Rumah Semut Raksasa dan Kapsul Waktu Impian Tujuh Anak Bangsa

Kapsul Waktu/ist

Provinsi Papua selalu memiliki daya tarik dan sesuatu yang unik, seperti halnya Musamus atau rumah semut raksasa di kawasan Wasur, Kabupaten Merauke. Karena keunikannya ini, Musamus kini menjadi salah satu ikon Kabupaten Merauke.

Bila menilik ke belakang, tanah Papua merupakan bagian utara dari Benua Australia sebelum terpisah di penghujung zaman es. Karena itu, keanekaragaman di Papua tidak jauh berbeda dari flora fauna yang menghuni Australia dan Pasifik.

Salah satu pemandangan alam unik di Merauke yang memiliki kemiripan dengan Australia adalah rumah rayap Musamus yang tingginya bisa dua kali lipat dari tinggi manusia. Rumah rayap Musamus tersebar di sejumlah tempat, seperti di wisata 1000 Musamus yang berjarak sekitar dua jam perjalanan darat dari Merauke.

Musamus dikenal masyarakat lokal sebenarnya dibuat dan dihuni oleh rayap bukan semut. Rumah semut ini menjadi salah satu ikon unik dari kabupaten Merauke yang luas wilayahnya mencapai 40.071 kilometer. Bentuk rumah semut di sini berbeda dan unik dibanding rumah semut yang selama ini dikenal masyarakat umum. Bentuknya berupa gundukan tanah yang tingginya bisa mencapai 3 hingga 6 meter.

Jumlahnya pun tidak hanya satu atau dua gundukan, tapi ribuan bahkan bisa dibilang jumlah gundukan di sini tidak terhitung angkanya. Rumah semut ini memang tidak terlihat signifikan di pusat kota. Pemandangan unik ini akan tampak jelas ketika berada di sepanjang jalan Taman Nasional Wasur. Masyarakat yang melewati ini tidak hanya disajikan pemandangan hijau dan lebatnya pepohonan serta sungai kecil, tapi juga rumah semut.

Beberapa rumah semut terlihat berdiri tegak di pinggiran jalan dengan tinggi yang bermacam-macam, sampai saat ini memang belum dilakukan riset rumah semut tersebut. Sehingga rumah semut ini tentu menjadi rasa penasaran tersendiri dari segi ilmiah, apalagi rumah semut ini hanya berada di 3 wilayah di seluruh dunia yaitu Merauke, Australia dan Afrika.

Yang unik dari museum ini adalah dia memiliki ventilasi berupa lorong-lorong yang dapat melindungi semut dari air hujan dan melepaskan panas ke udara saat musim panas tiba. Hal inilah yang membuat koloni semut dapat bertahan hidup di Musamus. Meski terlihat hanya sekedar gundukan tanah, rumah semut tidak mudah roboh. Kokohnya rumah semut ini tidak mudah dihancurkan baik oleh binatang maupun manusia sekalipun.

Terdapat filosofi hidup yang menginspirasi dari rumah semut. Itu sebabnya, rumah semut yang biasa dibilang musamus dalam bahasa setempat ini dijadikan ikon Merauke.

Kekayaan alam di Merauke juga tak hanya Musamus. Dari ujung barat Indonesia daerah Sabang sampai ujung timur Indonesia Kabupaten Merauke juga terdapat keindahan lainnya. Seperti kapsul waktu misalnya.

Tujuh mimpi anak-anak bangsa dari 34 Provinsi itu ditulis dan disimpan di dalam kapsul waktu itu. Ya, monumen kapsul waktu telah diresmikan Presiden Joko Widodo. Peresmian itu merupakan wujud dari tujuh mimpi anak-anak Indonesia.

Isi tujuh mimpi anak-anak Indonesia itu disimpan di dalam kapsul waktu tersebut. Adapun isi dari tujuh impian anak bangsa yakni pertama, sumber daya manusia Indonesia yang kecerdasannya mengungguli bangsa-bangsa lain di dunia.

Kedua, masyarakat Indonesia menjunjung tinggi nilai nilai etika, ketiga, Indonesia sebagai pusat pendidikan, teknologi dan nilai peradaban. Keempat, masyarakat dan aparat pemerintah bebas dari perilaku korupsi.

Kelima, membangun infrastruktur yang merata di seluruh Indonesia, Keenam, Indonesia sebagai negara yang mandiri dan negara yang berpengaruh di Asia Pasifik dan ketujuh, Indonesia sebagai barometer pertumbuhan ekonomi di dunia.

Ketujuh mimpi anak-anak bangsa Indonesia itu kemudian diletakkan secara permanen di Monumen Kapsul Waktu di Merauke, ujung Timur Indonesia. Sehingga, kelak di tahun 2085 kapsul itu akan dibuka oleh generasi penerus, apakah tujuh mimpi itu telah bisa diwujudkan atau belum.

Monumen tersebut bukan semata-mata monumen biasa tetapi monumen impian anak bangsa. Impian ini akan terwujud bila mau bekerja keras, kerja nyata.

Semuanya tidak bisa dilakukan secara instan, bukan hanya satu tahun, dua tahun, lima tahun atau sepuluh tahun, tetapi ini adalah pekerjaan dari generasi ke generasi. Monumen yang dibangun di atas lahan seluas 2,5 hektar di dekat Bandara Mopah itu menjadi ikon baru di kota paling Timur di Indonesia ini. [Wis]