Koran Sulindo – Runtuhnya ISIS di Suriah dan Irak tak serta merta membuat gerombolan militan itu lumpuh.

Ditenggarai mereka memindahkan kegiatannya di berbagai tempat di dunia seperti Maghreb dan Sahel, Libya, Nigeria, Mali, serta Asia Tenggara khsusunya Filipina.

Tak hanya menyebar ke tempat-tempat jauh di penjuru dunia, ISIS juga dilaporkan merembes ke berbagai wilayah dekat kekuasaan lama mereka di Suriah dan Irak.

Salah satu di antara tempat paling ideal untuk ISIS yakni Yaman, negara sekarat akibat serangan barbar koalisi pimpinan Arab Saudi.

Politisi Yaman Ali Abdullah al-Bujairi menyebut Uni Emirat Arab terlibat memfasilitasi pemindahan komandan-komandan ISIS dari berbagai wilayah di Suriah ke Yaman. Menurut al-Bujairi mereka diboyong ke Yaman untuk merekrut sekaligus memperkuat posisi militan di Yaman.

“UEA baru-baru ini memindahkan komandan ISIS berkebangsaan Sudan yakni Abu Bakar al-Zokhri –nom de guerre Khaibar al-Sumali- dari Irak ke Aden di Yaman untuk merekrut dan memperkuat ISIS di Yaman,” kata al-Bujairi berbicara kepada salah satu media Qatar.

Seperti telah menjadi rahasia umum, semenjak ibu kota ISIS di Raqqa direbut pejuang Kurdi, ISIS telah mendapatkan pijakan di sejumlah negara lain termasuk di Afghanistan.

Rusia dan Iran menuduh AS terlibat secara aktif membantu memfasilitasi penyebaran kelompok itu.

Laporan Indeks Terorisme Global 2018 dari Institute for Economics & Peace menyebut meski kehilangan wilayahnya di Irak dan Suriah, “ISIS masih aktif di sepuluh negara pada 2017.

“ISIS melakukan serangan di 286 kota di seluruh dunia di empat wilayah berbeda yakni Asia-Pasifik, Eropa, Timur Tengah dan Afrika Utara, dan wilayah Rusia dan Eurasia.”

Namun, di antara tempat-tempat yang menjadi wilayah operasi ISIS, Afrika Utara dan Timur Tengah tetap menjadi tempat yang paling terdampak.

“Dari semua serangan ISIS, 98 persen insiden dan 98 persen kematian terjadi di wilayah Utara dan Timur Tengah. Di Irak saja terjadi 90 persen dari semua serangan teror dan 81 persen kematian terkait teror ISIS.”

Padahal angka-angka tersebut mengecualikan wilayah Afghanistan yang oleh ISIS disebut sebagau Kelompok Khorasan (ISIS-K) dan Mesir.

Meski sejauh ini hanya sedikit hal yang bisa diketahui dari keberadaan ISIS di Yaman perkiraan kasar hanya menyebut jumlah militant ISIS di Yaman hanya mencapai ratusan orang.

Mengutip Laporan Dewan Keamanan PBB tahun 2018 dari total 36 serangan udara presisi yang dilakukan AS, sebagian besar hanya mengincar kelompok Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP) pesaing ISIS di Yaman. Laporan itu juga menyebut AS belum pernah sekalipun menargetkan ISIS di Yaman sejak Januari 2018.

Berbeda dengan AQAP yang mengendalikan wilayah luas di tenggara Yaman, sejauh ini ISIS tak secara spesifik menguasai wilayah di Yaman. Keberadaan ISIS terdeteksi setelah berkali-kali serangan mereka menargetkan pejuang muslim Houthi yang Syiah.

Laporan Global Terrorism Index menyebut ISIS aktif di provinsi-provinsi selatan seperti Aden sedangkan AQAP aktif di Abyan, Lahij, Ansar Allahin Taizz serta Marib.

Di sisi lain, sementara tingkat dan sifat hubungan AS dan ISIS di Yaman tak pernah jelas, relasi ISIS dengan AQAP sangat pragmatis. Analis menyebutnya sebagai hubungan frenemies atau teman tapi musuh.

Sementara pada bulan Desember 2018, Kongres AS memutuskan untuk mengakhiri dukungan bagi perang Saudi di Yaman, militer AS tetap berwenang untuk mengirim tentara ke Yaman berkat Otorisasi Penggunaan Militer tahun 2001 atau AUMF.

Aturan ini juga yang memberikan perlindungan bagi tentara AS berperang di Suriah dan memungkinkan penggunaan kekuatan pada kelompok-kelompok yang terkait dengan Serangan 911, ISIS atau al-Qaeda.

Sementara AQAP yang merupakan kepanjangan Al-Qaeda tetap menjadi musuh nyata AS, bagi Saudi atau UEA kondisinya berbeda. Bahkan dua negara itu seperti disebut CNN memberikan senjata buatan AS kepada kelompok itu.

“Arab Saudi dan Uni Emirat Arabtelah menggunakan senjata buatan AS sebagai bentuk mata uang untuk membeli kesetiaan milisi atau suku, mendukung aktor bersenjata terpilih, dan memengaruhi lanskap politik yang kompleks.”

Saat ini, salah satu milisi yang terkait dengan AQAP yakni Brigade Abu Abbas bahkan memiliki kendaraan lapis baja Oshkosh buatan AS yang pada suatu unjuk kekuatan di tahun 2015 diarak keliling kota.

Di sisi lain meski Abu Abbas jelas-jelas  dinyatakan sebagai teroris oleh AS sejak tahun 2017, kelompok itu masih menikmati dukungan Saudi. Bahkan personel-personel kelompok itu diserap ke dalam Brigade ke-35 Yaman yang menjadi pasukan pemukul utama Saudi di darat.

Spekulasi bahwa Saudi bekerja dengan teroris akhirnya terungkap ketika media arus utama ramai-ramai menulis tentang kesepakatan rahasia dengan al-Qaeda untuk membayar beberapa dari mereka agar meninggalkan kota-kota penting.

Mereka juga membiarkan yang lain mundur dengan persenjataan, peralatan, dan setumpuk uang yang segera dijarah sementara ratusan lainnya direkrut untuk bergabung dengan koalisi.[TGU]