Rencana Pemerintah Ubah Status Pandemi Covid-19 Jadi Endemi

Juru Bicara Pemerintah dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru, dr. Reisa Broto Asmoro. - Biro Pers Setpres

Pemerintah sedang menyiapkan road map untuk transisi dari pandemi Covid-19 menuju endemi. Hal itu dibutuhkan karena proses menuju endemi harus secara bertahap. Perubahan status menjadi endemi juga akan mengubah berbagai kebijakan dan pengaturan kegiatan masyarakat.

Hal tersebut disampaikan oleh dr. Reisa Broto Asmoro selaku Juru Bicara Pemerintah dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru dalam keterangan persnya pada Jumat (11/03) di Kantor Presiden, Jakarta, yang ditayangkan langsung pada kanal YouTube Sekretariat Presiden.

Pemerintah menyatakan tren kasus pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia mengalami penurunan dalam beberapa pekan terakhir. Namun, masyarakat diminta untuk tetap waspada terhadap risiko infeksi yang masih ada.

“Penambahan kasus terkonfirmasi positif seminggu terakhir turun 30,30 persen dibandingkan satu minggu sebelumnya, dan jumlah kasus aktif seminggu terakhir turun 18,18 persen dibandingkan satu minggu sebelumnya,” jelas Reisa.

Menurut dia kondisi pandemi Covid-19 di dunia sedang mengarah menuju endemi dan membutuhkan upaya bersama untuk mencapai hal tersebut.

“Pemerintah menyiapkan road map atau peta jalan untuk normalisasi aktivitas masyarakat melalui kebijakan pengendalian virus dengan target agar tingkat hospitalisasi dan kematian tetap pada level yang rendah,” ujar Reisa.

Peralihan status pandemi menuju endemi tidak terlepas dari jumlah kasus harian dan angka kematian yang rendah serta tingkat keterisian rumah sakit. Pemerintah juga terus mengupayakan pandemi dapat terkendali dengan salah satu indikatornya adalah positivity rate dapat sesuai target di bawah 5 persen.

Pengusaha minta status endemi ditetapkan Maret

Kalangan pengusaha di Indonesia mendorong agar pemerintah dapat segera menetapkan perubahan status pandemi Covid-19 menjadi endemi pada akhir Maret 2022. Perubahan status diharapkan bisa terlaksana di akhir bulan Maret ini karena bertepatan dengan momentum Ramadhan.

Wakil Ketua Umum bidang Pengembangan Otonomi Daerah Kamar Dagang Indonesia (Kadin), Sarman Simanjorang mengatakan, pihaknya mendukung penuh rencana pemerintah tersebut, apalagi berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) saat ini, kasus Covid-19 di Tanah Air sudah menunjukkan tren perbaikan.

“Jadi dalam hal ini kami dari pengusaha, tentu dengan keberhasilan kita mengendalikan pandemi, mendukung penuh program pemerintah yang akan merubah status pandemi kepada endemi,” tutur Sarman, Sabtu (12/3).

Kadin merasa khawatir apabila status pandemi tidak segera diubah menjadi endemi, maka akan semakin banyak pengusaha yang akan tumbang. Mengingat cash flow sudah semakin menipis akibat masuknya gelombang omicron di Indonesia.

Hal itu, kata dia, kemudian diperparah dengan situasi perekonomian global yang sedang tidak menentu akibat invasi Rusia ke Ukraina. Selain itu, perpanjangan pembatasan dinilai juga akan membuat target pertumbuhan ekonomi sebesar 5 sampai 5,5 persen menjadi sulit tercapai.

Terkait usulan penetapan status endemi di bulan Maret, menurut Sarman, momentum perputaran uang terbesar di Indonesia akan dapat terlewatkan apabila pemerintah tidak segera mengambil kebijakan tersebut. Pihaknya mencatat, pada saat-saat seperti itu, biasanya konsumsi rumah tangga masyarakat akan sangat meningkat.

Syarat perubahan status menjadi endemi

Berdasarkan penjelasan pemerintah, status pandemi merupakan deklarasi darurat kesehatan oleh badan kesehatan dunia atau WHO, demikian juga dengan penetapan status endemi.

Maka status pencabutannya pun demikian, penetapan status pandemi dan endemi merupakan otoritas dari Badan Kesehatan Dunia atau WHO.

Definisi pandemi menurut para ahli adalah kondisi ketika suatu penyakit menyebar ke seluruh negara dan benua. Ini tidak hanya berarti bahwa suatu penyakit sangat berbahaya atau mematikan.

Menurut WHO dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), pandemi biasanya disebabkan oleh patogen atau jenis virus yang baru muncul. Misalnya, berupa zoonosis — penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia. Jika suatu penyakit baru bagi manusia, sangat sedikit orang yang kebal terhadap virus. Vaksinasi juga tidak tersedia dalam kasus ini. Hal ini dapat menyebabkan sejumlah besar orang menjadi terinfeksi.

Seberapa berbahaya atau fatalnya penyakit ini tergantung pada virus spesifik dan kesehatan individu. Bahkan jika suatu penyakit tidak berbahaya dalam banyak kasus, jumlah infeksi serius selama pandemi bisa sangat tinggi. Ini disebabkan sejumlah besar orang terinfeksi patogen secara keseluruhan.

Contohnya pandemi influenza 1918, juga dikenal sebagai flu Spanyol, menewaskan 25 juta hingga 50 juta orang — jumlah itu lebih banyak daripada korban Perang Dunia I. Flu babi, virus H1N1, juga memicu pandemi pada 2009.

Sedangkan endemi didefinisikan sebagai penyakit yang sering terjadi di daerah tertentu. Ketika suatu penyakit menjadi endemik, jumlah orang yang jatuh sakit jumlahnya relatif konstan dari waktu ke waktu.

Dalam kondisi endemi jumlah kasus lebih tinggi daripada di daerah lain tetapi tidak meningkat dari waktu ke waktu. Selama periode waktu tertentu, kira-kira jumlah orang yang sama berulang kali terjangkit penyakit ini.

Contoh khas adalah malaria, yang setiap tahun menyerang 300 juta orang di seluruh dunia, dengan sebagian besar kasus di daerah tropis.

Pada awal Mei 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa virus corona bisa menjadi virus endemik. Varian delta dan omicron sejak itu menunjukkan betapa mudah beradaptasinya virus , seperti halnya flu. Endemik berarti virus ada di luar sana di dunia, dan kita harus belajar untuk hidup dengannya di wilayah tertentu karena penyakit itu tidak akan bisa hilang.

Secara umum perubahan status menjadi endemi masih perlu waktu, karena masih menunjukkan angka penularan yang naik turun secara drastis atau belum konstan. Selain itu belum di temukan pola penyebaran Covid-19 misanya hanya terjadi pada musim tertentu atau area tertentu seperti yang terjadi pada penyakit Flu Musiman.

Faktor lain yang tak kalah penting diperlukan adanya sistem kekebalan masyarakat seperti vaksin atau obat-obatan yang efektif mencegah penyebaran virus dan melindungi dari infeksi penyakit. [DES]