Koran Sulindo – Ide Fahri Hamzah yang meminta Presiden Joko Widodo menghadiri Reuni 212 dianggap hanya didasari pada politik untung rugi semata. Fahri justru ingin memanfaatkan pamor Jokowi.
Menurut Wakil Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf Johnny G Plate, Fahri tak mempertimbangkan politik sebagai ruang pengambilan kebijakan publik yang aspiratif demi kepentingan umum.
Menurut Jhony, dengan kegiatan kelompok 212 yang kini mulai kehilangan pamornya, sebagai pendukung Aksi 212, Fahri ingin kehadiran Jokowi membuat acara tersebut bisa kembali besar seperti saat pertama kali digelar pada 2 Desember 2016.
“Banyak alumni 212 yang tidak sependapat diadakannya kegiatan reuni dimaksud, tentu itu akan berdampak pada delegitimasi kegiatan reuni tersebut,” kata Jhonny seperti dikutip dari detik.com, Jumat (30/11).
Di sisi lain menurut Jhonny, TKN belum bisa memastikan apakah Jokowi-Ma’ruf akan hadir dalam Reuni 212 itu. Reuni aksi kelompok itu menurutnya tak bakalan berdampak pada basis elektoral bagi pasangan calon di Pilpres 2019.
Lagipula, disinyalir kegiatan itu tak mengurangi dukungan bagi Jokowi-Ma’ruf dan tidak akan menambah dukungan buat Prabowo-Sandiaga. “Jadi biasa-biasa saja. Kami justru berharap jika kegiatan tersebut dilaksanakan maka semoga dapat berjalan dengan tertib, aman, dan teratur,” kata Jhonny.
Jhonny menambahkan, Fahri salah mengartikan gaya demokrasi dan pola komunikasi Jokowi dan berusaha mencari cara membangun kembali legitimasi tersebut dengan berharap kehadirannya.
“Karenanya Fahri tidak perlu berharap bahwa gaya eksploitasi perasaan publik melalui orasi dan retorika di mimbar seperti yang sering Fahri lakukan akan dengan serta-merta diikuti oleh Pak Jokowi,” kata Jhonny.
Sebagai figur yang demokratis sekaligus menghormati kebebasan mengekspresikan dan manifestasi pendapat dan gagasan namun tentu dengan harapan berjalan dalam koridor ketertiban umum.
Jokowi, kata Jhonny, berbeda dalam pola komunikasinya dan lebih terbiasa berkomunikasi dua arah yang penuh kedamaian, keakraban, gembira, dan ceria.
Seperti diketahui sebelumnya Fahri Hamzah meminta agar Presiden Jokowi berkenan menghadiri kegiatan Reuni 212 yang bakal digelar pada hari Minggu (2/12) mendatang. Menurut Fahri, Jokowi bakal mendapatkan keuntungan jika menghadiri acara tersebut.
“Dapat keuntungan, dia pasti dapat keuntungan. Karena artinya, dia menolak asumsi bahwa acara itu untuk salah satu calon,” kata Fahri.
Di sisi lain terkait rencana Reuni 2012 tersebut, Kapitra Ampera yang juga merupakan alumni aksi itu menganggas aksi berupa Aksi Kontemplasi 212. Belakangan rencana itu ditunda karena mengikuti saran polisi.
“Terpaksa kita harus setuju. Karena kalau aparat sudah mengeluarkan saran seperti itu, tentu harus menjadi prioritas kita pertimbangkan. Apalagi kalau sudah ada analisa intelijen dan sebagainya,” kata Kapitra.
Pertimbangan lain, kata Kapitra, pihaknya tak ingin terjadi bentrokan antar-umat Islam sekaligus ingin menunjukkan wajah Islam yang ramah dan damai.
“Saya juga tidak ingin ada bentrok dan sebagainya. Kita ingin menunjukkan kedamaian Islam. Tapi kita kan nggak tahu kalau ada yang nyusup dan segala macam, itu kan domain intelijen,” kata dia.[TGU]