Mesir Kuno memiliki banyak peninggalan bersejarah yang menakjubkan. Salah satu yang paling terkenal adalah Batu Rosetta (Rosetta Stone).
Rosetta Stone merupakan sebuah prasasti berisi pesan yang terukir dalam 3 bahasa, yaitu Hieroglif, Demotik, dan Yunani kuno. Melansir dari situs British Museum, tulisan pada prasasti tersebut merupakan dekrit tentang raja Ptolemeus V, yang memerintah Mesir Kuno pada 204-181 SM.
Dekrit tersebut disalin ke lempengan batu besar yang disebut stelae, yang diletakkan di setiap kuil di Mesir. Dikatakan bahwa para pendeta di kuil di Memphis, Mesir Kuno mendukung sang raja.
Siapa yang Menemukannya?
Napoleon Bonaparte melakukan kampanye militer di Mesir dari tahun 1798 hingga 1801, dengan tujuan mendominasi Mediterania Timur dan mengancam kekuasaan Inggris di India.
Kemungkinan besar Rosetta Stone ditemukan secara tidak sengaja oleh para prajurit di pasukan Napoleon pada tanggal 15 Juli 1799, saat menggali fondasi bangunan tambahan di benteng dekat kota Rashid (Rosetta) di Delta Nil.
Prasasti itu tampaknya dibangun di dalam tembok yang sangat tua. Petugas yang bertanggung jawab selama penggalian, Pierre-François Bouchard (1771-1822), menyadari pentingnya penemuan tersebut.
Setelah kekalahan Napoleon, Rosetta Stone menjadi milik Inggris berdasarkan ketentuan Perjanjian Alexandria tahun 1801, bersama dengan barang antik lain yang ditemukan Prancis. Prasasti itu dikirim ke Inggris dan tiba di Portsmouth pada bulan Februari 1802.
Rosetta Stone dipersembahkan ke British Museum oleh George III pada bulan Juli di tahun yang sama.
Prasasti itu telah dipamerkan di British Museum sejak 1802, dengan hanya satu kali kerusakan. Menjelang akhir Perang Dunia 1 di tahun 1917, pihak Museum memindahkannya ke tempat yang aman bersama dengan benda-benda penting lainnya.
Rosetta Stone menghabiskan dua tahun berikutnya di sebuah stasiun di Postal Tube Railway, 50 kaki di bawah tanah di Holborn. Kini, peninggalan Mesir Kuno itu tetap berada di British Museum. Pengunjung dapat menyentuh replikanya di Ruang 1 (the Enlightenment Gallery).
Siapa yang Menerjemahkannya?
Tak lama setelah akhir abad ke-4 Masehi, Hieroglif sudah tidak digunakan lagi. Pengetahuan tentang cara membaca dan menulisnya pun menghilang. Pada tahun-tahun awal abad ke-19, para cendekiawan mampu menggunakan inskripsi Yunani pada Rosetta Stone sebagai kunci untuk menguraikannya.
Seorang fisikawan Inggris, Thomas Young (1773-1829) adalah salah satu orang pertama yang menunjukkan beberapa Hieroglif pada Rosetta Stone menyebutkan nama Ptolemeus.
Cendekiawan Prancis Jean-François Champollion (1790–1832) kemudian menyadari Hieroglif merekam bunyi bahasa Mesir. Dia berhasil mengidentifikasi Hieroglif yang digunakan untuk menulis nama-nama penguasa non-Mesir.
Champollion lalu mengumumkan penemuannya, yang didasarkan pada analisis Rosetta Stone dan teks-teks lainnya, dalam sebuah makalah di Academie des Inscriptions et Belles Lettres di Paris pada 27 September 1822.
Berbekal dengan pengetahuannya tentang bahasa Koptik dari Mesir kuno, Champollion mulai membaca inskripsi Hieroglif secara lengkap.
Apa Isi Teksnya?
Rosetta Stone berisi serangkaian dekrit yang menegaskan pemujaan terhadap Ptolemeus V yang berusia 13 tahun pada perayaan pertama penobatannya di tahun 196 SM.
Salinan identik deklarasi tersebut harus ditempatkan di setiap kuil besar di seluruh Mesir. Jadi, Rosetta Stone merupakan salinan dari prototipe yang disusun sekitar satu abad sebelumnya, atau pada abad ke-3 SM. Hanya tanggal dan namanya yang diubah.
Penggunaan 3 bahasa berbeda pada Rosetta Stone adalah hal penting untuk diamati.
Bagian pertamanya ditulis dalam Hieroglif, yaitu tulisan Mesir Kuno yang sepenuhnya terdiri dari gambar. Bagian ini memuat 14 baris tulisan. Di dalamnya terdapat cartouche, yakni bingkai oval yang memuat nama atau gelar kehormatan Mesir Kuno. Cartouche tersebut menampilkan nama Ptolemeus.
Bagian kedua ditulis dalam Demotik, yaitu aksara kursif Mesir Kuno yang digunakan untuk keperluan sehari-hari, contohnya dokumen perpajakan. Dengan kata lain, Demotik adalah ‘bahasa rakyat’ Mesir Kuno. Bagian ini memuat 32 baris.
Bagian ketiga ditulis dalam bahasa Yunani Kuno, yang merupakan bahasa administrasi untuk para penguasa Mesir Kuno setelah penaklukan Alexander Agung. Bagian ini memuat 54 baris dan mengandung nama Ptolemy, yang ditulis sebagai ΠΤΟΛΕΜΑΙΟΣ.
Sebelumnya, tidak seorang pun tahu cara membaca Hieroglif. Namun karena para sarjana masih dapat membaca bahasa Yunani Kuno, Rosetta Stone menjadi kunci yang berharga untuk menguraikan Hieroglif. [BP]