Ilustrasi: Virus COVID-19 dipotret dengan dengan mikroskop/Rospotrebnadzor/TASS
Ilustrasi: Virus COVID-19 dipotret dengan dengan mikroskop/Rospotrebnadzor/TASS

Koran Sulindo – Saya tidak pernah membayangkan akan menjadi pasien yang terpapar Covid-19. Sungguh pengalaman itu justru membuat saya menjadi lebih tahu soal Covid-19. Dan saya juga menyadari ada banyak informasi tentang Covid-19 ini tidak dijelaskan secara terbuka, jujur serta dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.

Boleh dibilang saya juga menjadi “korban” dari informasi yang tidak lengkap tentang Covid-19. Sebelum terpapar, saya menjadi orang yang percaya bahwa infeksi yang disebabkan Covid-19 dampaknya hanya seperti flu pada umumnya. Karena itu, memang tidak perlu perawatan khusus dan cukup istirahat di rumah.

Rupanya informasi begini sangat tidak bisa dipertanggungjawabkan. Dampak Covid-19 tidak seperti itu. Bahkan jika orang yang terpapar itu tanpa gejala atau hanya mengalami gejala ringan. Namun, efek samping dari Covid-19 selalu ada. WHO menyebut sebagai long term effect atau lebih dikenal sebagai long Covid-19 syndrome.

Ketika saya masih menjalani isolasi, seorang teman SMA mengirim pesan lewat WhatsApp untuk menanyakan keadaan saya. Ia menyampaikan simpatinya. Dan untuk menenangkan dan membesarkan hati saya, ia menyampaikan bahwa Covid-19 ini hanya seperti flu biasa apabila imunitas kita tinggi.

Saya lantas meralat pernyataannya itu. Covid-19 ini berbeda sama sekali dengan flu biasa. Itu sebabnya, penanganannya pun berbeda. Jika sama, maka seharusnya pemerintahan negara di seluruh dunia tidak perlu khawatir dan membuat kebijakan ekstrem untuk menanganinya bukan? Teman saya itu seorang terpelajar. Jika ia saja bisa beranggapan demikian, maka wajar pada akhirnya jika masyarakat kita secara umum juga beranggapan demikian.

Lalu, apa yang terjadi jika begitu? Maka penyebaran Covid-19 akan membludak. Pasalnya, pasien Covid-19 yang tanpa gejala dan gejala ringan akan beranggapan bahwa dirinya tidak “berbahaya” sehingga beraktivitas seperti biasa. Padahal, mereka ini sangat berpotensi menjadi penyebar Covid-19. Sementara pasien Covid-19 dengan gejala sedang dan berat biasanya akan beristirahat minimal di rumah sehingga tidak akan beraktivitas seperti biasa.

Karena itu, sudah saatnya pemerintah memberikan penjelasan secara terbuka, jujur dan dapat dipertanggungjawabkan soal Covid-19 ini. Salah satu cara untuk mencegah penyebaran Covid-19 adalah dengan mendidik masyarakat. Dengan kesadaran dan pengetahuan yang tinggi, masyarakat akan tahu bagaimana caranya mengahadapi Covid-19. Dan karena kesadaran itu pula,rumah sakit kita tidak akan membludak yang diisi pasien Covid-19.

Dari pengalaman saya sebagai penyintas ada beberapa hal yang bisa dibagikan yang barangkali bisa bermanfaat untuk masyarakat. Pertama, gejala Covid-19 tidak tunggal. Kedua, masa kritis Covid-19 memang panjang. Ketiga, soal dampak Covid-19 setelah dinyatakan negatif. Sebagian menyebutnya sebagai long Covid-19 syndrome. Keempat, uji usap PCR bukan penanda kesembuhan melainkan diperlukan untuk diagnosa awal.

Terakhir, kampanye menjalankan protokol kesehatan secara disiplin harus dilakukan secara masif. Juga menjaga jarak dan tidak berkerumun sangat perlu dilaksanakan. Hanya demikian penyebaran Covid-19 ini bisa dicegah, bahkan ketika vaksinasi sudah dilakukan, protokol kesehatan ini masih tetap perlu dilakukan secara disiplin. [Kristian Ginting]