Kemajuan ekonomi Cina dalam dua dekade terakhir telah melahirkan ratusan perusahaan raksasa yang mendunia. Hal ini terbukti dari kemampuan Cina melahirkan 301 perusahaan unicorn yaitu perusahaan rintisan atau startup dengan nilai bisnis di atas 1 miliar dolar Amerika Serikat (AS).
Baru-baru ini Institut Penelitian Hurun, Shanghai melaporkan, Cina menduduki peringkat kedua secara global dengan total 301 perusahaan unicorn. Sedangkan peringkat pertama masih ditempati AS dengan 487 perusahaan berkategori unicorn.
Jumlah perusahaan unicorn Cina meningkat pesat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu hanya 228 perusahaan. Artinya ada penambahan 74 perusahaan unicorn baru sepanjang tahun 2021.
Secara global, total 1.058 perusahaan unicorn masuk dalam daftar itu, atau naik 80 persen secara tahunan. Amerika Serikat menduduki peringkat pertama dalam daftar itu dengan total 487 perusahaan unicorn, sementara India menyalip Inggris untuk menduduki peringkat ketiga dengan 54 perusahaan rintisan.
Perusahaan teknologi Cina Bytedance, induk usaha dari platform video TikTok dan aplikasinya versi Cina yang dikenal sebagai Douyin, masuk sebagai perusahaan unicorn paling berharga di dunia, dengan nilai bisnis 2,3 triliun yuan (1 yuan = Rp2.237) pada 2021.
Kota Beijing menjadi rumah bagi 91 perusahaan unicorn pada 2021, kedua terbesar dalam hal jumlah perusahaan unicorn secara global, sementara Shanghai menempati peringkat keempat dengan 71 perusahaan unicorn. Sedangkan Shenzhen tetap berada di peringkat kelima dengan 32 perusahaan unicorn.
Kemajuan industri rintisan Cina sangat terkait dengan dukungan pemerintah terhadap dunia industri. Kebijakan alih teknologi dari perusahaan yang berinvestasi di negerinya dipandang sebagai suatu kunci sukses tumbuhnya industri baru.
Selain itu faktor ekspansi pasar dan inovasi membantu para pengusaha mengembangkan sayap ke negara lain termasuk Indonesia. Program One Belt One Road (Obor) telah menjadikan Cina sebagai penguasa jalur perdagangan dan investasi di Asia dan dunia. [PAR]