Koran Sulindo – Rusia membatalkan proyek kereta rudal balistik antar benua yang diberi nama program BZhRK Barguzin. Padahal Proyek itu sedianya bakal menjalani uji coba tahun depan.
Rusia menghidupkan kembali proyek Barguzin pada tahun 2013 namun segera mengalami hiatus panjang setelah diumumkan. Rossiyskaya Gazeta menyebut proyek itu dibatalkan karena ongkos biayanya yang terlalu mahal.
Proyek Barguzin dianggap menandai kebangkitan kembali triad nuklir inti Uni Soviet berbasis peluncuran mobile dan silo. Selain itu, rudal balistik Soveet juga diluncurkan dari kapal selam dan pesawat pembom.
Uni Soviet pertama kali menandatangani perintah pembuatan rudal balistik berbasis kereta api pada tahun 1969. Setelah masa pengembangan selama hampir dua dekade, kereta api rudal pertama mulai beroperasi dengan nama Molodets yang dilengkapi rudal balistik RT-23 atau SS-24 Scalpel dalam sebutan NATO.
Rudal sepanjang 23,40 meter dan diameter 2,41 meter itu mengangkut 10 hulu ledak nuklir yang masing-masing memiliki kekuatan hingga 550 kiloton. Rudal yang juga bisa diluncurkan dari silo ini pada dekade 1990-an dihapus melalui perjanjian START II. Total, Soviet mengoperasikan 12 kereta api rudal sejenis.
Tahun 2013 silam, Kremlin mengumumkan akan menciptakan kereta rudal serupa di bawah proyek
Hingga tahun 2013 silam Kremlim mengumumkan BZhRK Barguzin yang akan dilengkapi dengan rudal balistik RS 24 Yars yang jauh lebih canggih. RS-24 memiliki jangkauan yang sama dengan RT-23 namun tiga meter lebih pendek dengan berat hanya setengahnya. RS-24 juga bisa diluncurkan dari platform mobile menggunakan truk.
Keuntungan utama peluncur rudal berbasis kereta api adalah bisa dipindah dengan cepat dan sulit dideteksi dibanding rudal berbasis peluncuran tetap seperti silo. Peluncur lebih kecil juga bisa berbaur dalam gerbong kereta biasa dan membuat pekerjaan intelijen AS menjadi lebih sulit.
Dengan menjadi lebih sulit dilacak, musuh membutuhkan rudal lebih banyak untuk menghancurkannya dan menyisakan sedikit rudal untuk target-target strategis lainnya. Rossiyskaya Gazeta menyebut pada tahun 2015, militer Rusia mengklaim beberapa kemajuan dalam uji coba Barguzin.
Keputusan Rusia membatalkan proyek ini bagaimanapun memicu pertanyaan apakah Kremlin serius dengan proyek tersebut, atau hanya ‘memainkannya’ sebagai perang urat syaraf karena memburuknya hubungan AS-Rusia pada waktu itu. Seorang jenderal Rusia pernah menyebut proyek Barguzin adalah tanggapan langsung atas program Prompt Global Strike milik AS yang menggunakan senjata hipersonik.
Di sisi lain, pada masa damai rudal berbasis kereta api dianggap membutuhkan biaya sangat besar untuk pemeliharaan dan penyimpanan. Di samping itu, perjanjian internasional mengharuskan mereka untuk tetap tinggal di pangkalan.
Sedangkan pada masa-masa perang, kereta rudal harus dilindungi oleh detasemen keamanan yang masif dan membuat unsur kejutan berkurang.
Kendala lain adalah apakah kereta rudal berhasil keluar dari pangkalan mereka tepat waktu di menit-menit pertama perang nuklir?
Inilah yang dipelajari Pentagon selama Perang Dingin. Mereka bahkan membangun dua kereta prototipe yang digunakan untuk mencari kelemahan sistem ini. Meski dibatalkan, bukan berarti Pentagon bisa langsung tidur nyeyak.
Dengan kepemilikan lebih dari 1.900 hulu ledak nuklir, Rusia tetap tampil sebagai musuh yang tangguh bagi AS. Selain itu, Rusia juga sama sekali tak menutup pintu sama sekali pada proyek Barguzin. “Jika sangat dibutuhkan kita juga akan segera membangunnya kembali.”[TGU]