Penumpang KRL Commuterline. Foto: Poskotanews
Penumpang KRL Commuterline. Foto: Poskotanews

KENAIKAN harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite, Solar dan Pertamax mengakibatkan meningkatnya biaya bahan bakar bagi pengguna kendaraan pribadi. Kenaikan harga BBM lebih dari 20 persen sangat memukul masyarakat pengguna mobil motor pribadi.

Selain itu pilihan moda transportasi alternatif seperti Taksi dan Ojek online juga telah menaikkan tarif secara bervariasi.

Keadaan ini akhirnya memaksa masyarakat terutama di perkotaan mencari akal mengurangi biaya transportasi, salah satunya dengan beralih ke transportasi publik.

Transportasi publik seperti kereta api atau bis kota dilirik karena memiliki keunggulan dari segi biaya yang murah dan waktu tempuh lebih singkat ke tempat tujuan.

PT Kereta Api Indonesia – Commuter menyampaikan data adanya lonjakan penumpang sekitar sejak pemerintah menaikkan harga BBM di awal September.

VP Corporate Secretary PT KAI Commuter Anne Purba mengatakan penumpang KRL di Jabodetabek naik 3 persen dari 689.310 orang ke 708.568 orang per hari pada hari kerja pekan lalu.

“Tercatat volume pengguna tertinggi di hari kerja yaitu pada Senin (5/9) kemarin yaitu sebanyak 733.733 orang,” kata Anne, Jumat (9/9).

Kenaikan jumlah penumpang tidak hanya terjadi di Jabodetabek. Rata-rata volume pengguna KRL Yogyakarta-Solo juga meningkat 3 persen di hari kerja dan rata-rata volume pengguna naik 8 persen pada akhir pekan.

Dengan pertambahan volume penumpang, KAI Commuter mengimbau penumpang untuk merencanakan perjalanan dengan cermat dan menggunakan aplikasi KRL Access untuk mendapat informasi jadwal perjalanan.

Transjakarta kebanjiran penumpang

Tidak hanya moda KRL yang menjadi pilihan masyarakat setelah kenaikan harga BBM, moda tranportasi bus kota seperti Transjakarta juga ikut menerima limpahan penumpang.

PT TransJakarta menyebut kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) beberapa waktu lalu berdampak pada kenaikan jumlah pelanggan mereka.

Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan PT TransJakarta Anang Rizkani Noor mengatakan kenaikan pelanggan tercatat hingga 10 persen dalam sebulan dan kenaikan signifikan dalam hitungan dua hari di bulan yang sama.

Data menunjukkan penumpang moda transportasi tersebut mengalami kenaikan pelanggan dengan rincian, 707 ribu penumpang per 26 Agustus yang meningkat menjadi 784 ribu pada 26 September, kemudian meningkat lagi menjadi 792 ribu penumpang per 28 September 2022.

“Penambahan jumlah pelanggan membuktikan lebih banyak lagi warga yang menggunakan transportasi publik. Artinya dengan begitu, secara tidak langsung juga telah berkontribusi pada pengurangan emisi karbon,” ujar Anang di Jakarta, Kamis, 29 September 2022 dikutip dari Antara.

Kenaikan angka pelanggan ini, menurut Anang, juga didukung dengan upaya BUMD DKI tersebut dalam memperluas jangkauan layanan melalui upaya pembukaan rute-rute baru, penambahan jam layanan, waktu operasional serta penambahan jumlah armada.

“Kemudian, meski harga BBM naik, tarif TransJakarta tetap Rp3.500 untuk seluruh layanan koridor maupun non koridor, Rp0 untuk layanan Mikrotrans dan bus tingkat serta Rp20 ribu untuk layanan premium Royaltrans,” ucap Anang.

Upaya ini, kata dia, sejalan dengan target Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menyediakan akses layanan transportasi umum hingga 95 persen dari cakupan wilayah.

“TransJakarta juga melakukan perpanjangan jam layanan operasional hingga 24 jam. Kemudahan ini semoga membantu mobilitas masyarakat,” ucapnya.

Perbaikan layanan

Peralihan penumpang saat ini memang masih didorong motif keterpaksaan akibat naiknya harga BBM. Namun itu juga dapat menjadi positif bila dipertahankan dan dijadikan budaya masyarakat perkotaan.

Agar budaya menggunakan transportasi masal atau tranportasi umum semakin tertanam diperlukan perbaikan layanan dan berbagai aspek lainnya.

Pengamat transportasi Darmaningtyas pernah memberi pendapat agar pemerintah memperbaiki kualitas transportasi umum masal terutama dalam hal ketepatan waktu, kenyamanan, keselamatan dan harus mudah dijangkau.

Salah satu solusi yang ditawarkan adalah penambahan armada serta perbaikan jalur sehingga masyarakat lebih nyaman tanpa harus bersesak-desakan sebelum naik kendaraan umum atau saat di dalam kendaraan.

Dengan perbaikan layanan diharap pengguna kendaraan pribadi akan semakin berkurang karena beralih menggunakan transportasi publik. Sisi lain penggunaan transportasi publik adalah penghematan penggunaan BBM serta mengurangi kemacetan di jalan raya.

“Yang penting sekarang angkutan umumnya diperbaiki dahulu, sehingga nanti pengguna sepeda motor dan ojek akan berkurang,” kata Darmaningtyas. Saran itu disampakain pada tahun 2021 lalu menanggapi membludaknya penguna motor.

Pendapat serupa disampaikan oleh pengamat transportasi Djoko Setijowarno menyebut Djoko berpendapat, membangun transportasi umum, trotoar, dan jalur sepeda, merupakan kunci untuk mendorong masyarakat mau meninggalkan kendaraan pribadi.

“Ini harus didorong dengan dukungan anggaran daerah dan jangan hanya mengandalkan proyek dari pusat. Kepala daerah jangan hanya bersemangat ngurus proyek yang ada fee-nya,” kata Djoko.

Jika ini dijalankan masyarakat tidak perlu membeli kendaraan pribadi lagi, atau setidaknya meninggalkan kendaraannya di rumah, serta beralih ke transportasi umum atau berjalan kaki di trotoar untuk jarak pendek, atau naik sepeda. [PTM]