Jakarta – Rusia dan Ukraina kembali berunding di Turki pada Rabu (23/07/2025).
Melansir dari Reuters, kedua negara membahas pertukaran tahanan lebih lanjut, tetapi masih belum mencapai kesepakatan mengenai persyaratan gencatan senjata dan kemungkinan pertemuan para pemimpin mereka.
“Kami telah mencapai kemajuan di jalur kemanusiaan, tetapi belum ada kemajuan dalam penghentian permusuhan,” ujar kepala delegasi Ukraina Rustem Umerov setelah perundingan yang hanya berlangsung selama 40 menit.
Ia mengatakan Ukraina telah mengusulkan pertemuan sebelum akhir Agustus antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Ia menambahkan: “Dengan menyetujui proposal ini, Rusia dapat dengan jelas menunjukkan pendekatan konstruktifnya.”
Kepala delegasi Rusia, Vladimir Medinsky, mengatakan inti dari pertemuan para pemimpin seharusnya adalah untuk menandatangani kesepakatan, bukan untuk “membahas semuanya dari awal”.
Ia mengulangi seruan Moskow untuk serangkaian gencatan senjata singkat selama 24-48 jam agar jenazah para korban dapat dievakuasi.
Ukraina mengatakan pihaknya menginginkan gencatan senjata segera dan lebih lama.
Perundingan tersebut berlangsung lebih dari seminggu setelah Presiden AS Donald Trump mengancam akan menjatuhkan sanksi baru yang berat terhadap Rusia dan negara-negara yang membeli ekspornya kecuali kesepakatan damai dicapai dalam waktu 50 hari.
Tidak ada tanda-tanda kemajuan menuju tujuan tersebut, meskipun kedua belah pihak mengatakan ada diskusi tentang pertukaran kemanusiaan lebih lanjut setelah serangkaian pertukaran tahanan, yang terakhir terjadi pada hari Rabu.
Medinsky mengatakan para negosiator sepakat untuk menukar setidaknya 1.200 tawanan perang lagi dari masing-masing pihak, dan Rusia telah menawarkan untuk menyerahkan 3.000 jenazah Ukraina lainnya.
Ia mengatakan Moskow sedang memeriksa daftar 339 nama anak-anak Ukraina yang—berdasarkan tuduhan Kyiv—diculik oleh Rusia.
Rusia membantah tuduhan tersebut dan mengatakan telah menawarkan perlindungan kepada anak-anak yang terpisah dari orang tua mereka selama perang.
“Beberapa anak telah dipulangkan ke Ukraina. Sisanya sedang diupayakan. Jika orang tua sah, kerabat dekat, dan perwakilan mereka ditemukan, anak-anak ini akan segera dipulangkan,” kata Medinsky.
Umerov mengatakan Kyiv mengharapkan “kemajuan lebih lanjut” terkait tawanan perang, seraya menambahkan:
“Kami terus mendesak pembebasan warga sipil, termasuk anak-anak.”
Pihak berwenang Ukraina mengatakan setidaknya 19.000 anak telah dideportasi paksa.
Pertemuan Tersingkat
Sebelum perundingan, Kremlin telah mengecilkan ekspektasi, menggambarkan posisi kedua belah pihak sangat bertolak belakang dan mengatakan tidak seorang pun boleh mengharapkan keajaiban.
Dengan durasi 40 menit, pertemuan tersebut bahkan lebih singkat daripada pertemuan kedua belah pihak sebelumnya pada 16 Mei dan 2 Juni, yang totalnya kurang dari tiga jam.
Oleksandr Bevz, anggota delegasi Ukraina, mengatakan Kyiv telah mengusulkan pertemuan Putin-Zelenskyy pada bulan Agustus karena hal itu akan berada dalam batas waktu yang ditetapkan oleh Trump untuk mencapai kesepakatan.
Putin menolak tantangan Zelenskyy sebelumnya untuk bertemu langsung dan mengatakan ia tidak menganggapnya sebagai pemimpin yang sah karena Ukraina, yang berada di bawah darurat militer, tidak mengadakan pemilu baru ketika masa jabatan lima tahun Zelenskyy berakhir tahun lalu.
Trump telah memperbaiki hubungan dengan Zelenskyy setelah perselisihan publik dengannya di Gedung Putih pada bulan Februari, dan belakangan ini mengungkapkan rasa frustrasinya yang semakin besar terhadap Putin.
Tiga sumber yang dekat dengan Kremlin mengatakan kepada Reuters minggu lalu bahwa Putin, yang tidak terpengaruh oleh ultimatum Trump, akan terus bertempur di Ukraina sampai Barat memenuhi persyaratannya untuk perdamaian, dan bahwa tuntutan teritorialnya dapat meluas seiring pasukan Rusia maju. [BP]




