Sebanyak 4 Korban Sriwijaya Air SJ182 Teridentifikasi

Koran Sulindo – Sebanyak empat jenazah korban pesawat Sriwijaya Air SJ182 berhasil diidentifikasi.

Empat jenazah yang teridentifikasi itu atas nama Okky Bisma, Khasanah, Fadly Satrianto, dan Asy Habul Yamin.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divhumas Polri Brigjen Rusdi Hartono mengatakan, selain itu tim DVI juga telah menerima sampel DNA sebanyak 112 sampel.

Hingga saat ini tercatat telah dievakuasi sebanyak 137 kantong jenazah dan 35 kantong properti.

“Selanjutnya kantong-kantong ini akan dilakukan identifikasi oleh tim,” kata Rusdi dalam keterangannya, Rabu (13/1).

Terkait dengan waktu penyerahan jenazah kepada keluarga korban, Rusdi mengatakan bahwa pihaknya siap untuk menyerahkan sesuai dengan keinginan keluarga.

Rusdi mengutarakan bahwa para keluarga korban menginginkan agar jenazah disimpan terlebih dahulu sampai rekonsiliasi selesai.

“Hal ini dikarenakan keinginan dari keluarga korban karena sampai dengan saat ini rekonsiliasi masih berjalan dan memungkinkan body part korban dapat lebih banyak ditemukan,” kata Rusdi.

Rusdi melanjutkan, keluarga korban menginginkan jika ada penemuan body part dapat menjadi bagian yang ditambahkan. Maka dari itu, pihaknya menghormati dan menghargai keinginan dari keluarga tersebut.

“Tim ingin memberikan pelayanan terbaik bagi seluruh keluarga korban,” kata Rusdi.

Tak Terjadi Cuaca Ekstrem

Sementara, Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional mengungkapkan, saat pesawat Sriwijaya Air SJ182 rute Jakarta-Pontianak jatuh di perairan Kepulauan Seribu tak terjadi cuaca ekstrem.

“Tampak berawan, tetapi tidak ada indikasi kondisi ekstrem,” kata Kepala Lapan Thomas Djamaluddin.

Berdasarkan pantuan Sadewa (Satellite-based Disaster Early Warning System) Lapan, tidak ada kondisi awan atau hujan ekstrem di titik kejadian.

Perkiraan kondisi atmosfer dari aplikasi Sadewa Lapan menggunakan Satelit Himawari-8 9 (awan tumbuh) dan model WRF (angin dan hujan) menunjukkan di sekitar titik kejadian tidak ada kondisi atmosfer ekstrem.

Meski ada proses pembentukan sistem konveksi di sekitar titik kejadian, tetapi tidak ada indikasi kondisi ekstrem.

“Dinamika atmosfer ini mempengaruhi pesawat yang melintas, tetapi belum tentu menjadi penyebab jatuhnya pesawat,” ujar Thomas.

Analisis dinamika atmosfer menunjukkan sistem konveksi skala meso telah terbentuk di atas Lampung dan Laut Jawa di sekitarnya sejak pukul 11.00 WIB pada 9 Januari 2021.

Sistem itu kemudian pecah dan berpropagasi ke selatan, yang berasosiasi dengan pertumbuhan sistem konveksi skala meso lain di atas Jawa bagian barat selama rentang waktu 13.00-15.00 WIB.

Pada 9 Januari 2021 pukul 14.40 WIB pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak mengalami hilang kontak di sekitar Pulau Lancang, Kepulauan Seribu. Pesawat itu membawa 50 penumpang dan 12 awak kabin. [WIS]