Puncak Jaya (Carstenz Pyramid)
Puncak Jaya (Carstenz Pyramid)

Lapisan es di Puncak Jaya atau Carstensz Pyramid, Pegunungan Jayawijaya, Papua diprediksi akan punah pada 2025 menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Berdasar penelitian BMKG es di puncak tertinggi di Indonesia itu mengalami penyusutan sepanjang waktu.

“Penyusutan gunung es puncak Jaya Wijaya yang diteliti oleh BMKG, diprediksi tahun 2025 es itu sudah punah, sudah tidak ada di Puncak Jaya Wijaya lagi,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (21/3).

Dwikorita mengatakan berdasarkan penelitian BMKG, area es di Puncak Carstensz hanya tersisa 1 persen. Menurutnya, penyusutan es tersebut terjadi karena perubahan iklim.

Selain itu perubahan iklim juga berdampak pada suhu udara di Jakarta. Dwikorita memaparkan, suhu udara di Jakarta meningkat 1 derajat celcius selama periode 100 tahun.

Akan tetapi kenaikan suhu ternyata lebih cepat dari perkiraan, peningkatan suhu udara ternyata sudah mencapai 1,5 derajat celcius sejak 2016. Kondisi ini melampaui prediksi sebelumnya bahwa pada 2030 suhu udara di Jakarta baru akan meningkat satu derajat celcius.

Menurut Peneliti dari Balai Arkeologi Papua Hari Suroto, Pegunungan Jayawijaya terbentuk saat terjadi benturan antara lempeng benua Australia dengan Lempeng Pasifik pada Zaman Miocene Tengah. “Itu sekitar 15 juta tahun yang lalu,” ujar Hari.

Puncak Jaya berada pada ketinggian 4.884 meter di atas muka laut. Namanya adalah kependekan dari Puncak Jayakesuma, nama resmi yang diberikan pada puncak ini setelah Papua kembali ke Indonesia—sebelumnya dikuasai Belanda.

Di banyak peta dunia, puncak itu dijuluki Carstensz atau Carstensz Top yang tergolong salah satu puncak tertinggi di dunia, bersama-sama dengan Puncak Himalaya dan Puncak Andes. Puncak Jaya satu-satunya gunung yang memiliki gletser di Papua, glester gunung lainnya mencair akibat proses pemanasan yang dialami oleh bumi.

Selain Puncak Jaya ada pula Puncak Mandala (4.760 mdpl), Puncak Trikora (4.730 mdpl), Puncak Idenberg (4.673 mdpl), Puncak Yamin (4.535 mdpl), dan Puncak Carstenz Timur (4.400 mdpl). [DES]