Setiap tanggal 16 Desember, rakyat Bahrain merayakan Hari Kemerdekaan dengan penuh semangat, mengenang perjalanan bersejarah yang membawa negara mereka menuju kedaulatan. Perayaan ini bukan sekadar simbol kebanggaan nasional, tetapi juga penghormatan terhadap perjuangan panjang yang telah mengubah Bahrain menjadi negara modern dan mandiri seperti yang kita kenal hari ini.
Namun, apa yang membuat tanggal 16 Desember begitu istimewa? Untuk memahami arti pentingnya, kita perlu melihat kembali ke masa lalu, saat Bahrain berada di bawah Protektorat Inggris, hingga momen krusial ketika Isa Bin Salman Al Khalifa naik takhta sebagai pemimpin pertama negara yang merdeka. Dilansir dari laman National Today, berikut kisah lengkap tentang perjalanan Bahrain menuju kemerdekaan yang kini dirayakan setiap tahunnya dengan gegap gempita.
Masa Protektorat Inggris
Kerajaan Bahrain, sebuah negara kepulauan yang terletak di Teluk Persia, terkenal akan keindahan alamnya yang memukau. Terdiri dari 50 pulau alami dan 33 pulau buatan, Bahrain bukan hanya destinasi wisata yang menarik tetapi juga memiliki sejarah yang kaya dan dinamis.
Pada tahun 1960-an, Bahrain bersama dengan beberapa wilayah lain di Teluk Arab berada di bawah Protektorat Inggris. Menurut Perjanjian Protektorat yang disepakati, Inggris memberikan perlindungan kepada Bahrain jika terjadi serangan melalui laut.
Namun, ada batasan signifikan dalam perjanjian tersebut. Bahrain dilarang membangun hubungan internasional dengan negara lain tanpa persetujuan dari Inggris. Ketentuan ini secara efektif memberikan Inggris kendali tidak langsung namun hampir absolut atas negara kepulauan tersebut, menimbulkan ketidakpuasan di kalangan rakyat Bahrain.
Perang Dunia II membawa perubahan besar pada lanskap global, termasuk di Bahrain. Ketidakpuasan terhadap dominasi Inggris semakin memuncak, memicu berbagai protes dan konflik. Kerusuhan menjadi lebih umum terjadi sebagai bentuk perlawanan terhadap kekuasaan kolonial.
Pada tanggal 15 Agustus 1971, momentum ini mencapai puncaknya ketika kedua negara akhirnya menandatangani perjanjian yang membebaskan Bahrain dari Protektorat Inggris. Empat bulan kemudian, Inggris resmi meninggalkan Bahrain, menandai kelahiran negara merdeka.
Kepemimpinan Emir Pertama: Isa Bin Salman Al Khalifa
Pada masa kemerdekaan, Bahrain dipimpin oleh Isa Bin Salman Al Khalifa, emir pertama yang naik takhta saat negara tersebut memperoleh kemerdekaan. Sebagai pemimpin yang dicintai oleh rakyatnya, Emir Isa bertanggung jawab untuk memperkenalkan berbagai reformasi yang signifikan, mengubah ekonomi dan stabilitas negara. Di bawah kepemimpinannya, Bahrain berkembang pesat menjadi pusat keuangan utama di Teluk Arab selama 38 tahun masa pemerintahannya.
Tanggal 16 Desember 1971 menjadi simbol kemerdekaan sejati Bahrain, saat Emir Isa naik takhta. Meskipun Inggris secara resmi telah menyerahkan kekuasaan beberapa bulan sebelumnya, pemerintahan Emir menandai Bahrain sebagai negara yang mandiri secara simbolis. Perayaan kemerdekaan terus berlangsung setiap bulan Desember, diisi dengan kembang api, pertunjukan, dan berbagai acara budaya yang meriah, menggambarkan kebanggaan dan identitas nasional Bahrain.
Kerajaan Bahrain telah melalui perjalanan panjang dari masa protektorat hingga menjadi negara merdeka yang mandiri. Kepemimpinan yang visioner dari Emir Isa Bin Salman Al Khalifa memainkan peran kunci dalam transformasi ekonomi dan stabilitas negara. Kini, Bahrain tidak hanya dikenal karena keindahan alamnya tetapi juga sebagai pusat keuangan dan budaya di kawasan Teluk Arab, merayakan kemerdekaannya dengan penuh semangat dan kebanggaan setiap tahunnya. [UN]