Ilustrasi/kpk

Koran Sulindo – Gerakan “Saya Perempuan Anti Korupsi” (SPAK) mendapatkan penghargaan  “International Anti-Corruption Excellence (IACE) Award” dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Penghargan diberikan atas pendekatan SPAK yang efektif dan sukses sebagai kontribusi nyata dalam pencegahan dan perlawanan terhadap korupsi di Indonesia.

IACE Award diberikan langsung Emir Qatar, Sheikh Tamim Bin Hamad Al Thani, di Gedung PBB di Jenewa, Swiss, Senin (11/12) waktu setempat.

Award ini juga didukung United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) PBB.

Penghargaan diterima Yuyuk Andriati Iskak dari Komite Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Judhi Kristantini dari SPAK.

Penghargaan diberikan kepada SPAK Indonesia atas keberhasilannya dalam meningkatkan kesadaran publik terhadap pentingnya perilaku antikorupsi dalam kegiatan sehari-hari, mulai dari suap, gratifikasi hingga penggelapan dana.

“Penghargaan ini tentunya ditujukan untuk seluruh agen SPAK di Indonesia yang sudah menjadi inspirasi perubahan dimulai dari diri sendiri dan lingkungan terdekat. Sebuah langkah kecil yang sangat nyata untuk perbaikan Indonesia di masa depan,” kata Yuyuk, melalui rilis media Perwakilan Tetap Republik Indonesia (PTRI) Jenewa.

Sementara itu, Judhi dari SPAK Indonesia mengatakan peran perempuan dan keluarga sangat strategis dalam melakukan perubahan melalui pencegahan tindakan korupsi dalam kehidupan sehari-hari.

Performa gerakan SPAK Indonesia dinilai memiliki visi, kepemimpinan, kreativitas, antusiasme dan komitmen serta dedikasi dalam menangani korupsi sehingga dapat menginspirasi pihak lain untuk melakukan cara-cara yang sama.

Gerakan SPAK sebagai gerakan anti korupsi berbasis pendekatan keluarga telah melatih lebih dari 1.300 agen pembaru di 34 provinsi di Indonesia untuk bergerak secara kolektif meningkatkan kesadaran masyarakat, terutama perempuan, dalam menanamkan nilai-nilai dasar di keluarga untuk mencegah perilaku korupsi. Hal yang diajarkan terutama kejujuran, keadilan, kerjasama, kemandirian, disiplin, tanggung jawab, kegigihan, keberanian, dan kepedulian.

Acara pemberian penghargaan dihadiri sejumlah Pejabat PBB, antara lain Direktur Jenderal Kantor PBB Jenewa, Michael Moller dan Direktur Eksekutif UNODC, Yuri Fedotov, Wakil Tetap RI untuk PBB di Jenewa, Duta Besar Hasan Kleib.

“Di abad 21 ini tidak ada tempat untuk perilaku korupsi. Penganugerahan penghargaan hari ini merupakan bagian dari upaya masyarakat internasional menciptakan dunia tanpa korupsi,” kata Dirjen PBB di Jenewa Michael Moller.

“Pemberian penghargaan IACE merupakan pengakuan terhadap kontribusi Indonesia dalam gerakan dunia untuk mencegah perilaku korupsi sejak dini, dan juga dinilai penting oleh PBB karena merupakan bagian yang sangat strategis dalam mendukung upaya PBB untuk implementasi Konvensi Anti-Korupsi PBB,” kata Wakil Tetap RI untuk PBB di Jenewa, Hasan Kleib.

SPAK

Gerakan ini dilahirkan atas sebuah keprihatinan karena hasil survei yang dilakukan KPK pada 2012–2013 di Solo dan Jogjakarta. Studi ini menyatakan hanya 4% orang tua yang mengajarkan kejujuran pada anak-anaknya.

Kejujuran yang dimaksud di sini bukan kejujuran dalam arti definisi kejujuran, tetapi lebih kepada bagaimana kejujuran tersebut dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua tidak bisa mengaitkan bahwa menyontek atau menyerobot antrian adalah bentuk-bentuk perilaku koruptif. Hal ini memberi pemahaman bahwa korupsi adalah mengambil hak orang lain untuk kepentingan diri sendiri.

Studi tersebut juga memberikan jawaban atas pertanyaan bagaimana mencegah perilaku koruptif.

Perempuan atau ibu masih dianggap figur sentral dalam memberikan pendidikan moral pada anak dan keluarga. Fakta ini memberikan kesempatan untuk menggerakan pencegahan korupsi melalui perempuan. Hasil inilah yang kemudian menjadi landasan kuat untuk melahirkan gerakan Saya, Perempuan Anti-Korupsi. Perempuan dengan perannya sebagai ibu, sebagai profesional dengan karakternya yang khas untuk melahirkan, mengembangkan, memelihara dan berbagi serta kebutuhan berkumpul yang besar – membuat perempuan menciptakan kesempatan sosialisasi yang lebih banyak dalam masyarakat.

Seperti dikutip acch.kpk.go.id, gerakan ini diluncurkan pada 22 April 2014. Peluncurannya dikemas dalam bentuk talkshow dan bedah buku dengan narasumber Meuthia Hatta, Dian Kartika Sari (Sekjen KPI), Yuyun dari NTB (perempuan yang berani mengatakan tidak pada praktek korupsi dalam pekerjaannya), Busyro Muqoddas (pimpinan KPK saat itu).

SPAK terdiri atas dua kegiatan. Pertama, pelatihan untuk fasilitator atau para calon agen SPAK. Kedua, penyebaran pengetahuan anti korupsi (sosialisasi) yang dilakukan oleh para agen.

Untuk menyebarkan pengetahuan antikorupsi, para agen menggunakan alat-alat bantu, yang terdiri dari: tas, buku,  pin, kaos, notes, flyers, dan permainan (arisan, majo, put2lk dan semai).

Saat ini SPAK memiliki lebih dari 494 orang fasilitator atau biasa disebut sebagai Agen SPAK.  Mereka telah mengikuti ToT fasilitator SPAK yang dilangsungkan di 10 kota, yaitu Jakarta, Mataram, Makassar, Pare-pare, Kupang, Surabaya, Bogor, Bandung, Jogjakarta, dan Malang. [DAS]