Ilustrasi/tribratanews-medan.com

Koran Sulindo – Polisi menyatakan kedua tersangka pelaku pembunuhan polisi di Markas Polda Sumatera Utara sadis. Korban Aiptu Martua Sigalingging digorok lehernya,  ditusuk berkali-kali, lalu dibakar.

Peristiwa itu kemudian diketahui oleh Brigadir Ginting Munthe.

“Brigadir Ginting Munthe langsung berteriak menegur mereka dan mereka bahkan mengancam brigadir Munthe dengan pisau yang diacung-acungkan, akhirnya Brigadir Munthe berteriak memanggil rekannya yang berjaga di pos pintu masuk Polda Sumut,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri, Brigjen Rikwanto, di Mabes Polri, Jumat (30/6).

Kedua pelaku kemudian ditembak. tersangka AR tewas di lokasi, sementara SP mengalami luka tembak di bagian kaki. Dari hasil pengembangan, Densus berhasil menangkap RP dan HP. Ketiganya dinyatakan sebagai tersangka dan ditahan di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok.

Sementara itu Densus 88 Antiteror Mabes Polri telah memeriksa Syawaludin Pakpahan (SP), tersangka utama kasus penyerangan Mapolda Sumatera Utara, Minggu (25/6) kemarin.

Sejak 2004, tersangka yang sehari-hari berjualan rokok itu telah berseluncur di dunia maya untuk membuka laman-laman radikalisme. Pada puncaknya 2013 silam, pria kelahiran Sumatera Utara, 43 tahun lalu berangkat ke Suriah.

“Tahun 2013, puncaknya minjam uang di bank Rp 20 juta untuk pergi ke Suriah, bergabung dengan rekan-rekannya di sana, menjadi pejuang di sana dan selama 6 bulan di sana,” kata Rikwanto.

Setelah pulang ke Indonesia, SP kemudian menularkan paham radikal dan berhasil merekrut Ardial Ramadhana, Hendri Pratama, dan Firmansyah Putra Yudi. Ketiga orang ini adalah tetangga tersangka di Jalan Sisingamangaraja, Kelurahan Teladan Barat, Medan Kota. Ketiga tersangka adalah pedagang kecil.

Kelompok yang merupakan simpatisan Jamaah Anshorut Daulah (JAD) pimpinan Bahrun Naim ini kemudian melakukan perencanaan untuk melakukan serangan teror. Salah satu motifnya yakni mengambil senjata dari pihak kepolisian yang diserang.

SP kemudian menyuruh tersangka FP survei ke Markas Kodam Bukit Barisan, Mako Satbrimobda Polda Sumut dan Komplek Asia Megamas, Medan, dengan target warga keturunan Tionghoa. Sementara HP menelusuri Mapolda Sumut, sepekan sebelum aksi teror.

Dari hasil survei, aksi teror dilakukan di Mapolda Sumut lantaran melihat kelemahan di pos jaga pintu tengah. Kemudian SP dan AR melakukan aksi teror Minggu dini hari saat Hari Raya Idul Fitri.

“Jadi, ada pintu tengah, kemudian ada pintu kiri dan kanan tetapi jaraknya agak jauh, sehingga mereka melompat melalui pintu tengah. Di situlah mereka masuk dan mendapatkan Aiptu Martua Sigalingging sedang istirahat. Korban gugur terbunuh di situ,” kata Rikwanto. [YMA]