Guglielmo Marconi memperlihatkan cara penggunaan pemancar radio tanpa kabel buatannya pada tahun 1901. ( Wikipedia)

Saat ini kita disuguhkan dengan berbagai pilihan media komunikasi dan hiburan. Internet telah membuka gerbang informasi yang luas, media sosial menjadi ruang diskusi global, dan layanan streaming menghadirkan konten audio maupun visual dalam genggaman tangan. Namun, di tengah derasnya arus teknologi baru, ada satu media yang tetap bertahan dan terus berkembang sejak lebih dari satu abad yang lalu yaitu radio.

Radio bukan sekadar alat komunikasi biasa, ia adalah saksi sejarah yang telah menyertai berbagai peristiwa penting dunia. Dari siaran pertama yang mengudara pada awal abad ke-20 hingga perannya dalam menyebarkan informasi selama masa perang dan krisis, radio telah membuktikan dirinya sebagai media yang tangguh, fleksibel, dan mampu menjangkau masyarakat luas tanpa terbatas oleh jarak maupun kondisi sosial.

Keunikan radio terletak pada kemampuannya menghadirkan suara sebagai medium utama. Tanpa memerlukan visual, radio mampu membangun imajinasi pendengarnya, menyampaikan informasi dengan cepat, dan tetap relevan di era modern melalui format digital serta streaming daring. Bahkan di tengah dominasi media sosial dan platform berbasis video, radio masih memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat, baik sebagai sumber berita yang terpercaya, hiburan yang mudah diakses, maupun sarana edukasi yang inklusif.

Setiap tanggal 13 Februari, dunia memperingati Hari Radio Sedunia sebagai bentuk apresiasi terhadap kontribusi radio dalam kehidupan manusia. Lebih dari sekadar nostalgia, peringatan ini menjadi pengingat bahwa radio tetap memiliki peran vital dalam komunikasi global. Dari daerah perkotaan hingga pelosok desa, dari situasi darurat hingga peristiwa bersejarah, radio selalu hadir untuk menyampaikan suara kepada dunia.

Lalu, bagaimana sejarah radio hingga akhirnya berkembang seperti sekarang? Bagaimana peranannya di Indonesia dan bagaimana ia bertahan di era digital? Mari kita telusuri lebih dalam perjalanan panjang radio dalam artikel berikut ini.

Setiap tanggal 13 Februari, dunia memperingati Hari Radio Sedunia sebagai bentuk apresiasi terhadap peran besar radio dalam kehidupan masyarakat. Peringatan ini menegaskan bagaimana radio menjadi media yang mampu menjangkau daerah terpencil, memberikan suara bagi komunitas yang rentan, serta memainkan peran krusial dalam komunikasi darurat dan bantuan bencana.

Meskipun baru ditetapkan secara resmi oleh Majelis Umum PBB pada tahun 2012, gagasan mengenai Hari Radio Sedunia telah muncul sejak 2010. Kerajaan Spanyol mengusulkan adanya peringatan khusus untuk radio, yang kemudian didukung oleh negara-negara anggota UNESCO dalam konferensi umum ke-36 pada tahun 2011. Penetapan tanggal 13 Februari dipilih karena bertepatan dengan hari jadi layanan penyiaran internasional PBB yang didirikan pada tahun 1946.

Sejarah dan Perkembangan Radio

Jauh sebelum peringatan ini ditetapkan, radio telah mengalami perjalanan panjang sebagai alat komunikasi global. Penemuan radio pertama kali dilakukan oleh Guglielmo Marconi pada tahun 1895. Ia berhasil mengirimkan sinyal radio sejauh dua kilometer, membuka jalan bagi perkembangan teknologi radio. Kemudian, pada tahun 1906, Reginald Fessenden, seorang insinyur asal Kanada, berhasil menyiarkan suara manusia dan musik melalui radio untuk pertama kalinya.

Pada tahun 1920, stasiun radio pertama didirikan di Pittsburgh, Amerika Serikat, menandai era baru dalam penyiaran. Perkembangan terus berlanjut dengan diperkenalkannya radio FM pada tahun 1939. Kemudian, pada tahun 1994, radio memasuki era digital dengan hadirnya layanan streaming melalui internet, memberikan akses lebih luas bagi pendengar di seluruh dunia.

Sejarah Radio di Indonesia

Di Indonesia, radio juga memiliki sejarah panjang. Stasiun radio pertama di Tanah Air adalah Bataviase Radio Vereniging (BRV), yang mulai bersiaran pada 16 Juni 1925. Selain BRV, beberapa stasiun radio lainnya yang muncul pada masa Hindia Belanda adalah Nederlandsch-Indische Radio Omroep Maatschappij (NIROM) di Jakarta dan Solossche Radio Vereniging (SRV) di Solo. Perkembangan radio di Indonesia semakin pesat setelah era kemerdekaan, menjadi sarana informasi dan edukasi yang menjangkau seluruh pelosok negeri.

Meskipun kini banyak media baru bermunculan, radio tetap mempertahankan eksistensinya sebagai sumber informasi yang cepat dan dapat diandalkan. Dengan format digital dan layanan streaming, radio tetap menjadi media yang fleksibel, mudah diakses, dan mampu menjangkau audiens yang lebih luas.

Hari Radio Sedunia menjadi pengingat bahwa radio bukan hanya alat komunikasi masa lalu, tetapi juga memiliki peran penting dalam masa kini dan masa depan. Dengan kemampuannya menjangkau berbagai lapisan masyarakat, radio akan terus menjadi bagian penting dari kehidupan manusia dalam menyebarkan informasi, budaya, dan hiburan ke seluruh penjuru dunia. [UN]