Koran Sulindo – Banyak orang bilang kalau Ibu Megawati lengser PDI Perjuangan akan bubar. Menurut saya itu pemikiran yang sangat naif. PDIP tidak serapuh itu. Jangankan sekarang, di alam demokrasi yang semua bebas berbicara seperti sekarang, bahkan di saat pemerintahan Orde Baru dulu di mana Ketua DPP dipersiapkan dan disodorkan rezim Orde Baru, memang pada awalnya menimbulkan perpecahan luar biasa di internal partai, namun ketika diperlukan, terutama di masa-masa pemilihan umum (Pemilu) semua menjadi solid lagi.
Bahkan pimpinan yang disodorkan Orde Baru itu turut balik badan menyerang Orde Baru. Ini menandakan bahwa ikutan ideologis kita cukup kuat dan bukan sekadar ikatan personal dan materi. Apalagi di masa sekarang, ketika para pimpinan PDI Perjuangan adalah pilihan sendiri, bukan sodoran pemerintah Orde Baru, pasti PDI Perjuangan mau menerima siapapun pemimpin baru yang menggantikan Ibu Mega.
Tapi memang sebaiknya partai tidak langsung ditinggalkan. Ibu Mega bisa menjadi pimpinan senior dulu atau semacam ketua dewan pembina atau penyantun; yang ikut membimbing dan mengayomi DPP-nya.
Tapi apapun itu PDI Perjuangan pasti bisa.
Mungkin saat-saat awal bisa saja terjadi faksi-faksi dan berbagai macam isu, tapi saat menghadapi lawan atau saat Pemilu, PDIP pasti akan solid lagi.
Sejarah menunjukkan terjadi perpecahan di awal, misal lahirnya Partai Demokrasi Pembaruan (PDP) di bawah Laksamana Sukardi.
Sejarah menunjukkan partai-partai baru sempalan itu toh akhirnya macet. Karena Megawati? Ya mungkin ada unsur itu. Tapi lepas karena Bu Mega atau tidak, yang paling tepat karena tak ada ikatan ideologi pada partai-partai sempalan itu. Hanyalah PDI Perjuangan satu-satunya partai yang mewarisi ideologi dan ajaran Soekarno. Ideologi orisinal seperti itu hanya ada di Partai Nasional Indonesia (PNI)/Front Marhaenis dan PDI Perjuangan. Yang lain dianggap tidak orisinal oleh rakyat.
Sebagaimana ada Indomie lalu muncul merek lain misalnya Salamie atau apapun. Orang tetap saja memilih Indomie karena dianggap orisinal. Yang lain tetap laku, tapi Indomie tetap leading.
Bu Mega memang bagian paling penting dalam PDI Perjuangn, tapi bukan berarti kalau Beliau pergi PDI Perjuangan akan mati. Ada kader PDIP memang bersikap naif soal ini.
Kita berhitung saja pada Pemilu 2024 nanti Bu Mega akan berusia 77 tahun, makin sepuh dan makin terbatas kemampuan fisiknya. Pasti akan muncul pemimpin baru, suka atau tidak suka. Yang tidak suka mungkin akan frustasi berat dan akhirnya terpental. Riak-riak politik seperti ini pasti akan terjadi, tapi saya yakin PDI Perjuangan tetap akan solid.
Bu Mega sendiri sudah berbicara pada 2024 nanti akan ada regenerasi total di PDIP.
Semoga saja pemimpin pengganti Megawati itu terpilih secara demokratis dan mempunyai kemampuan leadership yang mumpuni.
Siapa pemimpin pengganti itu? Siapa saja boleh, siapa saja bisa, tapi trah Soekarno memang mempunyai nilai tambah daripada yang lain.
Namun kita lihat saja pengalaman Partai Kongres di India. Suatu saat dipimpin oleh bukan keturunan Perdana Menteri Jawaharlal Nehru tetap solid. Dan saat ini cucu Gandhi, Rahul Gandhi memimpin partai itu kembali, dan tetap solid walau sekarang menjadi oposisi di India.
Kembali ke PDI Perjuangan, siapa dari trah Soekarno yang mempunyai bakat memimpin? Pasti ada. Kalaupun mereka tidak memimpin atau tidak sampai memimpin, partai toh tetap akan solid. [Emir Moeis]