Koran Sulindo – Parade Angkatan Laut Rusia beberapa hari lalu di perairan St Petersburg itu hanya menceritakan satu hal. Negeri ‘beruang merah’ itu sedang melenturkan otot-ototnya.
Dengan hubungan AS-Rusia berada di titik terendah selama bertahun-tahun terakhir, memamerkan 40 kapal perang paling canggih adalah pesan yang jelas.
Mereka adalah ancaman paling nyata bagi militer AS dan sekutu kentalnya, NATO.
Lagi pula, di antara kapal-kapal perang itu terdapat ‘pembunuh kapal induk’ yang dirancang khusus untuk menyerang sekaligus menenggelamkan kapal induk Barat, alat perang yang selalu digembar-gemborkan media Barat sebagai tak terkalahkan.
Itu baru sebagian, 12 kapal terbesar milik AL Rusia absen dari parade itu.
Kapal seperti Admiral Gorshkov dan 11 kapal lainnya itu terlalu besar untuk berlayar di Sungai Neva itu. Admiral Gorshkov adalah salah satu dari enam frigat siluman seberat 5.400 ton meski sudah diluncurkan tetap belum diserahkan kepada AL Rusia.
Hampir semua analis pertahanan sepakat, frigat kelas Admiral Gorshkov ini memiliki persenjataan lengkap dan bakal memiliki keuntungan besar dibandingkan yang dioperasikan AL negara-negara Barta.
Berpidato dalam sambutan di parade itu, Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan lusinan kapal selam dan kapal perang itu akan terus berpatroli di lautan dunia untuk melindungi kepentingan Rusia.
“Armada Rusia berhasil menyelesaikan tugas kemampuan pertahanan negara, ini adalah kontribusi signifikan terhadap perang melawan terorisme sekaligus membantu memainkan peran penting dalam memastikan keseimbangan strategis,” kata Putin.
Andrei Martyanov eks perwira AL era Uni Soviet dalam Losing Military Supremacy: The Myopia of American Strategic Planning secara hati-hati menyebut Rusia sebagai satu-satunya negara di planet ini yang sanggup mengalahkan militer AS secara konvensional.
Membongkar Mitos AS
Martyanov menyebut AS kini harus menghadapi Rusia sebagai musuh yang tangguh dengan lima kemampuan utama yang tak kalah dengan negara-negara Barat.
Kelima hal itu adalah komando, kontrol, komunikasi, komputer, intel, pengawasan dan kemampuan pengintaian yang sama atau lebih baik dibanding AS. Kemampuan perang elektronik sama dengan atau lebih baik dari AS. Sistem persenjataan baru yang sama atau lebih baik dari AS.
Martyanov menyebut Rusia sepanjang dekade pertama millennium ini, menghabiskan cukup banyak waktu untuk merumuskan konsep pertahanan sekaligus mewujudkannya.
Ini jelas berbeda, misalnya dengan Jerman yang meskipun dengan dukungan ekonomi yang kuat tak bisa merancang dan membangun jet tempur canggih dari awal sementara Rusia sanggup. Jerman juga tak memiliki industri luar angkasa, Rusia jelas punya.
“Rusia tanpa gembar-gembor yang tidak perlu meluncurkan upgrade lengkap dari penangkal nuklir angkatan lautnya dengan kapal selam rudal balistik seperti kelas Borey,” tulis Martyanov.
“Ini adalah program yang ditertawakan oleh mereka-mereka yang menganalisa Rusia sepuluh tahun lalu. Sekarang mereka tak tertawa lagi.”
Martyanov menambahkan seperti AL Uni Soviet yang mengkaji ulang dengan mendalam Perang Dunia II untuk menutup kesenjangan teknologi dengan AL AS, AL Rusia hari ini juga dibangun untuk sebuah tujuan tunggal untuk mencegah serangan NATO terhadap Uni Soviet dari laut.
Dari era Soviet itu, bagaimanapun tak bisa dihindari Rusia harus berjuang mati-matian untuk mencegah ekspansi NATO yang tanpa henti terus merangsek ke timur dan berhasil. Rusia kini bahkan ‘bermain’ sangat jauh di luar habitatnya seperti di Suriah dan di Laut Mediterania.
Kalibr
Ketika pada tanggal 7 Oktober 2015, enam rudal jelajah 3M14 Kalibr diluncurkan dari kapal kecil AL Rusia di Laut Kaspia menghantam ISIS di Suriah, armada perang AS di Teluk Persia segera memahami pesan itu dalam sekejap. Termasuk gugus tugas terkuat milik AS, kapal induk USS Theodore Roosevelt.
Dari Laut Kaspia itu, pesan segera meluas mencakup Laut Mediterania Timur hingga Laut Hitam. Ini adalah klaim bahwa wilayah itu adalah zona yang menjadi tanggung jawab AL Rusia sekaligus menjadi “zona tertutup sepenuhnya bagi musuh.”
“Rudal Kalibr dari Laut Kaspia itu adalah untuk pertama kalinya secara terbuka didemonstrasikan, dan dicatat dunia bahwa monopoli AS pada simbol-simbol kekuasaan secara resmi telah dipatahkan,” tulis Martyanov.
Ini yang menurut Martyanov ditawarkan Putin kepada Donald Trump di Helsinki yang digambarkan sebagai, “kombinasi mematikan dari ketidaktahuan elit kontemporer Amerika, kesombongan dan keputusasaan.”
Sistem persenjataan Rusia terbaru, rudal Kinzhal misalnya selain menghadirkan dampak strategis juga memiliki dampak historis. Rusia, memiliki keunggulan teknologi sekaligus berhasil menciptakan jurang yang bakal sulit dikejar AS.
Kinzhal mampu membuat lintasan yang membuat pertahanan anti-balistik apa pun tidak berguna dan membuat payung rudal AS menjadi usang.
Singkatnya, tidak ada sistem pertahanan udara modern atau yang tengah dikembangkan oleh NATO dapat mencegat bahkan rudal dengan karakteristik seperti itu. Martyanov menyebut Khinzal sebagai ‘pengubah permainan’ baik secara geopolitik, strategis, operasional, taktis bahkan psikologis.[TGU]