Bunga bangkai koleksi Kebun Raya Cibodas kembali mekar, kado terindah untuk 172 tahun kebun raya ini. Sumber: Kebun Raya/BRIN

Sepekan setelah Kebun Raya Cibodas merayakan hari jadinya yang ke-172 tahun, sebuah peristiwa alam menakjubkan terjadi: salah satu koleksi bunga bangkainya mekar. Kejadian mekarnya bunga bangkai ini, kali ketiganya bagi individu tanaman tersebut, menambah nuansa keajaiban dalam kehidupan alam.

Bunga yang mekar kali ini berasal dari hasil semaian biji yang ditanam pada tahun 2004. Biji tersebut memiliki asal-usul yang menarik, berasal dari induk tanaman yang ditemukan di Sungai Manau, Batang Suliti, Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat, Sumatra Barat. Tanaman induk ini dikoleksi oleh Almarhum R. Subekti Purwantoro dan rekan-rekannya.

Meskipun dikenal sebagai bunga bangkai, sebenarnya identifikasi ini adalah suatu misnomer. Struktur bunga bangkai terdiri dari beberapa bunga yang berkumpul di pangkal tangkai (spadix), yang terselip di dalam selubung merah marun di dasarnya (spathe).

Bunga yang mekar kali ini adalah Amorphophallus titanum Becc, sebuah spesimen langka yang menjadi koleksi Kebun Raya Cibodas dengan nomor koleksi 76. Klasifikasi dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) pada tahun 2018 menempatkan tanaman ini dalam kategori spesies terancam punah, dan keberadaannya dilindungi oleh Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999.

Seringkali, bunga bangkai ini disalahartikan sebagai bunga Rafflesia arnoldi, yang juga merupakan tanaman endemik Indonesia dengan aroma yang busuk. Namun, kedua tanaman ini memiliki perbedaan yang mencolok. Rafflesia adalah tanaman parasit tanpa batang, daun, atau akar, sementara Amorphophallus memiliki batang, daun, dan bunga sendiri.

Nama ilmiah Amorphophallus titanum diciptakan karena bentuk bunganya yang menyerupai penis yang besar. ‘Amorphos’ dalam bahasa Yunani berarti tidak berbentuk, dan ‘phallos’ merujuk pada alat kelamin laki-laki (penis), sedangkan ‘titan’ menggambarkan ukurannya yang besar.

Amorphophallus titanum juga terkenal karena aroma khasnya yang mirip dengan bau bangkai, menarik serangga untuk membantu dalam penyerbukan. Bunga ini merupakan bunga terbesar di dunia, dan penemuan pertamanya oleh Odoardo Beccari pada tahun 1878 di Sumatera Barat menciptakan sensasi besar di dunia botani.

Ketika bunga bangkai mekar, serangga tertarik dengan baunya yang busuk dan panas yang dihasilkannya, serta membantu penyerbukan dengan membawa serbuk sari dari satu bunga ke bunga lainnya.

Peristiwa mekar kali ini teramati dengan teliti oleh para peneliti. Tinggi bunga kali ini, melebihi tinggi periode sebelumnya, mencapai 310,5 sentimeter dengan diameter spatanya 161 sentimeter. Keberhasilan pertumbuhan ini disebabkan oleh kualitas vegetatif tanaman yang baik.

Induk tanaman ini diperkirakan berumur antara 32-35 tahun, menandakan bahwa tanaman ini termasuk dalam kategori herba perenial. Saat ini, Kebun Raya Cibodas memiliki 10 spesimen bunga bangkai, yang terdiri dari 1 spesimen induk hasil pengoleksian umbi dan 9 spesimen hasil perbanyakan dari biji.

Kehadiran bunga bangkai selalu menjadi daya tarik besar bagi masyarakat, karena langka dan uniknya. Siklus berbunga yang terjadi setiap empat tahun sekali menambah keistimewaan tanaman ini di mata publik.

Odoardo Beccari, penemu pertama Amorphophallus titanum, meninggalkan warisan penting dalam dunia botani dengan penemuannya yang mengagumkan. Semoga, dia tersenyum melihat bunga raksasa ini mekar, menjadi sebuah kado terindah dari semesta bagi Kebun Raya Cibodas yang telah berusia 172 tahun. [UN]