Koran Sulindo – Di pesawat terbang menuju kepulangannya yang mendadak dari Jepang, pekan lalu, wajah Presiden RI yang pertama Ir Soekarno selalu muncul. Tiapkali mata Puti Guntur Soekarno terpejam, wajah sang kakek selalu muncul.
“Begitu saya merem lagi, saya istigfar yang keluar lagi malah wajah eyang. Jadi enggak tahu yah, ini semua memang jalannya Allah. Ya mudah-mudahan ini semua jadi barokah buat kita semua,” kata Puti, yang merasa tanda ini sebagai panggilan, seperti dikutip merdeka.com.
Sesampai di Jakarta, Puti menghadap Megawati Soekarnoputri. Ketua Umum PDI Perjuangan itu hemat bicara: meminta Puti untuk terjun di Pilgub Jatim. Dan harus tunduk mengikuti perintah partai.Mandat itu diterima Puti tanpa banyak berpikir.
Pemilik nama lengkap Puti Pramathana Puspa Seruni Paundrianagari Guntur Soekarnoputri itu akhirnya resmi menjadi calon wakil gubernur Jawa Timur mendampingi Saifullah Yusuf (Gus Ipul) pada 10 Januari lalu.
Namanya memang masih asing di perpolitikan Jatim. Puti sekitar 10 tahun terakhir adalah anggota DPR komisi X dari Fraksi PDIPdari Daerah Pemilihan Jawa Barat. Sejak namanya resmi masuk bursa Pilkada Jatim, pencarian soal Puti berjumlah 13 juta pencarian hanya dalam 1 menit.
Pilkada Jatim barangkali akan seperti Pilkada Jakarta 2017 lalu, terutama dalam penggunaan isu agama. Dinamika kontestasi Pilkada di ujung timur pulau Jawa ini juga diwarnai hentakan-hentakan politik yang tak pernah dibayangkan.
Berdasarkan Daftar Penduduk Pemilih Potensial Komisi Pemilihan Umum (KPU), pemilih Jawa Timur mencapai 30.747.387 orang dengan komposisi hampir seimbang antara laki-laki dan perempuan. Jumlah suara itu akan diperebutkan Gus Ipul-Puti melawan mantan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa yang maju bersama mantan Bupati Trenggalek Emil Dardak.
Ini pertarungan ketiga Gus Ipul versus Khofifah di ajang sama.
Yang tak banyak diketahui media massa, Gus Ipul adalah anak angkat Bu Mega yang dititipkan secara khusus oleh Gus Dur. Beberapa tahun belakangan Gus Ipul dan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siraj berperan paling utama dalam meyakinkan pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla untuk menetapkan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila.
Dalam kerja-kerja itu Gus Ipul menyelenggarakan rangkaianseminar dan menginisiasi kumpulan karya tulis tentang Bung Karno dan Pancasila, dengan kesimpulan hari lahir Pancasila mengacu saat pertama kali istilah Pancasila dicetuskan oleh Bung Karno pada 1 Juni 1945.
“Proses inilah yang menyambungbatinkan kembali antara Gus Ipul dengan Bu Mega,” kata dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Haryadi, di Surabaya, pekan lalu, seperti dikutip antaranews.com.
Kehadiran Puti di detik-detik terakhir Pilkada Jatim menjadi berkah tambahan untuk amunisi Gus Ipul memperebutkan suara perempuan di daerah Mataraman Jatim yang masih lekat dengan aura Bung Karno, selain lumbung utamanya di kalangan Nadliyin.
Tapi pertarungan ini tak akan mudah. Gubernur baru Jatim kelak kemungkinan besar hanya akan menang tipis seperti Pilkada terakhir 5 tahun lalu. [DAS]