Rusia: Ukraina yang Tembak Malaysia Airlines dengan Rudal

Ilustrasi pesawat Malaysia Airlines yang jatuh pada 2014 [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Misteri hilangnya pesawat Malaysia Airlines Boeing 777 penerbangan dari Malaysia ke Amsterdam menemui titik terang. Kementerian Pertahanan Rusia menyebutkan, pihaknya memiliki bukti bahwa pesawat itu ditembak jatuh oleh pasukan Ukraina yang menggunakan rudal.

Bukti tersebut berkaitan dengan nomor seri rudal yang digunakan pasukan Ukraina untuk menembak pesawat tersebut. Seperti yang dilaporkan AFP, Rusia mengatakan, rudal tersebut merupakan produk yang dibuat pada masa Uni Soviet. Ketika itu, rudal tersebut dikirim ke Ukraina karena masih bagian dari Uni Soviet.

Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, rudal tersebut hingga hari ini belum dikembalikan pemerintah Ukraina. Berdasarkan fakta ini, Rusia membantah menembak pesawat Malaysia Airlines itu. Sebaliknya, sejumlah fakta dan teori justru mengarah ke Ukraina.

Pesawat tersebut jatuh di luar wilayah pemberontak Donetsk pada 17 Juli 2014. Sekitar 298 orang penumpang dinyatakan tewas. Mayoritas adalah warga negara Belanda. Karena peristiwa itu, Uni Eropa memberi sanksi ekonomi kepada Rusia. Dan menyalahkan kelompok pemberontak yang didukung Rusia di Ukraina timur.

Penyelidik ahli dari Belanda bersama timnya pernah memastikan pesawat Malaysia Airlines ditembak jatuh rudal buatan Rusia dari sebuah brigade militer Rusia di Kota Kursk. Belanda dan Australia pada Mei lalu secara terbuka menyalahkan Rusia atas peristiwa itu.

Benar rudal tersebut merupakan buatan Uni Soviet. Kemudian, rudal itu dikirim ke Ukraina pada 29 Desember 1986 melalui kereta api ke sebuah unit militer di Ukraina. Informasi tersebut waktu itu dikategorikan “rahasia”. Setelah Uni Soviet bubar, rudal tersebut masih berada dan menjadi bagian dari angkatan bersenjata Ukraina.

Informasi itu lalu dikirimkan pemerintah Rusia ke Belanda. Kementerian Pertahanan Rusia juga memastikan video yang menjadi bukti bahwa Rusia mengangkut rudal itu ke wilayah timur Ukraina yang dikuasai pasukan pemberontak adalah palsu.

Presiden Ukraina Petro Poroshenko pada Senin (17/9) secara resmi memutuskan hubungan kerja sama dengan Rusia. [KRG]