Robohnya Tiang Pancang Infrastruktur Kami

Ilustrasi/setkab.go.id

Koran Sulindo – Para jajaran direksi PT Waskita Karya sedang menghitung hari. Rasanya belum lama mereka berpesta merayakan menang banyak dalam perebutan pembangunan infrastruktur. Dalam berbagai lelang bahkan sejak awal sudah diduga mereka akan menjadi pemenang.

Tapi mulai awal tahun ini keberuntungan nampak tak berpihak lagi. Pekan lalu Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) merekomendasikan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengganti seluruh direksi di PT Waskita Karya. Alasannya, banyakkecelakaan konstruksi di area pengerjaan salah satu BUMN Karya itu.

“Rekomendasi yang diberikan berdasarkan beban kecelakaan konstruksi,” kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, pekan lalu, melalui rilis media.

Selain Waskita Karya, Kemen PUPR juga merekomendasi penjatuhan sanksi kepada 3 BUMN Karya, yaitu PT Wijaya Karya (Persero) tbk, PT Hutama Karya (Persero) dan PT Adhi Karya (Persero) tbk.

Memang sejauh ini, WSKT menjadi kontraktor terbanyak yang mengalami kecelakaan konstruksi. Sejak Agustus 2017, 7 proyek yang dipegangnya satu demi satu mulai makan korban hingga 9 nyawa.

Kecelakaan terbaru adalah ambruknya cetakan tiang pancang (bekisting pierhead)  proyek tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) pada 20 Agustus 2018. Proyek Jalan Tol Becakayu merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang dikerjakan oleh PT Waskita Karya (Persero) Tbk mulai 2014 dengan nilai kontrak Rp7,23 triliun dan memiliki panjang ruas 11 km.

Sebelumnya adalah Proyek pembangunan Light Rail Transit (LRT) Palembang mengalami kecelakaan pada 4 Agustus 2017. Dua unit crane dengan bobot 70 ton dan 80 ton yang sedang dioperasikan jatuh dan menimpa rumah penduduk. Dua orang tewas akibat kecelakaan ini.

Lalu jembatan penyeberangan Jalan Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi) ambruk pada 22 September 2017. Peristiwa ini menyebabkan seorang pekerja tewas dan dua orang lainnya mengalami luka berat.

Kemudian, Girder proyek Pembangunan Jalan Tol Paspro (Pasuruan Probolinggo) jatuh pada 29 Oktober 2017. Girder ambruk dan menyebabkan satu orang pekerja tewas. Lantas, Crane proyek jalan Tol Jakarta-Cikampek II (Elevated) jatuh pada 16 November 2017. Crane Variable Message Sign (VMS) jatuh di ruas Tol Jakarta Cikampek km 15 yang menyebabkan empar arah jalur Cikampek tak dapat dilewati kendaraan. Lalu kontruksi girder proyek Pembangunan Jalan Tol Pemalang-Batang ambruk pada 30 Desember 2017. Tidak ada korban jiwa.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno mengatakan telah menerima rekomendasi Kemen PUPR.

Terdapat enam butir rekomendasi hasil investigasi Komite Keselamatan Konstruksi (KKK) itu.

“Perbaikan manajemen itu perubahan direksi, harus ada tambahan direktur keselamatan, seperti yang saya sampaikan sebelumnya,” kata Rini, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, pekan lalu, seperti dikutip bisnis.tempo.co.

Menurut Rini, untuk memecat direksi PT Waskita Karya (Persero) Tbk harus menunggu rapat umum pemegang saham. RUPS dijadwalkan pada April nanti.

Kredibilitas Jokowi

Saham PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) yang dibuka melemah hari kecelakaan di tol Becakayu itu langsung anjlok.Sahamnya turun 40 poin atau 1,29% ke level Rp3.070. Pada pembukaan, saham tersebut dibuka di level Rp3.120 dengan level tertingginya mencapai Rp3.150.

Namun lebih dari sekadar harga saham turun,beruntunnya kecelakaan itu menunjukkan ambisi Presiden Joko Widodo menuntaskan seluruh proyek infrastruktur sebelum 2019, tahun pemilihan presiden, nampaknya diujung gagal.

Ambisinya itu membuat pembebasan tanah, lelang, dan seluruh proses pengerjaan infrastruktur seperti dikerjakan terburu-buru, dengan mengabaikan keselamatan kerja dan kualitas ke urutan ke sekian.

Setelah semua pembangunan kontruksi infrastruktur dihentikan sementara, baru terlihat risiko logistik dan ekonomi kasus ini bisa merembet langkah-langkah politik pemerintah.

Sejak meraih kursi presiden pada 2014, Jokowi menjanjikan sebanyak 225 proyek strategis nasional, dari pembangunan jalan tol, pelabuhan, bandar udara, kawasan industri, jalan kereta api, dan saluran irigasi.

Seluruh proyek itu membutuhkan dana sebesar 450 miliar dolar AS, dan mayoritas diberikan kepada BUMN Karya. Uang negara hanya ada 15 miliar dolar AS, uang BUMN hanya 48 miliar dolar AS. Masih ada jurang kekurangan. Sisanya?

Tentu saja harus mengutang. Dalam rilis Bank Indonesia terakhir, per tahun 2017 utang Indonesia membengkak hingga hampir menembus Rp5.000 triliun. Kenaikannya hampir 10 persen dalam setahun terakhir.

Dan utang luar negeri swasta juga membengkak, kini melewati utang luar negeri pemerintah. Data BI menunjukkan utang BUMN karya terakhir kali tercatat sebesar 27,898 juta dolar AS.

“Masalahnya, cashflow rata-rata minus Rp 3 triliun. Bayar utang biasanya pakai utang baru karena likuiditasnya lagi problem. Collateral guarantee dari ULN BUMN balik lagi pakai jaminan APBN. Ini kalau tidak hati-hati bisa sistemik ke fiskal,” kata peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, seperti dikutip kontan.co.id.

Hingga kini baru sebanyak 26 proyek yang bisa dikatakan rampung, hanya sekitar 10 persen dari seluruh proyek strategis nasional. Dan hingga kini kekurangan biaya untuk membangun semua proyek itu masih masalah besar.

Seperti ditulis Alexander Macleod, di globalriskinsights.com, dibutuhkan refleksi baru untuk menghitung dan mengkalkulasi lagi proyek-proyek strategis nasional yang seabrek itu.

Jelas, robohnya tiang pancang tol Becakayu dan kecelakaan infrastruktur lainnya, serta kemungkinan ada kebocoran-kebocoran di belakangnya, akan terus diusut dan dipakai menjadi senjata oleh lawan-lawan politiknya. Ditambah lawan lama yang menjungkalkan sekutunya Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) pada Pilkada Jakarta 2017 lalu, jalan Jokowi ke Pilpres 2019 pastilah tidak semulus jalan tol. [Didit Sidarta]