaupun sudah terjadi pembaruan, esensi Gulag sebenarnya masih sama, dan peran KGB tetaplah momok bagi warga Uni Soviet. Reformasi sesungguhnya baru terjadi sejak Mikhail Gorbachev berkuasa tahun 1985 nantinya, namun semuanya sudah terlambat—Uni Soviet runtuh enam tahun kemudian, 1991. [BP]