Warga Rusia peringati 101 tahun Revolusi Oktober [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Sekitar 1.500 orang di Belarusia mengambil bagian ketika memeringati 101 tahun Revolusi Oktober. Mereka berkumpul di dekat monumen Vladimir Lenin yang berada di lapangan merdeka negara itu. Mereka terdiri atas pejabat, kaum buruh dan lain sebagainya.

Beberapa di antara mereka memegang foto Lenin dan Stalin yang terpajang di monumen itu. Lalu, mereka secara bersama menaburkan bunga di monumen tersebut. Acara ini hanya berlangsung selama 20 menit. Presiden Belarusia Alyaksandr Lukashenka mengatakan, peringatan terhadap Revolusi Oktober adalah perayaan atas perdamaian dan hak asasi manusia.

Dalam sebuah tulisan berjudul Why we musn’t let the achievements of the Soviet Union be lost to history yang ditulis Ralph Gibson menyebutkan, Revolusi Oktober merupakan permulaan baru bagi Rusia. Masyarakat setengah feodal harus disingkirkan demi negara modern yang menggunakan sumber dayanya demi kepentingan rakyat banyak.

Ketika Perang Dunia I berkecamuk dan menghancurkan tiap-tiap kehidupan di berbagai negara, di Rusia pertama kalinya dalam sejarah muncul kekuasaan rakyat di bawah pimpinan klas buruh bersama sekutunya kaum tani. Mereka menguasai segala hal yang mereka produksi selama ini.

“Kerajaan Rusia yang lama itu benar-benar berubah dalam waktu yang singkat dan yang pertama dalam sejarah manusia,” tulis Gibson.

Akan tetapi, berselang 75 tahun Uni Soviet sosialis kemudian hilang. Namun, itu bukan alasan untuk menghalangi kita memeringati Revolusi Oktober dan merenungkannya. Pasalnya, sebuah konferensi yang diikuti banyak negara pada tahun lalu menyoroti dampak revolusi terhadap tiap-tiap negara. Dan diakui, Revolusi Oktober menjadi inspirasi bagi mereka yang berjuang untuk kemerdekaan dan keadilan sosial.

Situasi internasional tersebut sangat memengaruhi gerakan nasional Indonesia. Sebelum Revolusi Oktober, Sneevliet dalam Manuskrip Sejarah 45 Tahun PKI menuliskan peristiwa bersejarah Revolusi Februari 1917 sebagai Zegepraal (kemenangan). Lalu, lewat koran De Indier di Semarang, Tjipto Mangunkusumo lantas memberitakan tulisan Sneevliet itu. Berjarak 6 bulan, Revolusi Sosialis Oktober 1917 meletus. Peristiwa ini semakin membantu orang-orang progresif di seluruh dunia untuk menerima pandangan dunia proletar sebagai alat meramalkan masa depan dari suatu nasion dan memikirkan kembali masalah-masalahnya sendiri.

Sementara D.N. Aidit ketika memeringati 37 tahun Partai Komunis Indonesia (PKI) menuturkan, setelah meletus Revolusi Oktober Besar 1917 yang melahirkan Uni Soviet, negeri sosialis pertama, maka proletariat Indonesia menjadi lebih yakin lagi akan kebenaran orientasinya. Berdirinya Uni Soviet menjadi bukti nyata bahwa klas buruh bisa berkuasa tanpa klas borjuasi, dan itu juga menjadi bukti belum ada bukti dan tidak akan ada bukti bahwa borjuasi bisa berkuasa tanpa klas buruh.

Seperti Aidit, Wakil Ketua Umum PKI, M.H. Lukman ketika memeringati 41 tahun PKI mengakui, perkembangan perjuangan rakyat Indonesia dan PKI sama sekali tidak terlepas dari hubungan saling pengaruh-memengaruhi di antara keadaan-keadaan dan perjuangan rakyat progresif di seluruh dunia. Kelahiran PKI, kata Lukman, justru sebagai hasil perkembangan keadaan Indonesia dalam hubungannya dengan keadaan di dunia secara umum.

Jalan Sejarah
Seperti kedua kawannya itu, Nyoto dalam Revolusi Oktober Rusia dan Revolusi Agustus Indonesia menuturkan, ahli-ahli sejarah baik revolusioner maupun yang reaksioner harus mengakui arti dan pengaruh Revolusi Oktober adalah universal. Boleh dibilang tidak ada satu negeri pun di dunia ini yang tidak terkena pengaruhnya; juga tidak ada peristiwa sejarah sesudah Oktober 1917 yang tidak terkena pengaruhnya.

Jalan sejarah, kata Nyoto, telah mengambil jurusan yang lain sama sekali: bukan lagi kapitalisme melainkan sosialisme. Oleh karena itu, pertama kalinya dalam sejarah beribu-ribu tahun, kekuasaan yang selalu berada di tangan kaum minoritas kini dipegang kaum mayoritas; hak milik yang selalu adalah hak perseorangan, berubah menjadi milik bersama; dan pengisapan yang selalu membebani membungkukkan punggung umat manusia, terhapus. Klas buruh dan kaum tani Rusia mengusir kaum kapitalis dan kaum tuan tanah mereka dan dengan demikian mereka kehilangan satu-satunya yang ada di tangan mereka: belenggu.

Selanjutnya, kata Nyoto, dalam perlawanan anti-fasis, gerakan di Indonesia juga diilhami kepahlawanan Uni Soviet anak Revolusi Oktober yang gagah berani itu. Setiap kemenangan Tentara Soviet terdengar dari majalah ilegal PKI yakni Menara Merah. Karena begitu menginspirasi, kemenangan-kemenangan Tentara Soviet itu, Hatta sekalipun mengakuinya. Membela kemerdekaan negeri-negeri terjajah; perjuangan rakyat Rusia menentang agresi Jerman dengan menunjukkan mental baja.

Setelah terdengar kekalahan Mussolini dan Hitler di Eropa, pemuda-pemuda revolusioner Indonesia, kata Nyoto, mengadakan persiapan-persiapan untuk mendirikan Republik yang merdeka. Beberapa pemuda progresif yang bersiap itu adalah Aidit, Wikana dan Sidik Kertapati. Pemuda-pemuda revolusioner inilah yang sesudah mendengar kapitulasi Jepang pada 14 Agustus 1945, mendesak Bung Karno dan Bung Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan dan berdirinya Republik Indonesia yang berdaulat.

Dikatakan Nyoto, Republik Indonesia merupakan negara merdeka pertama di Asia Tenggara setelah Perang Dunia II. Itu memiliki arti yang luar biasa baik di dalam negeri maupun di dunia internasional. Di dalam negeri kaum kontra-revolusioner, agen-agen kaum militeris Jepang dan agen-agen kaum imperialis Belanda pada ketakutan dan tidak berani menampakkan hidungnya, sedangkan massa rakyat yang baru keluar dari kungkungan dan buat pertama kalinya menghirup udara segar, bangkit dan mengembangkan inisiatif serta daya kreatifnya, serta membuktikan daya juangnya yang besar.

Di dunia internasional, kaum imperialis cemas melihat patahnya satu lagi mata rantai mereka di negeri yang bernama Indonesia, sedangkan rakyat pekerja dari negeri mana pun menyambut lahirnya Republik muda itu sebagai saudara mereka sendiri. Revolusi Agustus, kata Nyoto, dalam waktu yang singkat dan dengan hasil yang sangat baik. Segera sesudah itu, tugas kedua memang harus ditunaikan karena pasukan-pasukan Belanda dengan membonceng kepada pasukan Inggris memang cepat datang dengan alasan melucuti tentara Jepang karena perintah dari Sekutu.

Karena rakyat sudah melucuti tentara Jepang, maka mereka pun memprovokasi demi bisa mendaratkan kaki di bumi Republik. Provokasi mereka itu lalu memuncak pada serangan atas kota Surabaya dengan menggunakan kapal-kapal perang, pesawat-pesawat bom, meriam-meriam, dan lain-lain, terhadap rakyat Indonesia dimulai dengan 10 November 1945 itu memberikan perlawanan yang jantan. Karena itu, setiap 10 November rakyat Indonesia memeringatinya sebagai Hari Pahlawan.

Menurut Gibson, tentu saja harus diakui tentang kesalahan, kemunduran dan hal-hal negatif yang terjadi semasa Uni Soviet. Namun, tulisan itu harus pula diimbangi dengan kemajuan-kemajuan yang dibuat Uni Soviet. Catatan itu harus lengkap. Terlebih kekuatan imperialis global selalu pula melawan pendirian Uni Soviet sosialis sejak 1917. Dan itu masih terus terjadi hari ini.

Kendati Rusia telah banyak berubah sejak 1922, jika kita ingin memahami kekhawatiran dan motivasinya yang berusaha hidup berdampingan dalam damai, maka kita perlu mempelajari sebanyak mungkin sejarah revolusioner mereka di masa lalu. [Kristian Ginting]